Kebijakan Strategis Nasional Aspek Strategis Organisasi

LAKIP TIRBR TAHUN 2015 I - 11 Strategi pembangunan di Bidang IPTEK dilaksanakan melalui 2 dua prioritas pembangunan, yaitu: 1 Penguatan Sistem Inovasi Nasional SIN, yang berfungsi sebagai wahana pembangunan IPTEK menuju visi pembangunan IPTEK dalam jangka panjang 2 Penguatan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK P3 IPTEK yang dilaksanakan sesuai dengan arah yang digariskan dalam RPJPN 2005 -2025 Dalam unsur SIN terdiri atas 3 tiga fokus pembangunan sebagai berikut : 1 Kelembagaan Iptek menguatnya kelembagaan Iptek: Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang, dan Badan Usaha. 2 Sumberdaya Iptek menguatnya Sumberdaya Iptek : terdiri atas keahlian, kompetensi dan pengoperasannya, kekayaan inteletual, dan sarpras Iptek, dimana masing-masing bertanggungjawab meningkatkan terus menerus daya guna dan nilai guna sumberdaya. 3 Jaringan Iptek menguatnya Jangrinan Iptek : membentuk jalinan hubungan interaktif yang memadukan unsur-unsur kelembagaan Iptek untuk menghasilkan kinerja dan manfaat yang lebih besar dari keseluruhan yang dapat dihasilkan. Dalam unsur penguatan P3 Iptek fokus pembangunan dijabarkan dalam bentuk gugus cluster pusat-pusat litbang yang setingkat dengan eselon II, yaitu: 1 Biologi Molekuler, Bioteknologi, dan Kedokteran; 2 Ilmu Pengetahuan Alam; 3 Energi, Energi Baru dan Terbarukan; 4 Material Industri dan Material Maju; 5 Industri, Rancang bangun, dan Rekayasa; 6 Informatika dan Komunikasi; LAKIP TIRBR TAHUN 2015 I - 12 7 Ilmu Kebumian dan Perubahan Iklim; 8 Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemasyarakatan; 9 Ketenaganukliran dan Pengawasannya; 10 Penerbangan dan Antariksa; dan 11 Gambar Fokus Pembangunan Iptek. Program dan kegiatan BPPT diorientasikan pada Bidang Teknologi, Kebijakan Teknologi, Sumberdaya dan Kelembagaan, Sarana dan Prasarana. Sedangkan kebijakan Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi diarahkan pada : 1 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Energi Bersih; 2 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pemerintahan dan Industri; 3 Pengkajian dan Penerapan Teknologi untuk Ketahanan Pangan Nasional; 4 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Transportasi Massal; 5 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Produksi Obat Generik dan Obat Herbal; 6 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pertahanan, Keamanan dan Keselamatan; 7 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Material untuk Energi, Transportasi, Kesehatan dan Hankam; 8 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan dan Kebumian untuk mendukung Energi, Pangan, dan Penanggulangan Bencana; 9 Pengkajian dan Penerapan Teknologi Manufaktur untuk Teknologi Energi, Pangan, Transportasi, Kesehatan dan Hankam; 10 Pengkajian dan Penerapan Kebijakan Teknologi; 11 Peningkatan Pelayanan Jasa Teknologi; 12 Peningkatan dan Pengembangan Sumberdaya; dan 13 Peningkatan dan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Iptek. LAKIP TIRBR TAHUN 2015 I - 13 Program kegiatan yang ada di BPPT dikelompokan kedalam 2 dua jenis program, yaitu Program Teknis dan Program Generik. 1 Program Teknis. Berisi kegiatan-kegiatan untuk melakukan pelayanan eksternal BPPT dan bersifat teknis sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BPPT, Deputi Bidang, Unit Eselon II, dan Satker Eselon II dan III di lingkungan BPPT. Program teknis BPPT hanya 1 satu program yaitu Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2 Program Generik. Berisi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pelayanan internal dalam rangka peningkatan pelayanan eksternal. Program generik ini terdapat 2 dua program, yaitu : a. Program Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya b. Program Peningkatan Sarana Prasarana Aparatur BPPT. Dalam menyusun kebijakan dan strategi program, kedeputian TIRBR mengacu pada Program Prioritas Nasional dalam Buku I RPJMN dan program pilihan lainnya. Pada 15 program pilihan lainnya terdiri dari : 1 Pemberantasan mafia hukum di semua lembaga negara dan penegakan hukum seperti makelar kasus, suap menyuap, pemerasan, jual beli perkara, mengancam saksi, pungutan tidak semestinya dan sebagainya yang sesuai dengan rasa keadilan dan kepastian hukum; 2 Revitalisasi industri