Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri

21 merugikan diri sendiri, namun keadaaan ini membantu individu neurotik untuk mempertahankan rasa harga diri mereka yang tinggi. d Bentuk penarikan diri yang paling parah adalah membangun penghalang constructing obstacle . Beberapa orang membangun rumah dari jerami untuk menunjukan kalau mereka bisa merobohkannya. Dengan mampu mengatasi masalah, mereka melindungi harga diri dan wibawa mereka. Jika mereka gagal mengatasinya, maka mereka selalu dapat mencari alasan. Feist dan Feist 2009:83 juga menjelaskan bahwa secara ringkas, kecenderungan untuk melindungi ditemukan hampir di setiap orang, tetapi ketika kecenderungan itu berubah menjadi terlalu kaku, maka perlindungan ini menjadi perilaku yang merusak diri. Lebih lanjut lagi, orang yang terlalu sensitif menciptakan kecenderungan untuk melindungi diri mereka sendiri dari ketakutan akan rasa malu, untuk menghilangkan perasaan inferior yang berlebihan, dan untuk memperoleh harga diri. Akan tetapi, kecenderungan untuk melindungi adalah hal yang merusak diri karena bentuk tujuan mereka akan kepentingan diri sendiri dan superioritas pribadi sebenarnya menghalangi mereka untuk memperoleh harga diri yang sebenarnya. Dari pemaparan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa kecenderungan untuk melindungi menurut Adler merupakan bentuk perilaku yang dilakukan secara sadar oleh individu untuk melindungi harga diri self esteem mereka dari rasa malu. Harga 22 diri diartikan sebagai suatu dimensi evaluatif global mengenai diri atau yang biasa disebut juga sebagai martabat diri self-worth atau gambaran diri Santrock, 2007:183. Tentu saja setiap individu tidak selalu mempunyai harga diri yang positif. Masa remaja merupakan masa individu mulai menemukan jati diri mereka. Masa ini juga merupakan masa dimana suatu penghargaan diri mulai terbentuk. Menurut Baumeister dkk., harga diri mencerminkan persepsi yang tidak selalu sesuai dengan realitas Santrock, 2007:185. Santrock 2007:185 menjelaskan bahwa harga diri yang tinggi dapat merujuk pada persepsi yang tepat dan benar mengenai martabatnya sebagai seorang pribadi, termasuk keberhasilan dan pencapaiannya namun harga diri yang tinggi juga dapat mengindikasikan penghayatan mengenai superioritasnya terhadap orang lain, yang sombong, berlebihan, dan tidak beralasan. Dengan cara yang sama, harga diri yang rendah dapat mengindikasikan persepsi yang tepat mengenai keterbatasan atau penyimpangan, atau bahkan kondisi tidak aman dan inferior yang berlebihan. Dusek dan McIntyre; Harte; dan Turnage menjelaskan bahwa lingkungan sosial merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan remaja. Konteks sosial seperti keluarga, kawan-kawan, dan sekolah memiliki pengaruh terhadap perkembangan harga diri remaja Santrock 2007:187. Coopersmith mengatakan dalam suatu penyelidikan lain yang mempelajari mengenai harga diri dan relasi orang tua-anak, remaja laki-laki diminta untuk mengisi kuesioner; diwawancarai mengenai 23 relasi keluarga beserta ibunya Santrock, 2007:187. Berdasarkan pengukuran tersebut, ditemukan bahwa remaja laki-laki yang memiliki harga diri tinggi cenderung berkaitan dengan sifat-sifat pengasuhan yang mengekspresikan afeksi, peduli terhadap masalah-masalah yang dialami remaja laki-laki, harmoni di dalam rumah, partisipasi dalam aktivitas keluarga, mampu memberikan bantuan yang memadai dan tersusun sesuai yang dibutuhkan remaja laki-laki, terdapat aturan-aturan yang jelas dan adil, berpedoman pada aturan-aturan, dan memberikan kebebasan kepada remaja laki-laki dalam batasan-batasan yang jelas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, harga diri yang rendah akan menyebabkan permasalahan-permaslahan tertentu pada remaja. Fenzel menjelaskan bahwa harga diri rendah dapat mengakibatkan depresi, bunuh diri, gangguan makan karena kecemasan, kenakalan remaja, dan masalah-masalah penyesuaian diri lainnya Santrock 2007:188. McCarley dan Harter menjelaskan dalam studi lainnya, remaja yang memiliki pikiran-pikiran yang bengis memperlihatkan harga diri yang tidak tetap, cenderung lebih memiliki masalah perilaku, dan memiliki sejarah pengalaman memalukan yang mengancam ego mereka Santrock, 2007:188. Berkaitan dengan gangguan makan, sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa kecenderungan untuk membenarkan nilai-nilai budaya tertentu, seperti berpikir bahwa menjadi seorang yang menarik akan meningkatkan harga diri dan membuat diri lebih populer, berkaitan dengan persepsi yang lebih negatif mengenai penampilannya, rendahnya harga 24 diri, dan meningkatkan perilaku gangguan makan Kiang Harter dalam Santrock, 2007:188. Kemudian Santrock 2007:189 menyebutkan empat cara yang dapat dilakukan oleh orang dewasa untuk membantu meningkatkan harga diri remaja. 