LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 111
1. Sebagai lembaga di bawah koordinasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, pelaksana Kebijakan Sistem Inovasi Nasional
dan Perekayasaan Teknologi atas hasil suatu riset ilmu dasar lembaga litbangPerguruan Tinggi melalui program pemerintah.
2. Sebagai Mitra Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam memberikan input bagi Kebijakan dan Program pemerintah dalam
hubungan dengan berbagai pemangku kepentingan. 3. Sebagai Mitra Industri BUMNBUMND dan Swasta Nasional
dalam mengembangkan dan meningkatkan daya saing melalui rantai pertambahan nilai pada proses industri industrial value added chain.
Peran BPPT dalam sistem pemerintahan tersebut harus menjadi elemen penting dalam kajian dan perumusan Konsep Dasar Blue-Print
Birokrasi BPPT 2025.
Gambar-3.41 Kontribusi BPPT Dalam Sistem Bisnis
Sebagai Lembaga Pemerintah dalam satu kesatuan sistem Pemerintahan RI yang melaksanakan Tugas PemerintahanPelayanan Publik melalui
Perekayasaan Teknologi, BPPT harus memberikan nilai yang ditawarkan melalui 13 jenis pelayanan teknologi sebagai
“business
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 112
mean s” kepada para pemangku kepentingan eksternal yaitu rekomendasi,
advokasi, alih teknologi, konsultasi, pengujian, jasa operasional, pilot project, pilot plant, prototype, survey, referensi teknis, audit teknologi, dan
Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi PPBT.
Ketigabelas layanan teknologi tersebut di atas menghasilkan 3 nilai layanan sebagai berikut:
1. Technology State of The Art Berkontribusi dalam melahirkan teknologi unggul untuk
berbagai kepentingan bagi para pemangku kepentingan 2. Membangun kemandirian Bangsa
Berkontribusi dalam program subtitusi teknologi untuk memperkecil ketergantungan dalam rangka meningkatkan kemandirian
bangsa 3. Meningkatkan Daya Saing Industri
Berkontribusi dalam program peningkatan rantai pertambahan nilai untuk meningkatkan daya saing industri
Peluang kontribusi keterlibatan dan peran BPPT dalam tugas Perekayasaan Teknologi perlu dirumuskan dalam perspektif Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN sebagaimana yang tergambar pada diagram di bawah ini.
Gambar-3.42 Peluang Kontribusi BPPT Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 113
Peran BPPT dalam pembangunan ekonomi nasional diwujudkan melalui peluang peningkatkan kontribusi teknologi sebagai salah satu komponen
pertumbuhan ekonomi GDP, sebagaimana berikut : 1. Factor DrivenRPJM ke-1 2005-2009
Pada kondisi dimana pertumbuhan ekonomi nasional masih tergantung pada faktor sumber daya alam, peluang kontribusi BPPT
dilakukan melalui partisipasi penataan sistem dan roadmap pengembangan industri nasional dalam upaya peningkatan daya saing
nasional. 2. Factor Efficiency DrivenRPJM ke-2 2010-2014 s.d RPJM ke-3
2015-2019. Pada kondisi dimana pertumbuhan ekonomi nasional sudah mulai
bertumpu pada faktor teknologi, peluang kontribusi BPPT dilakukan melalui pembangunan jejaring kemitraan sistem pemerintahan dan
industri dalam rangka peningkatan daya saing nasional untuk memacu tumbuh
dan kembangnya
industri nasional
melalui proses
Perekayasaan Teknologi, proses Alih Teknologi, proses Komersialisasi Teknologi dan proses Audit Teknologi.
3. Innovation DrivenRPJM ke-4 2020-2024 Pada kondisi dimana pertumbuhan ekonomi nasional telah bertumpu
pada kemampuan IPTEK yang makin maju dalam sistem inovasi nasional untuk menciptakan keunggulan kompetitif, peluang kontribusi
BPPT adalah
membangun kemitraan
internasional untuk
kepentingan peningkatan daya saing nasional.
Gambar-3.43 Peningkatan Kontribusi Teknologi Dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 114
Pada akhir fase transisi pembangunan eknonomi nasional Innovation Driven, kontribusi teknologi pada komponen pertumbuhan
ekonomi diharapkan akan meningkat mencapai 3 dari kondisi awal yang hanya sebesar 1,2 .
Uraian tentang dasar-dasar kepentingan positioning, peran dan peluang kontribusi BPPT dalam perspektif Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional menjadi konsep dasar kajian Postur Birokrasi BPPT 2025.