pertahanan. Perlu ada rencana induk dan arah revitalisasi sehingga bisa penuhi kebutuhan dalam negeri dan kontrak sedang berjalan; 3 Penanggulangan terorisme. Peningkatan kapasitas dan restrukturisasi lembaga penanggulangan terorisme untuk lebih libatkan seluruh lapisan masyarakat; 4 Listrik. Memastikan terpenuhinya kebutuhan listrik di seluruh Indonesia dalam lima tahun kedepan; 5 Peningkatan produksi dan ketahanan pangan. Perumusan kembali rencana induk untuk meningkatkan ketahanan pangan yang lebih LAKIP TIRBR TAHUN 2015 I - 14 terintegrasi dengan faktor pendukung, irigasi, pupuk dan subsidi khusus bunga bagi petani; 6 Perindustrian. Memastikan revitalisasi industri pabrik pupuk dan gula yang meliputi penggunaan teknologi dan pembiayaannya; 7 Pembenahan keruwetan penggunaan tanah dan tata ruang. Terutama sinkronisasi antara UU Kehutanan, UU Pertambangan, UU Lingkungan Hidup serta tata perijinan dan penggunaan di lapangan; 8 Infrastruktur. Prioritasnya pemotongan rencana pembangunan ruas jalan yang penting antar propinsi dan di pulau besar, termasuk fasilitas pelabuhan, dermaga, bandara dan infrastrktur perhubungan dan perikanan; 9 Pemberdayaan usaha mikro, usaha kecil dan menengah yang dikaitkan dengan KUR. Pemantapan rencana penyaluran KUR senilai Rp. 10 triliun dalam 5 tahun yang libatkan bank, swasta dan lembaga penjaminan; 10 Mobilisasi sumber pembiayaan di luar APBN dan APBD untuk membiayai pembangunan. Ini terkait pembangunan infrastruktur, listrik, ketahanan pangan yang klop dengan segi pembiayaan dan investasi; 11 Perubahan iklim dan lingkngan hidup, yaitu intensifkan pemberantasan pembalakan hutan, menjaga hutan lindung dan mencegah kebakaran hutan serta kelestarian terumbu karang; 12 Reformasi kesehatan. Prioritasnya bukan lagi berobat gratis, melainkan sehat gratis bagi warga miskin. Maka fasilitas kesehatan masyarakat harus lebih diberi penguatan kapasitas dan kapabilitas; 13 Reformasi pendidikan. Memastikannya ada keterkaitan antara hasil lembaga pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha selaku pasar tenaga kerja; 14 Peningkatan kesiapan penanggulangan bencana dengan membentuk satuan khusus dengan segala fasilitas yang dibutuhkan dan siap setiap saat diterjunkan ke berbagai lokasi bencana; LAKIP TIRBR TAHUN 2015 I - 15 15 Sinergi antara pusat dan daerah yang bisa mencegah pemborosan. Sinergi meliputi jajaran pemerintah, kegiatan pembangunan ekonomi, kesejahteraan, hukum dan keamanan. Peran pembangunan Iptek di bidang industri rancang bangun dan rekayasa, sangat dituntut untuk mendukung dan mensukseskan implementasi 15 Prioritas Nasional tersebut, khususnya sesuai dengan penugasan pada 5 Prioritas Nasional dan 5 program lainnya huruf tebal. Mengacu pada landasan idiil, landasan konstitusionil, landasan operasional dan Program Pilihan tersebut, maka pembangunan Iptek di bidang industri rancang bangun dan rekayasa, diharapkan berada dalam track yang benar sesuai tujuannya, yakni bagian yang tidak terpisahkan dari upaya percepatan pencapaian Tujuan Negara, sesuai dengan Pembukaan UUD 45, yakni : melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia hankam; memajukan kesejahteraan umum kesejahteraan dan ekonomi; mencerdaskan kehidupan bangsa pelayanan; dan turut serta menjaga ketertiban dunia, serta meningkatkan daya saing, serta kemandirian dalam memperjuangkan kepentingan negara dalam pergaulan internasional. Dalam rumusan yang lebih konkret, maka pembangunan Iptek di bidang rancang bangun dan rekayasa, diharapkan mampu : 1 Berperan penting dalam membangun kemandirian bangsa guna menciptakan sistem pertahanan keamanan nasional yang kokoh, yang mampu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 2 Mendorong pertumbuhan ekonomi yang bernilai tambah tinggi guna meningkatkan daya saing ekonomi nasional, dalam rangka mengurangi pengangguran dan angka kemiskinan, serta memajukan kesejahteraan umum. LAKIP TIRBR TAHUN 2015 I - 16 3 Mempercepat upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, tercapainya kemajuan bangsa dan kesejahteraan kehidupan rakyat, melalui pelayanan teknologi bagi publik. 4 Memberikan solusi bagi terciptanya pembangunan berkelanjutan dalam rangka turut berpartisipasi menangani masalah lingkungan global seperti: pemanasan global, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan hidup.

