Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
10
Palmer, 2011:37. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pola-pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua kepada anak akan sangat
mempengaruhi tinggi rendahnya minat sosial yang akan dimiliki oleh anaknya kelak. Idealnya, potensi anak dalam mencapai minat sosial
diperoleh dari sosok ibu. Ibu mengelola pengajaran pertamanya dalam hal bekerjasama melalui menyusui, hal itu merupakan jembatan bagi si anak
untuk menumbuhkan minat sosialnya Ewen, 2003:95. Apabila ibu mampu mengajarkan cara bekerja sama yang baik kepada anak mereka,
maka anak juga akan mampu bekerjasama dengan baik di lingkunganya. Minat sosial yang positif sangat diperlukan oleh setiap orang. Bagi
Adler, minat sosial adalah satu-satunya standar untuk menilai seberapa berharganya seseorang Feist Feist, 2009:77. Ketika seorang individu
dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahannya dalam masyarakat, maka individu tersebut akan merasa bahwa keberadaannya diterima
ditengah-tengah masyarakat. Setelah manusia menetapkan minat sosial apa yang akan mereka bangun, maka perilaku yang dimiliki individu akan
menjadi gaya hidup yang akan dijalani. Adler menyebut konsistensi minat sosial ini sebagai bentuk kehidupan, pola kehidupan atau gaya hidup;
manusia membentuk pandangan tentang diri mereka sendiri dan dunia dan orang-orang di dalamnya, serta bagaimana mereka berperilaku di dunia itu
Palmer, 2011:33. Gaya hidup sangat bergantung pada minat sosial dari individu
tersebut. Ketika individu tersebut menaruh minat sosial yang tinggi pada
11
masyarakat, maka mereka juga akan mempunyai gaya hidup yang sehat. Sebaliknya, ketika individu tidak menaruh minat yang baik pada
masyarakat, maka mereka akan membentuk minat sosial yang tidak sehat. Seperti yang dijelaskan oleh Feist dan Feist 2009:78 bahwa individu
yang tidak sehat secara psikologis sering menjalani hidup yang tidak fleksibel yang ditandai dengan ketidakmampuan memilih cara baru dalam
bereaksi dengan lingkungannya. Sebaliknya, orang yang sehat secara psikologis akan berperilaku dengan cara yang berbeda dan fleksibel dalam
gaya hidup yang kompleks, selalu berkembang, dan berubah. Hal tersebut berarti bahwa individu dengan gaya hidup yang sehat, maka individu
tersebut akan mampu berperilaku dan bertindak sesuai dengan keadaan yang ada dengan karakter orang yang ada pada lingkungan tersebut. Orang
yang tidak sehat secara psikologis akan cenderung kaku dalam bertindak dan menyesuaikan diri dalam lingkungan-lingkungan baru.
Munculnya gaya hidup seseorang berdasarkan pada kompensasi yang dilakukan oleh seseorang terhadap perasaan inferior yang dimiliki.
Berdasarkan teori Adler, setiap individu pasti memiliki perasaan inferior, baik itu nyata ataupun hanya imajinasi dan hal tersebut akan memotivasi
kita untuk melakukan kompensasi Hjelle Ziegler, 1981:78. Gaya hidup bersifat fleksibel, maka setiap orang bisa memiliki dua atau lebih gaya
hidup yang mereka jalani. Gaya hidup yang kita jalani haruslah fleksibel dengan artian gaya hidup yang kita lakukan mengikuti lingkungan ketika
kita berada di suatu tempat. Kemampuan seseorang untuk menyesuaikan
12
diri dengan lingkungannya bergantung pada seberapa banyak gaya hidup yang dijalani dalam kehidupannya. Gaya hidup merupakan faktor internal
seseorang untuk dapat menyesuaikan diri. Individu tidak mampu menyesuiakan diri dengan lingkungannya disebabkan karena adanya
faktor-faktor eksternal pula. Adler Feist Feist, 2009:80 menyebutkan adanya tiga faktor penyebab dan satu diantaranya cukup untuk
menyebabkan munculnya ketidaknormalan dalam menyesuaikan diri. 1.
Kelemahan fisik yang berlebihan Kelemahan fisik yang dialami oleh individu, baik itu kelemahan fisik
yang dialami ketika lahir, kecelakaan, ataupun karena sakit akan mendorong individu tersebut untuk memiliki perasaan-perasaan inferior
yang berlebihan. Individu dengan kelemahan fisik yang berlebihan terkadang membentuk perasaan inferior yang berlebihan karena mereka
berusahan keras untuk melakukan kompensasi terhadap kelemahan mereka. Mereka akan cenderung memiliki egosentris yang tinggi dan
kurang mempertimbangkan keadaan orang lain. Mereka merasa seakan- akan hidup di tengah musuh. Rasa takut telah mengalahkan hasrat
mereka untuk mencapai keberhasilan. Mereka yakin bahwa masalah utama dalam hidup dapat diselesaikan hanya dengan sikap
mementingkan diri sendiri. Sejalan dengan penjelasan tersebut, Schultz dan Schultz 2005:129 juga menambahkan bahwa usaha untuk
melewati kelemahan fisik yang berlebihan dapat dilihat pada seni artistik yang mencolok, keolahragaan, dan pencapaian sosial. Namun