Kajian kesenjangan antara kondisi saat ini Tahun 2015 dan kondisi yang diharapkan pada Postur Birokrasi 2025 adalah area perubahan dan
pengembangan yang menjadi dasar strategi Reformasi Birokrasi di BPPT untuk mewujudkan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang
baik good governance. Program Reformasi Birokrasi di lingkungan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi BPP merupakan amanat UU No.17 Tahun 2007 tentang RPJN 2005-2025, Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi tentang Road Map Reformasi Birokrasi.
Selain menjalankan amanat tersebut di atas, Reformasi Birokrasi bagi BPPT merupakan suatu kebutuhan dalam melakukan pembaharuan dan
perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, terutama
yang menyangkut
aspek kelembagaan
organisasi, ketatalaksanaan business process dan sumber daya aparatur sehingga
mampu meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktivitas, transparansi dan akuntabilitas birokrasi serta disiplin dan etos kerja pegawai dan pelayanan
prima. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan BPPT dimulai sejak tahun
2009 untuk tahap kesatu periode 2010-2014 dan pada tahun 2015 telah disusun Road Map Reformasi Birokrasi BPPT 2015-2019 sebagai
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 115
panduan pelaksanaan reformasi birokrasi tahap kedua berupa langkah- langkah konkrit perbaikan kualitas penyelenggaraan birokrasi melalui 8
delapan area perubahan, yaitu : 1. Program manajemen perubahan
2. Penguatan sistem pengawasan 3. Penguatan akuntabilitas kinerja
4. Penguatan kelembagaan 5. Penataan tatalaksana
6. Penguatan sistem manajemen SDM 7. Penataan peraturan perundang-undangan
8. Penguatan kualitas pelayanan publik, Upaya-upaya
perbaikan penyelenggaraan
birokrasi di
BPPT membutuhkan waktu, dan bukan sesuatu yang bersifat instan. Strategi
dalam upaya menjaga kesinambungan pelaksanaan program reformasi birokrasi di lingkungan BPPT adalah sebagai berikut:
1. Memelihara dan atau meningkatkanmemperkuat area perubahan yang sudah mencapai kemajuan, sehingga terjadi perbaikan berkelanjutan.
2. Melanjutkan upaya-upaya perubahan dengan melanjutkan langkah- langkah perubahan positif yang sedang berlangsung terhadap seluruh
aspek-aspek dalam area perubahan secara konsisten sebagai upaya untuk mempercepat keberhasilannya.
3. Mengidentifikasi masalah lain dan mencari solusi pemecahannya untuk menjawab secara cepat berbagai permasalahan baru yang
muncul dalam penyelenggaraan pemerintahan. 4. Memperluas cakupan pelaksanaan reformasi birokrasi yang dilakukan
dengan memperluas cakupan pada berbagai aspek yang belum tersentuh dan muncul sesuai dengan perkembangan terkini.
Adapun hasil capaian pelaksanaan program reformasi birokrasi sampai dengan tahun 2016, sebagai hasil evaluasi sementara oleh Kementerian
RB dan PAN adalah sebagai berikut :
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 116
Tabel 3.12 Hasil Evaluasi sementara RB BPPT
No Area
Hasil yang Diharapkan Nilai
maks Nilai
sementara
A.
Komponen Pengungkit : 60
43,65
1 Manajemen Perubahan
Persamaan persepsi, komitmen, konsistensi serta keterlibatan
seluruh pegawai 5
3.78 2
Penataan Peraturan Perundang-undangan
Kualitas regulasi yang lebih tertib,harmonis dan kondusif
5 2.71
3 Penataan Dan Penguatan
Organisasi Ketepatan ukuran, ketepatan
fungsi, dan sinergisme kelembagaan
6 4.18
4 Penataan Tatalaksana
Penerapan sistem, proses prosedur kerja yg jelas, efektif
efisien 5
3.76 5
Penataan Sistem Manajemen SDM
SDM yang profesional, netral, dan sejahtera
15 13.74
6 Penguatan Akuntabilitas
Kinerja Peningkatan kapasitas dan
akuntabilitas kinerja birokrasi 6
4.02 7
Penguatan Pengawasan Penyelenggaraan pemerintah yg
bersih dan bebas KKN 12
7.50 8
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan
masyarakat 6
3.89
B. Komponen Hasil 40
29,82
1 Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja
20 14.36
2 Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
10 7.46
3 Kualitas pelayanan publik
10 8,0
TOTAL 100
73,47
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 117
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja
BPPT untuk Indikator Kinerja 1.: Indeks Reformasi Birokrasi, dengan target
BB, adalah sebagai berikut:
1 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini :
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
x 100 Target
=
Nilai Hasil Evaluasi BB 73,47
x 100 = 100
Nilai Hasil Evaluasi BB 70-80
Tabel 3.13 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja
Indikator Kinerja 3.1
Indikator Kinerja Target
Realisasi
Indeks Reformasi Birokrasi BB
BB 100
2 Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
Hasil evaluasi Kementerian PAN dan RB terhadap pelaksanaan RB BPPT tahun 2016 telah mengalami peningkatan dibanding nilai pada
tahun-tahun sebelumnya, sebagaimana tabel berikut ini.
