Gaya Hidup Teori Psikologi Individual Alfred Adler

12 diri dengan lingkungannya bergantung pada seberapa banyak gaya hidup yang dijalani dalam kehidupannya. Gaya hidup merupakan faktor internal seseorang untuk dapat menyesuaikan diri. Individu tidak mampu menyesuiakan diri dengan lingkungannya disebabkan karena adanya faktor-faktor eksternal pula. Adler Feist Feist, 2009:80 menyebutkan adanya tiga faktor penyebab dan satu diantaranya cukup untuk menyebabkan munculnya ketidaknormalan dalam menyesuaikan diri. 1. Kelemahan fisik yang berlebihan Kelemahan fisik yang dialami oleh individu, baik itu kelemahan fisik yang dialami ketika lahir, kecelakaan, ataupun karena sakit akan mendorong individu tersebut untuk memiliki perasaan-perasaan inferior yang berlebihan. Individu dengan kelemahan fisik yang berlebihan terkadang membentuk perasaan inferior yang berlebihan karena mereka berusahan keras untuk melakukan kompensasi terhadap kelemahan mereka. Mereka akan cenderung memiliki egosentris yang tinggi dan kurang mempertimbangkan keadaan orang lain. Mereka merasa seakan- akan hidup di tengah musuh. Rasa takut telah mengalahkan hasrat mereka untuk mencapai keberhasilan. Mereka yakin bahwa masalah utama dalam hidup dapat diselesaikan hanya dengan sikap mementingkan diri sendiri. Sejalan dengan penjelasan tersebut, Schultz dan Schultz 2005:129 juga menambahkan bahwa usaha untuk melewati kelemahan fisik yang berlebihan dapat dilihat pada seni artistik yang mencolok, keolahragaan, dan pencapaian sosial. Namun 13 apabila usaha tersebut gagal, maka individu tersebut akan memiliki perasaan inferior yang berlebihan. 2. Gaya hidup manja Orang-orang yang manja memiliki minat sosial yang lemah, namun punya hasrat yang kuat untuk terus mempertahankan hubungan yang sifatnya “parasit”. Hubungan yang bersifat parasit disini artinya individu tersebut cenderung bergantung pada orang lain dan menginginkan orang tersebut memenuhi apapun yang diinginkan. Mereka mengharapkan orang lain untuk merawat, melindungi, dan memuaskan kebutuhan mereka. Karakteristik yang menonjol dari mereka adalah putus asa yang berlebihan, kebimbangan, over sensitif, tidak sabar, dan emosi yang berlebihan, terutama kecemasan. Individu dengan gaya hidup manja akan cenderung mempertahankan gaya hidup manja tersbut supaya mereka merasa nyaman dengan perhatian- perhatian yang diberikan oleh orang lain kepada mereka karena mereka memiliki kecemasan yang berlebihan. Schultz dan Schultz 2005:129 mengatakan bahwa anak yang dimanja memiliki perasaan sosial yang sedikit dan tidak sabar terhadap orang lain. Mereka tidak pernah belajar untuk menunggu hal yang mereka inginkan, ataupun belajar untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau menyesuaikan diri dengan keinginan orang lain. Ketika mereka dihadapkan oleh rintangan untuk memperoleh kebahagiaan, anak yang dimanja akan percaya bahwa 14 mereka memiliki kekurangan yang menghalangi mereka; oleh karena itu, berkembanglah perasaan inferior yang berlebihan. 3. Gaya hidup terabaikan Individu yang merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan akan membentuk gaya hidup yang terabaikan. Anak-anak yang disiksa dan diperlakukan tidak baik akan mempunyai minat sosial yang rendah dan cenderung menciptakan gaya hidup terabaikan. Mereka cenderung memiliki percaya diri yang kurang dan membuat perkiraan-perkiraan yang terlalu jauh mengenai masalah yang mereka hadapi. Mereka mengganggap masyarakat sebagai musuh mereka, maka dari itu individu yang memiliki gaya hidup yang terabaikan tidak dapat bekerjasama dengan orang lain dan memiliki rasa iri yang sangat kuat terhadap keberhasilan orang lain. Karakter masa kecil mereka terbentuk karena kurangnya rasa cinta dan rasa aman karena orang tua mereka acuh tak acuh dan bermusuhan. Hasilnya, anak-anak ini akan mengembangkan perasaan tidak berharga, atau bahkan amarah, dan tidak mempercayai orang lain. Gaya hidup dalam arti lain merupakan sebuah “alat” yang mengatur cara kita bertindak dan berperilaku pada lingkungan. Para pengikut Adler akhirnya mencatat bahwa gaya hidup dapat dimengerti dengan mengamati bagaimana individu mencapai lima hubungan utama yang berhubungan dengan pengembangan diri, pengembangan spiritual, pekerjaan, masyarakat, dan cinta Mosac Maniacci; Seweeney dalam Sharf, 15 2012:127. Adler secara terus menerus mengatakan bahwa bentuk sesungguhnya dari gaya hidup hanya dapat dibedakan dari cara kita bersikap untuk memperoleh dan memecahkan beberapa masalah kehidupan Hjelle Ziegler, 1981:82. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa Adler menekankan bahwa tidak ada satupun dari tugas kehidupan yang berdiri sendiri, mereka selalu berhubungan dan bahwa jalan keluarnya tergantung pada gaya hidup kita. Dreikus menyebutkan bahwa Adler dalam Hjlee Ziegler, 1981:82 menawarkan suatu tipologi dari perilaku gaya hidup yang mengklasifikasikan individu berdasarkan pada perilaku dan kebiasaan mereka terhadap tugas utama kehidupan. Klasifikasi tersebut digenerelisasikan ke dalam dua dimensi yaitu minat sosial dan tingkat aktivitas. Minat sosial mewakili perasaan empati pada tiap ras manusia dan ditujukan untuk bekerjasama dengan orang lain untuk kemajuan sosial daripada keuntungan pribadi. Tingkat aktivitas merujuk pada pergerakan individu untuk mencari solusi atas masalah kehidupan yang mereka alami. Berdasar atas hal-hal tersebut, maka Adler mengklasifikasikan empat perilaku gaya hidup yang muncul pada individu Hjlee Ziegler, 1981:83, yaitu: 1. Tipe Dominan-Berkuasa The Ruling Type Individu yang mudah mengungkapkan segala hal yang dipikirkan, agresif, dan aktif di lingkungan sosial akan cenderung memiliki gaya hidup yang bertipe dominan-berkuasa. Individu seperti ini aktif tetapi 16 dalam cara anti-sosial dan juga berperilaku tanpa mempedulikan orang lain. Mereka berperilaku dengan mendominasi lingkungan mereka dan menjalani kehidupan mereka dengan cara agresif dan anti-sosial. 2. Tipe Bersandar The Getting Type Individu dengan perilaku gaya hidup seperti ini akan hidup di lingkungannya dengan cara yang parasit atau “menyandar” pada orang lain untuk memuaskan keinginan mereka. Tujuan utama dari hidup mereka yaitu memperoleh hal sebanyak mungkin dari orang lain. Karena mereka tidak terlalu aktif, maka mereka cenderung tidak terlalu berbahaya bagi orang lain. 3. Tipe Menjauh The Avoiding Type Individu dengan tipe seperti ini tidak memiliki cukup minat sosial ataupun aktivitas dalam kehidupan mereka. Ketakutan akan kegagalan yang mereka miliki lebih besar dari pada keinginan mereka untuk berhasil. Mereka lebih sering melakukan hal-hal yang tidak berguna untuk lari dari tugas-tugas dalam kehidupan mereka. Dalam arti lain, tujuan mereka yaitu menjauhi segala macam masalah yang ada dalam hidup mereka, sehingga mereka menghindari berbagai kemungkinan dari kegagalan. 4. Tipe Bermanfaat The Socially useful type Individu seperti ini menurut Adler merupakan individu yang sehat. Mereka memiliki minat sosial yang tinggi dan sangat aktif di lingkungan mereka. Individu dengan gaya hidup tipe ini memiliki 17 orientasi sosial. Mereka mau bekerjasama dengan orang lain untuk menguasai tugas-tugas mereka dengan tidak memikirkan keuntungan pribadi. Dari pemaparan teori yang telah dijelaskan, maka peneliti menyimpulkan bahwa gaya hidup merupakan sebuah “alat” yang dimiliki oleh individu untuk menentukan bagaimana individu tersebut bersikap terhadap lingkungannya. Gaya hidup ini bersifat fleksibel dan tidak kaku. Hal itu berarti individu mampu menjalankan gaya hidup yang berbeda- beda tergantung pada lingkungan pada saat individu tersebut berada. Individu yang sehat secara psikologis akan memiliki lebih dari satu macam gaya hidup. Dengan demikian dimanapun individu tersebut berada, maka individu tersebut mampu menyesuaikan dirinya dengan berbagai macam gaya hidup yang dimiliki. Sebaliknya, individu yang tidak sehat secara psikologis akan memiliki gaya hidup yang kaku yang ditunjukan dengan memakai gaya hidup yang sama diberbagai situasi.