1. Mengidentifikasikan penyebab rendahnya harga diri dan bidang-bidang kompetensi yang penting bagi diri. Mengidentifikasikan sumber-sumber harga diri remaja yakni, bidang-bidang yang penting bagi remaja, merupakan hal yang penting untuk meningkatkan harga diri remaja. Harter berpendapat bahwa agar harga diri remaja dapat meningkat, intervensi yang harus dilakukan harus mencapai tingkat penyebab dari harga diri. Remaja memiliki harga diri tertinggi apabila mereka dapat tampil secara kompeten dalam bidang yang penting bagi dirinya. Oleh karena itu, remaja sebaiknya didorong untuk mengidentifikasikan dan menghargai bidang-bidang kompetensinya. 2. Menyediakan dukungan emosional dan persetujuan sosial. Harter mengatakan bahwa dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam bentuk konfirmitas dari orang lain juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap harga diri remaja. Beberapa anak muda yang memiliki harga diri rendah berasal dari keluarga atau kondisi yang banyak diwarnai konflik dimana mereka sendiri mengalai kekerasan atau penolakan, situasi dimana mereka tidak memperoleh dukungan. Robinson berpendapat berdasarkan pada sebuah studi yang dilakukan baru-baru 25 ini, dukungan orang tua dan kawan-kawan berkaitan dengan martabat diri remaja secara keseluruhan. 3. Meningkatkan prestasi. Bednar, Wells dan Peterson berpendapat bahwa prestasi dapat meningkatkan harga diri remaja. Remaja mengembangkan harga diri yang lebih tinggi karena mereka mengetahui tugas-tugas yang penting untuk meraih tujuan. Penekanan pada pentingnya prestasi dalam meningkatkan harga diri telah banyak dibahas dalam konsep sosial kognitif dari Bandura mengenai self- efficacy , yakni keyakinan individu bahwa dirinya dapat menguasai suatu situasi dan memberikan hasil yang positif. 4. Meningkatkan coping strategy remaja. Lazarus mengatakan harga diri sering kali akan meningkat apabila remaja mencoba mengatasi suatu masalah yang dihadapi dan bukan menghindarinya. Menghadapi masalah secara realistis, jujur, dan tidak difensif, dapat menghasilkan evaluasi diri yang positif, yang akan menggiring persetujuan diri dan meningkatkan harga diri. Sebaliknya, pengingkaran, menipu diri, dan menghindar merupakan pemicu bagi munculnya evaluasi diri yang negatif. Dari penjelasan yang telah disampaikan oleh para ahli sebelumnya maka peneliti mengartikan bahwa kecenderungan untuk melindungi harga diri berdasarkan pada Teori Psikologi Individual Alfred Adler adalah kecenderungan suatu perlakuan difensif yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk melindungi harga dirinya dari rasa malu. 26 Harga diri sendiri merupakan suatu gambaran yang diberikan oleh individu terhadap dirinya sendiri. Harga diri yang negatif akan cenderung menimbulkan sifat-sifat atau perilaku yang negatif pula. Pada remaja, efek negatif dari harga diri yang rendah yaitu adanya masalah-masalah penyesuaian atau dapat memicu timbulnya kenakalan remaja. Faktor yang sangat berpengaruh bagi pembentukan harga diri remaja secara keseluruhan yaitu lingkungan sosial mereka baik itu keluarga, teman sebaya, ataupun lingkungan sekolah mereka. Perilaku negatif yang ditimbulkan dari adanya harga diri yang rendah dapat diubah dengan melakukan cara-cara berikut, tentunya dengan bantuan dari orang dewasa di sekitar remaja. Cara-cara tersebut yaitu 1 mengidentifikasikan penyebab rendahnya harga diri dan bidang-bidang kompetensi yang penting bagi diri; 2 menyediakan dukungan emosional dan persetujuan sosial; 3 meningkatkan prestasi; dan 4 meningkatkan coping strategy remaja.

