Aspek Strategis dan Permasalahan Utama
LKIP BPPT TAHUN 2016 I-13
mengembangkan teknologi Puna Wulung agar dapat mencapai kinerja sesuai dengan Operational Requirement OpsReq TNI. Saat ini
pengembangan 3 tiga unit Puna Wulung yang didesain BPPT dan diproduksi oleh PT.DI sudah memasuki babak akhir di mana sertifikasi
telah berhasil diperoleh dari Indonesian Military Airworthiness Authority IMAA dan diserahkan ke Kementerian Pertahanan.
2. Aspek strategis dan permasalahan utama yang terkait dengan kawasan
Techno Park. Kebijakan Pemerintah dalam upaya untuk meningkatkan kapasitas daya
saing bangsa dan negara antara lain dengan mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi iptekin. Salah
satu bentuk pengembangan dan pemanfaatan iptekin adalah dengan membangun pusat-pusat unggulan berupa technopark. Pembangunan
technopark diperuntukkan bagi penelitian dan pengembangan sains dan teknologi berdasarkan kepentingan bisnis.
Technopark harus memiliki keunggulan teknologi yang spesifik sehingga mampu bersaing dan mampu memberikan nilai tambah tinggi atas produk
yang dihasilkan. Agar dapat bersaing, salah satu strategi yang diterapkan adalah diversifikasi atau menghasilkan keunggulan yang berbeda
dibandingkan dengan yang lain.
Berbagai kegiatan terkait dengan pengembangan kawasan Techno Park antara lain : Perencanaan dan pengembangan kelembagaan untuk
mendukung berfungsinya Techno Park; Pengembangan teknoprener melalui pusat Inovasi untuk menciptakan UKM yang inovatif;
Pengembangan klaster industri unggulan daerah untuk meningkatkan nilai tambah atau produktivitas klaster industri, meningkatkan inovasi dan
mengembangkan ekonomi lokal; Pengembangan ekosistem inovasi yang kondusif untuk mendukung terwujudnya daerah cerdas dan berwawasan
lingkungan; dan Pengembangan kebutuhan strategis tematik untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dengan teknologi dan inovasi
yang berwawasan lingkungan.
LKIP BPPT TAHUN 2016 I-14
3. Aspek strategis dan permasalahan utama yang terkait dengan layanan teknologi.
Berbagai permasalahan riset di bidang iptek kelautan menjadi hal penting bagi negara Indonesia sebagai indikator kemajuan teknologi di bidang
kelautan dan kemaritiman. Riset kelautan di Indonesia dijadikan dasar untuk mencapai teknologi eksplorasi sumberdaya kelautan dalam rangka
pemanfaatan potensi kekayaan laut di perairan negara Republik Indonesia untuk kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Sesuai dengan visi misi pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang fokus menjadikan Indonesia menjadi poros maritim dunia,
maka komitmen pemerintah Indonesia untuk mendorong pembangunan di sektor kelautan dan kemaritiman menjadi landasan BPPT untuk berperan
serta dalam mendukung pembangunan nasional. Langkah strategis ini menjadi pemicu untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana survei
kelautan khususnya di sektor pengembangan dan penerapan iptek kelautan dan kemaritiman untuk menghadapi isu-isu dan tantangan-
tantangan pembangunan kelautan dan kemaritiman yang berkelanjutan.
Peranan teknologi modifikasi cuaca TMC dalam upaya mitigasi bencana hidrometeorologi maupun untuk pengelolaan sumberdaya air di Indonesia
telah tertuang dalam beberapa regulasi produk hukum yang berlaku di tanah air, antara lain sebagai berikut: a. Peran TMC dalam sistem
pengelolaan sumberdaya air dimuat secara tegas dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dalam
Pasal 38 ayat 1, yang menyatakan bahwa ”Pengembangan fungsi dan manfaat air hujan dilaksanakan dengan mengembangkan Teknologi
Modifikas i Cuaca”; b. Dalam hal mitigasi bencana asap kebakaran hutan
dan lahan, peran TMC juga diakui dan dibutuhkan sebagaimana dimuat dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 11 Tahun 2015 tentang
Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan; dan c. untuk mitigasi bencana banjir telah tercantum dalam Instruksi Presiden Republik
Indonesia No. 4 Tahun 2012, tentang Penanggulangan Bencana Banjir dan Tanah Longsor.