Tabel 3.14 Perbandingan antara capaian target tahun ini dengan tahun sebelumnya
Tahun Penilaian Tahun Pelaksanaan
Nilai Capaian 2014 2013
55 CC
2015 2014 67,58
B 2016 2015
73,47 BB
Hasil Penilaian Sementara
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 118
3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis;
Realisasi kinerja pelaksanaan reformasi birokrasi BPPT sesuai hasil evaluasi sementara Kementerian PAN dan RB tahun 2016 sebesar
73,47 ini sudah sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam dokumen rencana strategis Sekretariat Utama, yaitu indeks nilai BB
pada tahun 2016.
Sesuai dokumen rencana strategis Sekretaris Utama Tahun 2015 - 2019, target indikator kinerja nilai evaluasi pelaksanaan reformasi
birokrasi BPPT sampai dengan tahun 2019 adalah sebagai berikut :
Nilai BB pada Tahun 2016;
Nilai BB pada Tahun 2017;
Nilai BB pada Tahun 2018;
Nilai BB pada Tahun 2019
.
4 Perbandingan realisasi
kinerja tahun
ini dengan
KementerianLembaga lain
Mengingat hasil evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BPPT tahun ini masih bersifat penilaian sementara, dan hasil evaluasi
pelaksanaan reformasi birokrasi di KementerianLembaga lainnya juga belum diterbitkan oleh Kementerian PAN dan RB, maka pada laporan
kinerja ini perbandingan realisasi kinerja Reformasi Birokrasi BPPT dengan KementerianLembaga lain tidak dapat ditampilkan.
Pada tahun 2015, realisasi capaian evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi
di BPPT
jika dibanding
dengan beberapa
KementerianLembaga lain dapat dilihat dibawah ini.
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 119 Tabel 3.15
Perbandingan antara nilai evaluasi RB BPPT dengan KL lain No.
KementerianLembaga Nilai
1 KPK
90,85 2
Kementerian Perdagangan 69,98
3 Kemenko Ekuin
69,01 4
BPPT 67,58
5 Analisis penyebab keberhasilan kinerja;
Mengacu kepada hasil sementara evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BPPT, beberapa hal yang menjadi penyebab keberhasilan
pencapaian target dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini. Dari tabel tersebut terlihat bahwa area perubahan yang mengalami
peningkatan kinerjanya meliputi : a.
Manajemen perubahan b.
Penataan tata Laksana c.
Penataan Sistem Manajemen SDM d.
Penguatan Akuntabilitas Kinerja e.
Penguatan Pengawasan
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 120 Tabel 3.16
Penyebab Keberhasilan Pencapaian Target Nilai RB
No Area
Nilai Maks
Nilai 2015
Nilai 2016
Keterangan
1 Manajemen Perubahan
5 3.53
3.78 Sosialisasi dokumen roadmap
sudah terlaksana, Agen Perubahan sudah ditetapkan.
2 Penataan Peraturan
Perundang-undangan 5
2.71 2.71
3 Penataan dan
Penguatan Organisasi 6
4.18 4.18
4 Penataan Tatalaksana
5 3.47
3.76 Peta proses bisnis dan SOP
sudah disusun pada beberapa unit kerja.
5 Penataan Sistem
Manajemen SDM 15
12.36 13.74
Penerapan proses penerimaan cpns dengan CAT, promosi
jabatan terbuka, kode etik BPPT untuk penetapan sanksi
pegawai.
6 Penguatan
Akuntabilitas Kinerja 6
3.53 4.02
Peningkatan kapasitas SDM yang menangani akuntabilitas
kinerja sudah dilakukan. Pemantauan kinerja sudah
mulai menggunakan elektronik.