1.3 Permasalahan Utama

Potensi dan permasalahan di lingkungan Kedeputian Bidang TIRBR didata melalui identifikasi dan analisis lingkungan berpengaruh terhadap kondisi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Kekepan serta dilengkapi dengan tinjauan terhadap kondisi lingkungan berpengaruh tingkat Nasional dan Internasional. Secara umum permasalahan yang dihadapi potensi yang ada di TIRBR berakibat pada pelemahan. Kelemahan yang dapat diidentifikasi antara lain meliputi: 1 Belum tingginya jiwa technopreneurship SDM di Kedeputian TIRBR menjadikan kurang memperhatikan aspek komersialisasi produk. 2 Tingginya kesenjangan komposisi usia dan keahlian kompetensi pegawai di lingkungan Kedeputian TIRBR . 3 Program dan kegiatan Kedeputian TIRBR sebagian masih bersifat inward looking dan berorientasi pada kebutuhan peningkatan kemampuan personil. 4 Koordinasi, komunikasi dan kerjasama internal Kedeputian TIRBR masih lemah. 5 Kepemilikan HaKI Kedeputian TIRBR masih relatif rendah. 6 Produk teknologi dan jasa layanan di Kedeputian TIRBR belum dikenal luas akibat kurangnya sosialisasi dan promosi. 7 Umur peralatan di laboratorium sebagai fasilitas pendukung programkegiatan di Kedeputian TIRBR sudah tua sehingga mengurangi kecepatan dan akurasi pengukuranpengujian. LAKIP TIRBR TAHUN 2015 I - 17 Apabila tidak segera diperbaiki kelemahan ini akan menjadi menjadi ancaman yang melemahkan. Ancaman yang biasa dijumpai dapat diidentifikasi meliputi: 1 Banyaknya pegawai berprestasi yang mengundurkan diri di Kedeputian TIRBR karena fasilitas dan daya dukung yang dinilai kurang. 2 Anggaran yang tersedia terbatas, tidak fleksibel, tidak dapat dilaksanakan secara multi years sehingga membatasi pengembangan program Kedeputian TIRBR. 3 Industri belum menggunakan jasa layanan teknologi Kedeputian TIRBR karena ketergantungan mereka terhadap principal nya. 4 Koordinasi dan harmonisasi pada tataran regulasikebijakan program, antar institusi, sangat lemah. 5 Meningkatnya kompetitor asing pada bidang litbangyasa sehingga memperlemah peran dan fungsi Kedeputian TIRBR. 6 Pemahaman mengenai proses rancang bangun dan perekayasaan teknologi industri masih belum membudaya di kalangan masyarakat luas.

1.3.1 Peningkatan Daya Saing

Kondisi daya saing Indonesia sebenarnya terdongkrak oleh tiga pilar utama, yakni kondisi makroekonomi yang kondusif, pendidikan dasar dan kesehatan, dan ukuran pasar domestik yang relative besar dengan masing-masing nilai diatas 5,0. Secara umum daya saing Indonesia sudah lebih membaik sejak 2011, sebagaimana diindikasikan dari peningkatan fase pembangunan dari transisi antara factor-driven dan efficiency-driven menuju pada fase innovation-driven pada tahun 2013 menjadi penuh masuk ke fase efficiency-driven Schwab, 2013 sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.6. Sebaliknya ada dua pilar utama yang masih perlu ditangani lebih intensif, yakni kesiapan teknologi, dan inovasi dengan masing-masing nilai kurang dari 4,0. Pilar pendidikan tinggi dan pelatihan tidak tergolong buruk, tetapi belum dapat disebut memuaskan karena masih bernilai 4,3. Hasil survei Forum Ekonomi Dunia World Economic Forum tahun 2013 Schwab, 2013 juga menunjukkan