B. Hubungan antara Gaya Hidup dan Kecenderungan Melindungi Harga

Diri dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Secara umum makna bimbingan merupakan bantuan yang diberikan untuk semua individu agar mereka mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi. Seperti yang dikatakan oleh Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan 2011:13 bahwa agar dapat tercapainya tujuan tersebut, maka setiap individu yang mendapatkan layanan bimbingan hendaknya memperoleh kesempatan untuk: 27 1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya. 2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya. 3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut. 4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri. 5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat. 6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari linfkungan. 7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal. Penelitian ini secara khusus akan memberikan kontribusi dalam pengembangan layanan bimbingan sosial. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana individu-individu melakukan kecenderungan untuk melindungi diri yang berkaitan dengan masalah-masalah interpersonal. Tidak hanya itu, dalam penelitian ini juga mencari tahu gaya hidup yang mereka bangun berdasarkan dari hubungan mereka di lingkungan masyarakat. Dengan dilakukannya penelitian ini, maka kita akan dapat melihat bagaimana remaja saat ini bereaksi terhadap lingkungannya dengan melihat gaya hidup yang mereka miliki dan kecenderungan melindungi harga diri yang mereka lakukan. Selain itu kita juga dapat lebih memahami dan mengerti faktor-faktor apa saja yang menyebabkan individu memunculkan perilaku negatif yang mereka lakukan. Setelah kita mengetahui hal tersebut, kita mampu mengembangkan program- 28 program layanan bimbingan dan konseling yang cocok yang bisa diterapkan kepada individu yang memiliki permasalahan dalam coping , gaya hidup yang negatif, dan juga harga diri yang rendah.