7 Penguatan
Pengawasan 12
6.50 7.50
BPPT telah menetapkan unit kerja pembangunan Zona
Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi WBK
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
8 Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik 6
3.89 3.89
6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
a. Analisis efisiensi penggunaan Sumber Daya Manusia - Optimalisasi penggunaan SDM pada posisi dan kompetensi yang
sesuai - Melaksanakan koordinasi secara berkala terkait area yang
menjadi perhatian b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya anggaran
- Perencanaan kegiatan dilakukan secara matang - Seluruh pengeluaran keuangan berdasarkan mata anggaran
yang telah ditentukan
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 121
7 Analisis programkegiatan yang menyebabkan keberhasilan pencapaian perjanjian kinerja
Mengacu kepada hasil sementara evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BPPT, beberapa hal yang menjadi penyebab keberhasilan
pencapaian target dapat dilihat pada tabel di atas. Dari tabel tersebut terlihat bahwa area perubahan yang berkontribusi terhadap
keberhasilan pencapaian kinerja meliputi : a. Manajemen perubahan
b. Penataan tata Laksana c. Penataan Sistem Manajemen SDM
d. Penguatan Akuntabilitas Kinerja e. Penguatan Pengawasan
2.
Pengukuran capaian Indikator kinerja 2 yaitu Opini Penilaian Laporan Keuangan oleh BPK, dengan target
Opini WTP.
Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT No. 009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Biro Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas melaksanakan dan mengkoordinasikan
penyusunan program dan anggaran, evaluasi dan pelaporan kinerja, serta pengelolaan verifikasi, perbendaharaan, akuntansi, dan pelaporan
keuangan. Secara umum, Biro Perencanaan dan Keuangan berfungsi mengkoordinir penyusunan program dan anggaran, evaluasi dan
pelaporan kinerja, verifikasi pelaksanaan anggaran dan pelaporan keuangan atas seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan oleh BPPT.
Pelaporan keuangan yang dihasilkan dapat berupa laporan keuangan kepada pihak ekstern, misalnya kepada Kementerian Keuangan sebagai
pertanggungjawaban publik BPPT sebagai instansi pemerintah di depan DPR dan dapat pula berupa laporan keuangan untuk pihak intern yang
berguna untuk membantu pengambilan keputusan.
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 122
Laporan keuangan yang baik adalah laporan keuangan yang memenuhi karateristik kualitatif yaitu dapat dipahami, relevan, andal dan dapat
diperbandingkan. Hal tersebut yang menjadi kaidah yang dipegang teguh Biro Perencanaan dan Keuangan dalam menyusun laporan keuangan.
Proses penyusunan laporan keuangan di Biro Perencanaan dan Keuangan BPPT diawali di Bagian Verifikasi dan Perbendaharaan yang
melakukan proses verifikasi dan pengujian berkas yang akan dibayar dan atau dikirim ke Kementerian Keuangan. Hal ini berkaitan dengan relevansi
dan keandalan laporan keuangan, agar berkas yang diproses dan dibayar telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya Bagian Akuntansi dan Pelaporan Keuangan melaksanakan proses penginputan dokumen pertanggungjawaban dan penyusunan
pelaporan keuangan. Dalam membantu melaksanakan pelaporan keuangan dipergunakan aplikasi yang telah disediakan oleh Kementerian
Keuangan. Kegiatan di atas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Biro
Perencanaan dan Keuangan terhadap laporan keuangan satuan kerja BPPT. Salah satu kinerja BPPT tercermin dari laporan keuangan
konsolidasi seluruh satuan kerja di lingkungan BPPT. Untuk mendapatkan laporan keuangan konsolidasi yang baik, maka laporan keuangan setiap
satuan kerja di lingkungan BPPT juga harus baik. Untuk menyusun laporan keuangan masing-masing satuan kerja yang baik diperlukan
pembinaan kepada seluruh satuan kerja di lingkungan BPPT.
Pembinaan terhadap satuan kerja di lingkungan BPPT ini dilakukan oleh Biro Perencanaan dan Keuangan dan masing-masing Bagiannya. Bagian
Verifikasi dan
Perbendaharaan berkaitan
dengan proses
pertanggungjawaban dan administrasi keuangan yang baik serta pembinaan keperbendaharaan-nya kepada seluruh unit kerja di
lingkungan BPPT. Sedangkan Bagian Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 123
melakukan pembinaan tentang penyusunan laporan keuangan yang baik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menyusun laporan keuangan yang baik juga diperlukan internal
control yang baik pula. Internal control yang baik ini harus tertuang dalam Sistem Pengendalian Intern Instansi Pemerintah SPIP. SPIP ini
harus dilaksanakan oleh semua unsur dalam organisasi. Dengan demikian maka laporan keuangan yang dihasilkan menjadi lebih baik.