LKIP BPPT TAHUN 2016 I-15
4. Aspek strategis dan permasalahan utama yang terkait dengan kepuasan masyarakat.
Sebagai instansi pemerintah yang mempunyai fungsi mengkaji dan menerapkan teknologi, BPPT telah menghasilkan inovasi teknologi yang
berguna dan dibutuhkan oleh pihak pengguna baik pemerintah maupun industri. Hal ini dapat terlihat dari kerjasama-kerjasama yang dibina sejak
BPPT berdiri hingga saat ini.
Dari kerjasama yang telah dilaksanakandiimplementasikan tersebut dirasakan perlu untuk melakukan evaluasi terhadap mitra BPPT apakah
merasa puas dengan hasil pelayanan teknologi yang sudah dilaksanakan. Tingkat kepuasan terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting
dalam mengembangkan suatu sistem layanan yang tanggap terhadap konsumen. Tujuan melakukan kegiatan survey kepuasan pelanggan
adalah untuk
mendapatkan informasi
sejauh mana pelanggan
mendapatkan value dari penyedia jasa, value ini bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat emosi.
5. Aspek strategis dan permasalahan utama yang terkait dengan pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
Program Reformasi Birokrasi di lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT merupakan amanat UU No.17 Tahun 2007
tentang RPJN 2005-2025, Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Road Map Reformasi Birokrasi. Selain itu, Reformasi
Birokrasi bagi BPPT merupakan suatu kebutuhan dalam melakukan pembaharuan
dan perubahan
mendasar terhadap
sistem penyelenggaraan pemerintahan, terutama yang menyangkut aspek
kelembagaan organisasi, ketatalaksanaan business process dan sumber daya aparatur sehingga mampu meningkatkan efisiensi,
efektifitas, produktivitas, transparansi dan akuntabilitas birokrasi serta disiplin dan etos kerja pegawai dan pelayanan prima.
LKIP BPPT TAHUN 2016 I-16
6. Aspek strategis dan permasalahan utama yang terkait dengan opini penilaian laporan keuangan oleh BPK
Pembuatan Laporan Keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas
yang berupa keterbukaan atas aktivitas pengelolaan anggaran di BPPT. Laporan keuangan yang baik adalah laporan keuangan yang memenuhi
karateristik kualitatif yaitu dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Salah satu kinerja BPPT tercermin dari laporan
keuangan konsolidasi seluruh satuan kerja di lingkungan BPPT. Muara akhir dari semuanya adalah diperolehnya opini Wajar Tanpa Pengecualian
WTP dari hasil pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Opini WTP ini akan mencerminkan
kinerja keuangan suatu instansi pemerintah.
7. Aspek strategis dan permasalahan utama yang terkait dengan penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
SAKIP BPPT S
i ste
m Akuntabilita
s Ki
ne rj
a I
n s
tan s
i Pe
m e
rin tah
a dalah
r ang
k aian
s i
stema ti
k dari berba g
ai aktivitas, al a
t, dan pro s
edur yan
g dir
an can
g untuk tuj
uan p e
n eta
pan dan pe
n gukuran, pengumpulan da
ta, pe
n g
kl a
si fika
s ian
, p
e ngikhtisaran
, dan pe
l a
por an
kine rj
a p
a d
a in
s tan
s i
pe m
e rintah
, d alam
r ang
k a
p e
rtanggungj a
w a
ban dan peningk
atan kine
rja in
st an
s i
p e
m e
rintah .
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah SAKIP,
P e
n ye
l e
n ggaraan
SA KIP dilaksanak
an untuk p
e n
yusun an
La p
o r
an Kinerja se
suai de n
gan ket
e ntu
an pe r
a turan p
e run
dang -und
angan. Penyelenggaraan SAKIP ini dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah
laporan kinerja yang berkualitas serta selaras dan sesuai dengan tahapan- tahapan meliputi : Rencana Strategis, Perjanjian Kinerja, Pengukuran
Kinerja, Pengelolaan Data Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Reviu dan Evaluasi Kinerja.
LKIP BPPT TAHUN 2016 I-17