C. Kerangka Berpikir

Dalam kehidupan ini ada individu memiliki perasaan inferior atau perasaan yang merasa lemah dan tidak berdaya. Perasaan inferior ini mendorong individu tersebut untuk melakukan kompensasi-kompensasi untuk mengatasi perasaan tersebut. Kompensasi yang dilakukan oleh individu memiliki dua macam yaitu perjuangan ke arah superioritas dan perjuangan ke arah keberhasilan. Kedua hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana individu berada. Minat sosial yang dikembangkan pada masa anak-anak sangat berpengaruh pada gaya hidup yang akan dimiliki oleh individu kelak. Gaya hidup dimiliki oleh individu sebagai “alat” untuk meraih tujuan hidup mereka. Tujuan yang dimaksudkan dalam konteks penelitian ini ada dua macam, yaitu tujuan yang dimaksudkan untuk keuntungan diri sendiri atau keuntungan yang diarahkan untuk keberhasilan bersama dengan masyarakat. Masa remaja disiapkan secara matang untuk menghadapi dunia di masa dewasa. Salah satu hal penting yang harus dipersiapkan yaitu menumbuhkan penghargaan diri yang positif pada individu. Penghargaan diri yang positif ini juga akan membantu remaja untuk membangun gaya hidup yang sehat. Pembentukan gaya hidup seseorang berdasarkan pada pengalaman-pengalamannya di lingkungan. Lingkungan akan membantu individu membentuk gaya hidupnya sendiri. 29 Setiap individu bebas menentukan dan membangun sendiri gaya hidupnya. Selain ditentukan oleh lingkungannya gaya hidup juga ditentukan oleh minat sosial yang dibangun. Apabila individu memiliki minat sosial yang rendah, maka individu tersebut akan membangun gaya hidup yang negatif. Individu-individu seperti ini cenderung melihat masyarakat luas sebagai musuh mereka dan mereka akan meraih superioritas mereka hanya untuk kepentingan pribadi, sedangkan individu yang mempunyai minat sosial yang tinggi akan melihat masyarakat sebagai pelengkap dari dirinya dan akan bekerja sama dengan baik di dalam masyarakat. Gaya hidup yang negatif akan membuat individu mencari alat pertahanan diri untuk melindungi harga dirinya yang mereka rasa terancam. Salah satu dalam Psikologi Alfred Adler menyebutkan bahwa individu-individu tersebut akan melakukan apa yang disebut sebagai kecenderungan untuk melindungi. Kecenderungan untuk melindungi ini dimiliki oleh semua orang karena pada dasarnya semua orang terlahir dari keterbatasan fisik yang membentuk perasaan- perasaan inferior. Selain keterbatasan fisik yang dimiliki oleh individu sejak lahir, pengaruh-pengaruh pola pengasuhan juga menentukan seberapa besar perasaan inferior dan superior seseorang. Perasaan inferior yang berlebihan yang dimiliki oleh individu akan membuat individu melakukan kecenderungan melindungi harga diri. Kecenderungan untuk melindungi ini akan menjadi hal yang negatif apabila dilakukan dalam cara yang negatif yang biasanya akan dilakukan oleh individu-individu neurotik sebagai kompensasi dari perasaan inferiornya yang berlebihan. Negatif disini diartikan apabila individu sering melakukan 30 Gaya Hidup Kecenderungan Melindungi Harga Diri Perasaan Inferior Tujuan Hidup Superioritas Pribadi Keberhasilan Minat Kemasyarakatan Tinggi Rendah kecenderungan melindugi harga dir untuk menutupi kesalahan yang mereka lakukan atau menghindar dari permasalahan yang mereka hadapi. Adanya penghargaan diri yang negatif juga akan berpengaruh pada relasinya dengan orang lain. Individu yang memiliki harga diri yang negatif akan cenderung menutupi kesalahan yang dilakukan dengan melakukan berbagai macam cara. Adler mengatakan bahwa individu yang merasa harga dirinya terancam dipermalukan di muka umum, akan melakukan apa itu yang disebut dengan kecenderungan untuk melindungi. Kecenderungan untuk melindungi ini membuat individu mampu untuk melindungi citra diri mereka yang tinggi dan melindungi gaya hidup yang mereka jalani saat iniSecara ringkas kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Gaya Hidup Hedonis Pada Siswa SMA Negeri 4 Surakarta.

1 17 19

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Gaya Hidup Hedonis Pada Siswa SMA Negeri 4 Surakarta.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASISWI DI Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

0 0 18

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASISWI DI SURAKARTA Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

0 3 21

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASISWI DI SURAKARTA Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASISWI DI SURAKARTA Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

1 4 20

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASISWI DI SURAKARTA Hubungan Antara Harga Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

0 2 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Harga Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

0 1 10

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASISWI DI SURAKARTA Hubungan Antara Harga Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

0 2 21

Harga Diri dan KEcenderungan Gaya Hidup Hedonis

0 0 20