Harus disadari bahwa untuk menghasilkan laporan keuangan konsolidasi yang baik, diperlukan setiap unsur laporan keuangan masing-masing
satuan kerja bekerja dengan baik. Disinilah peran Biro Perencanaan dan Keuangan sangat besar dengan melakukan penyusunan laporan
keuangan konsolidasi dan melakukan pembinaan terhadap seluruh satuan kerja di lingkungan BPPT.
Muara akhir dari semuanya adalah diperolehnya opini Wajar Tanpa Pengecualian WTP dari hasil pemeriksaan laporan keuangan yang
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Opini WTP ini akan mencerminkan kinerja keuangan suatu instansi pemerintah dan peran Biro
Perencanaan dan Keuangan sangat diperlukan untuk perolehan opini WTP.
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 124 Gambar 3.44
Hasil Pemeriksaan atas LK BPPT 2015
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 125
Penyusunan Laporan Keuangan BPPT Yang Transparan, Akuntabel Dan Taat Peraturan
Hasil dari proses pada bagian Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BPPT adalah Laporan Keuangan BPPT. Pembuatan Laporan Keuangan adalah
suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang berupa keterbukaan atas aktivitas pengelolaan
anggaran di BPPT. Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan
jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-
undangan KK,SAP,2005.
Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumberdaya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik KK,SAP,2005.
Melakukan Rekonsiliasi Internal Data Keuangan Dalam Penyusunan Laporan Keuangan BPPT
Salah satu tahapan yang harus dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan adalah pelaksanaan rekonsiliasi internal data keuangan.
Rekonsiliasi internal data keuangan dilakukan antara data keuangan pada 18 delapan belas satuan kerja dan 1 satu Badan Layanan Umum BLU
di lingkungan BPPT dengan data di instansi pusat. Rekonsiliasi data dilakukan untuk menyamakan data antara data di tingkat
satuan kerja Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran – UAKPA,
tingkat wilayah Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – UAPPA
Wilayah dan UAPPA Eselon 1 dengan tingkat lembaga Unit Akuntansi Pengguna Anggaran
– UAPA.
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 126
Untuk tahun 2016 ini, pelaksanaan rekonsiliasi internal data keuangan dilaksanakan dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2015
BPPT dan dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Semester 1 Tahun 2016 BPPT.
Hasil dari pelaksanaan rekonsiliasi internal data keuangan ini adalah berupa Berita Acara Rekonsiliasi BAR yang ditandatangani oleh pihak
terkait, yaitu petugas penyusun laporan keuangan satuan kerja, petugas penyusun laporan keuangan lembaga, dan tim inspektorat, jika dilakukan
reviu terhadap laporan keuangan yang disusun.
Tujuan dari pelaksanaan rekonsiliasi internal BPPT adalah untuk meneliti keakuratan pencatatan data akuntansi antara transaksi keuangan yang
dilakukan oleh satker-satker di lingkungan BPPT dengan yang dilakukan oleh Bendahara Umum Negara dalam hal ini rekonsiliasi dilaksanakan
dengan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan DAPK yang dilaksanakan tiap semester.
Penyusunan Laporan Pengelolaan Verifikasi
Ruang lingkup proses verifikasi meliputi semua kegiatan yang diberikan oleh Biro Perencanaan dan Keuangan terdiri dari proses verifikasi atas
dokumen yang masuk, yang mencakup 5 lima aspek berikut : aspek ketersediaan danaanggaran,
aspek ketepatan tujuan pengeluaran, aspek kebenaran pembebanan anggaran,
aspek kebenaran tagihan, dan aspek kelengkapan bukti pengeluaran dan dokumen pendukungnya,
serta melakukan monitoring atas penyerapan anggaran.
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan verifikasi di Biro Perencanaan dan Keuangan adalah dokumen tagihan yang telah selesai diverifikasi dengan
tepat waktu, serta tercapainya pelayanan verifikasi yang optimal.
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 127
Melakukan Laporan Pengelolaan Perbendaharaan
Hasil dari proses pada layanan pengelolaan perbendaharaan adalah Pembayaran Uang Persediaan UP, Pembayaran Langsung LS dan
pengelolaan penggajian. Dalam hal Pembayaran Uang Persediaan UP dan Pembayaran Langsung LS, dokumen yang telah diterima dari
kordinator penguji Bagian Verifikasi dan Perbendaharaan akan diterima oleh P3SPM untuk diklasifikasikan Bukti Kas UP dan SPM LS LS yang
selanjutnya untuk ditandatangani dan diparaf lalu untuk diserahkan ke masing-masing Bendahara Pengeluaran dan BPP berdasarkan program
kegiatan. Untuk Dokumen SPM LS akan dilengkapi dengan dokumen pendukung lainnya untuk selanjutnya langsung dikirim ke KPPN Jakarta.
Setelah SPM LS diproses di KPPN Jakarta maka akan keluar SP2D dari KPPN untuk dibukukan disertai masuknya uang ke dalam rekening milik
Bendahara Pengeluaran BPPT. Untuk Dokumen Bukti Kas akan diberi penomoran Bukti Kas, dibayarkan kepada yang berhak menerima oleh
Bendahara dan juga dibukukan saat terjadi pembayaran. Setelah dibayarkan, maka Bukti Kas akan dibuatkan SPM GU dan dilengkapi
dokumen pendukungnya untuk dikirim ke KPPN Jakarta. Proses selanjutnya menunggu SP2D keluar dari KPPN. Setelah SP2D keluar baik
untuk Dokumen LS maupun UP akan dibukukan kembali oleh Bendahara kemudian di Foto Copy untuk diserahkan ke Bagian Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan
untuk keperluan
rekonsiliasi. Jadi
yang membedakan Pembayaran Uang Persedian UP dengan Pembayaran
Langsung LS secara keseluruhan terdapat pada cara pembayarannya.
Pada pengelolaan penggajian yakni meliputi kegiatan Pembayaran Penggajian Pegawai Negeri Sipil PGPS, Pembayaran Uang Makan
Pegawai, Pembayaran Tunjangan Kinerja, Pembayaran Uang Duka WafatTewas, Pembayaran kekuranganSelisih Gaji Rapel dan
Tunjangan-tunjangan lainnya
serta layanan
Surat Keterangan
Penghentian Pembayaran. Pada pengelolaan penggajian lebih kepada layanan untuk para pegawai BPPT.
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 128
Penyusun Laporan
Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil-Hasil
Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran, kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan datainformasi mengenai
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan,
yang dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan sebagai keputusan BPK.
Rekomendasi adalah
saran dari
pemeriksa berdasarkan
hasil pemeriksaannya, yang ditujukan kepada orang danatau badan yang
berwenang untuk melakukan tindakan danatau perbaikan.
Setelah Rekomendasi atas LHP BPK diterima, maka dilanjutkan dengan membuat laporan dari jawaban-jawaban atau penjelasan atas tindak lanjut
yang akan dilakukan oleh BPPT sehubungan dengan rekomendasi dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK.
Berdasarkan uraian penjelasan pelaksanaan pekerjaan di lingkungan Biro Perencanaan dan Keuangan yang terkait kinerja laporan keuangan BPPT,
diperoleh data capaian kinerja sebagai berikut.
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 129
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa capaian kinerja BPPT untuk Indikator Kinerja 2: Hasil Opini BPK terhadap Laporan
Keuangan BPPT kesesuaian dengan SAI dan SAP, dengan target Opini WTP adalah sebagai berikut:
1 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun ini :
Prosentase Capaian Kinerja
= Realisasi
Target =
Opini WTP = Tercapai
Opini WTP
Tabel 3.17 Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja Iindikator Kinerja 3.2
Indikator Kinerja Target
Realisasi
Hasil Opini BPK terhadap Laporan Keuangan BPPT kesesuaian
dengan SAI dan SAP Opini WTP
Opini WTP Tercapai
2 Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
Pada tahun 2009 hingga Tahun 2011, BPPT secara berturut-turut selama 3 tahun telah memperoleh opini WTP Wajar Tanpa
Pengecualian. Pada tahun 2012 BPPT memperoleh opini WDP Wajar Dengan Pengecualian. Pada tahun 2013 BPPT kembali
memperoleh opini WTP Wajar Tanpa Pengecualian. Pada tahun 2014, BPPT kembali memperoleh opini WDP Wajar Dengan
Pengecualian, dan pada tahun 2015 dan 2016 BPPT secara berturut- turut kembali memperoleh opini WTP Wajar Tanpa Pengecualian.
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 130 Tabel 3.18
Perbandingan antara capaian target tahun ini dengan tahun sebelumnya
Tahun Penilaian Nilai Capaian
2016 WTP
2015 WTP
2014 WDP
2013 WTP
2012 WDP
2011 WTP
2010 WTP
2009 WTP
3 Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis;
Realisasi kinerja tahun 2016, dimana BPPT memperoleh opini WTP, telah sesuai dengan target indikator kinerja yang telah ditetapkan
dalam Dokumen Perjanjian Kinerja Sekretaris Utama Tahun 2016, yaitu Laporan Keuangan BPPT yang sesuai Sistem Akuntansi
Pemerintah SAP, dengan Opini WTP.
Selain itu, hasil penilaian Laporan Keuangan BPPT tahun 2016 ini yang memperoleh opini WTP juga sejalan dengan yang telah
ditetapkan dalam Dokumen Rencana Strategis Sekretaris Utama Tahun 2015-2019, dimana Indikator dan Target yang telah ditetapkan
adalah Terwujudnya Pengelolaan Keuangan Negara yang handal dimana Laporan Keuangan sesuai SAP dengan target WTP.
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 131
4 Perbandingan realisasi
kinerja tahun
ini dengan
KementerianLembaga lain
Realisasi hasil opini BPK terhadap Laporan Keuangan BPPT jika dibanding dengan beberapa KementerianLembaga lain dapat dilihat di
bawah ini.
Tabel 3.19 Perbandingan antara opini laporan keuangan BPPT dengan KL lain
No. KementerianLembaga
Opini 1
KPK WTP
2 Kementerian Perdagangan
WTP
3 BPPT
WTP
4 LIPI
WTP 5
BATAN WTP
6 BSN
WTP 7
Kementerian Ristek Dikti WDP
5 Analisis penyebab keberhasilan kinerja;
Analisis penyebab keberhasilan perolehan opini WTP sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Kinerja Sekretariat Utama, adalah sebagai
berikut: Komitmen dan dukungan dari seluruh Pimpinan BPPT dan
Pimpinan Satuan Kerja terhadap penyelesaian penyusunan Laporan Keuangan BPPT Tahun 2015 audited yang transparan,
akuntabel, taat peraturan dan tepat waktu. Dukungan dari tim Reviu dari Inspektorat yang telah melaksanakan
tugas reviu terhadap Laporan Keuangan BPPT 2015 unaudited sehingga bisa terselesaikan secara efektif, efisien dan tepat waktu.
Dukungan dari seluruh jajaran di lingkungan Satuan Kerja BPPT terhadap penyusunan Laporan Keuangan BPPT Tahun 2015
audited terutama para petugas Sistem Akuntansi Instansi SAI, petugas Barang Milik Negara BMN dan petugas Persediaan yang
responsif terhadap kebutuhan data dan koreksi sesuai dengan rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan BPK.
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 132
6 Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
a. Analisis efisiensi penggunaan Sumber Daya Manusia - Alokasi dan penempatan SDM yang menangani laporan
keuangan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan - Melaksanakan koordinasi secara intensif dengan seluruh Satker
yang terkait b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya anggaran
- Perencanaan kegiatan dilakukan secara matang
7 Analisis programkegiatan yang menyebabkan keberhasilan pencapaian perjanjian kinerja
Beberapa kegiatan yang menjadi penunjang keberhasilan pencapaian target adalah diantaranya:
- Sosialisasi tentang SAI dan SAP kepada seluruh unit kerjasatuan kerja
- Rekonsiliasi laporan keuangan secara terpadu dengan seluruh unit kerjasatuan kerja.
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 133
3.
Pengukuran capaian Indikator kinerja 3 yaitu Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja, dengan target nilai BB
.
S i
ste m
Akuntabilita s
Ki ne
rj a
I n
s tan
s i
Pe m
e rin
tah a
dalah r
ang k
aian s
i stema
ti k dari berba
g ai aktivitas, al
a t, dan pro
s edur
yan g
dir an
can g
untuk tuj uan p
e n
eta pan
dan pe n
gukuran, pengumpulan da ta,
pe n
g kl
a si
fika s
ian ,
p e
ngikhtisaran ,
dan pe l
a por
an kine
rj a
p a
d a
in s
tan s
i pe
m e
rintah , d
alam r
ang k
a p
e rtanggungj
a w
a ban dan
peningk atan
kine rja
in st
an s
i p
e m
e rintah
. Akuntabilitas merupakan
kata kunci dari sistem tersebut yang dapat diartikan sebagai perwujudan dari kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggung-
jawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan melalui media pertanggungjawaban dan berupa laporan akuntabilitas yang disusun secara periodik.
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah SAKIP,
P e
n ye
l e
n ggaraan
SA KIP dilaksanak
an untuk p
e n
yusun an
La p
o r
an Kinerja se
suai de n
gan ket
e ntu
an pe r
a turan p
e run
dang -und
angan. P
enye l
e n
ggaraan S AKIP
dilak san
ak an
s ec
ara s e
l aras dan ses
u ai
d e
n gan
pe ny
el e
n ggaraan Si
s te
m Akun tansi Pe
m e
rin tahan
d an tata
cara p
e n
ge ndalian
s erta
e v
al u
as i pel
aksanaan r
e n
cana pemb
an gunan.
Penyelenggaraan SAKIP
pada Kementerian
NegaraLembaga dilaksanakan oleh entitas Akuntabilitas Kinerja secara berjenjang dengan tingkatan: Entitas Akuntabilitas Kinerja Satuan Kerja;
Entitas Akuntabilitas Kinerja Unit Organisasi; dan Entitas Akuntabilitas Kinerja Kementerian NegaraLembaga. Penyelenggaraan SAKIP meliputi :
Rencana Strategis; Perjanjian Kinerja; Pengukuran Kinerja; Pengelolaan Data Kinerja; Pelaporan Kinerja; dan Reviu dan Evaluasi Kinerja.
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 134
Tujuan Sistem AKIP adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya
pemerintah yang baik dan terpercaya. Sedangkan sasaran dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah:
1. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi
masyarakat dan lingkungannya. 2. Terwujudnya transparansi instansi pemerintah.
3. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
4. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Penyelenggaraan SAKIP ini dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah laporan kinerja yang berkualitas serta selaras dan sesuai dengan tahapan-
tahapan meliputi :
1. Rencana Strategis
Rencana strategis merupakan dokumen perencanaan instansi pemerintah dalam periode 5 lima tahunan. Rencana strategis ini
menjadi dokemen perencanaan untuk arah pelaksanaan program dan kegiatan dan menjadi landasan dalam penyelenggaraan SAKIP.
2. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja adalah lembardokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang
lebih rendah untuk melaksanakan programkegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Perjanjian kinerja selain berisi mengenai
perjanjian penugasanpemberian amanah, juga terdapat sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang diperjanjikan untuk
dilaksanakan dalam 1 satu tahun serta memuat rencana anggaran untuk program dan kegiatan yang mendukung pecapaian sasaran
strategis.
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 135
3. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan langkah untuk membandingkan realisasi kinerja dengan sasaran target kinerja yang dicantumkan
dalam lembardokumen perjanjian kinerja dalam rangka pelaksanaan APBN tahun berjalan. Pengukuran kinerja dilakukan oleh penerima
tugas atau penerima amanah pada seluruh instansi pemerintah.
4. Pengelolaan Kinerja
Pengelolaan kinerja
merupakan proses
pencatatanregistrasi, penatausahaan dan penyimpanan data kinerja serta melaporkan data
kinerja. Pengelolaan data kinerja mempertimbangkan kebutuhan instansi pemerintah sebagai kebutuhan manajerial, datalaporan
keuangan yang
dihasilkan dari
sistem akuntansi
dan statistik
pemerintah.
5. Pelaporan Kinerja
Pelaporan kinerja adalah proses menyusun dan menyajikan laporan kinerja atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan Penggunaan
Anggaran yang telah dialokasikan. Laporan kinerja tersebut terdiri dari Laporan Kinerja Interim dan Laporan Kinerja Tahunan. Laporan Kinerja
Tahunan paling tidak memuat perencanaan strategis, pencapaian sasaran strategis instansi pemerintah, realisasi pencapaian sasaran
strategis dan penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja.
6. Reviu dan Evaluasi Kinerja
Reviu merupakan langkah dalam rangka untuk meyakinkan keandalan informasi yang disajikan sebelum disampaikan kepada pimpinan.
Reviu tersebut dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dan hasil reviu berupa surat pernyataan telah direviu yang
ditandatangani oleh
Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah.
Sedangkan evalusi kinerja merupakan evaluasi dalam rangka implementasi SAKIP di instansi pemerintah.
LKIP BPPT TAHUN 2016
III
- 136
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah SAKIP, Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
BPPT. Pelaksanaan
evaluasi berpedoman
Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Berdasarkan hasil evaluasi sementara yang dilakukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah AKIP BPPT tahun 2015, diperoleh hasil nilai 70,20 BB.
Penilaian tersebut menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dibandingkan dengan capaian kinerjanya, kualitas
pembangunan budaya
kinerja birokrasi
dan penyelenggaraan
pemerintahan yang berorientasi pada hasil BPPT sudah menunjukkan hasil yang baik namun demikian masih memerlukan beberapa perbaikan.
Rincian hasil penilaian sementara oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah AKIP BPPT tahun 2015 adalah sebagai berikut :