2. Kecenderungan untuk Melindungi Harga Diri

Adler percaya bahwa manusia menciptakan pola perilaku untuk melindungi perasaan yang berlebihan akan harga diri mereka dari rasa malu dimuka umum Feist Feist, 2009:81. Adler menyebutkan alat perlindungan ini disebut dengan kecenderungan untuk melindungi safeguarding tendencies membuat manusia mampu menyembunyikan citra diri mereka yang tinggi dan mempertahankan gaya hidup yang mereka jalani saat ini. Ada perbedaan antara mekanisme pertahanan yang 18 diungkapkan oleh Adler dan Freud. Seperti yang dijelaskan dalam Feist dan Feist 2009:81, mekanisme pertahanan diri Freudian dilakukan secara tidak sadar untuk melindungi ego dari kecemasan, sedangkan kecenderungan untuk melindungi yang diungkapkan oleh Adler sebagaian besar dilakukan secara sadar untuk melindungi harga diri seseorang yang rapuh dari rasa malu di muka umum. Adapun kecenderungan melindungi menurut Adler dalam Feist Feist, 2009:82 adalah sebagai berikut: 1. Membuat alasan Kecenderungan untuk melindungi yang paling umum adalah membuat alasan excuse , yang sering diekspresikan dalam bentuk “Ya, tetapi” Yes, but atau “Jika saja” If only . Alasan-alasan ini melindungi harga diri mereka yang lemah namun dibesar-besarkan secara tidak alami dan mengecoh orang untuk percaya bahwa mereka lebih superior daripada yang sesungguhnya. 2. Agresi Orang menggunakan agresi agression untuk melindungi superiroritas mereka yang berlebihan, yaitu untuk melindungi harga diri mereka yang rapuh. Perlindungan melalui agresi dapat berbentuk depresiasi, dakwaan, atau mendakwa diri sendiri. a Depresiasi depreciation adalah kecenderungan untuk menilai rendah pencapaian orang lain dan meninggikan penilaian terhadap diri sendiri. Kecenderungan untuk melindungi semacam ini jelas terlihat dalam perilaku agresi, seperti kecaman dan gosip. 19 b Dakwaan accusatuion adalah kecenderungan menyalahkan orang lain untuk kegagalan seseorang dan untuk membalas dendam demi melindungi harga dirinya yang lemah. Adler percaya bahwa ada elemen dakwaan agresif dalam semua gaya hidup yang tidak sehat. Orang yang tidak sehat, tanpa kecuali, bertindak untuk membuat orang lain disekitarnya lebih menderita daripada dirinya. c Mendakwa diri sendiri self-accusation ditandai dengan menyiksa diri sendiri dan memenuhi diri sendiri dengan perasaan bersalah. Beberapa orang menyiksa dirinya sendiri, termasuk di dalamnya masokisme, depresi, dan bunuh diri, sebagai cara untuk melukai orang yang dekat dengan mereka. Mendakwa diri sendiri merupakan kebalikan dari depresiasi, walaupun keduanya ditujukan untuk memperoleh superioritas pribadi. Dalam depresiasi, orang yang merasa inferior merendahkan orang lain untuk membuat dirinya terlihat baik dan mendakwa diri sendiri merupakan kecenderungan orang merendahkan dirinya untuk menimbulkan penderitaan pada orang lain sambil melindungi harga dirinya yang dibesar-besarkan. 3. Menarik diri Perkembangan kepribadian dapat terhenti ketika manusia lari dari kesulitan. Adler menyebutkan kecenderungan ini sebagai menarik diri atau perlindungan dengan membuat jarak. Beberapa orang secara tidak sadar melarikan diri dari masalah hidup dengan membuat jarak antara diri mereka dengan masalah-masalah yang ada. Adler menyebutkan 20 empat cara perlindungan dalam menarik diri: a bergerak mundur, b berdiam diri, c keragu-raguan, dan d membangun penghalang. a Bergerak mundur moving backward adalah kecenderungan untuk melindungi tujuan superioritas fiktif seseorang yang secara psikologis kembali pada periode kehidupan yang lebih aman. Bergerak mundur mirip dengan regresi dari Freud yang keduanya melingkupi usaha untuk kembali pada fase kehidupan awal yang lebih nyaman. b Berdiam diri standing still merupakan kecenderungan menarik diri yang mirip dengan bergerak mundur, tetapi secara umum tidak terlalu parah. Orang-orang yang berdiam diri tidak bergerak ke arah manapun. Orang-orang tersebut menghindari semua tanggung jawab dengan melindungi diri mereka sendiri dari ancaman kegagalan. Mereka melindungi harapan fiksional mereka karena mereka tidak pernah melakukan sesuatu untuk membuktikan bahwa mereka tidak mampu menyelesaikan tujuan-tujuan mereka. c Keragu-raguan hesitating . Ada orang yang ragu-ragu atau bimbang ketika dihadapkan dengan masalah yang sulit. Penundaan yang mereka lakukan pada akhirnya memberikan mereka alasan untuk berkata “sekarang sudah terlambat”. Adler percaya bahwa kebanyakan perilaku tidak logis yang dilakukan secara sadar ditujukan oleh individu untuk membuang-buang waktu. Walaupun keragu-raguan tampak di mata orang lain sebagai tindakan yang 21 merugikan diri sendiri, namun keadaaan ini membantu individu neurotik untuk mempertahankan rasa harga diri mereka yang tinggi. d Bentuk penarikan diri yang paling parah adalah membangun penghalang constructing obstacle . Beberapa orang membangun rumah dari jerami untuk menunjukan kalau mereka bisa merobohkannya. Dengan mampu mengatasi masalah, mereka melindungi harga diri dan wibawa mereka. Jika mereka gagal mengatasinya, maka mereka selalu dapat mencari alasan. Feist dan Feist 2009:83 juga menjelaskan bahwa secara ringkas, kecenderungan untuk melindungi ditemukan hampir di setiap orang, tetapi ketika kecenderungan itu berubah menjadi terlalu kaku, maka perlindungan ini menjadi perilaku yang merusak diri. Lebih lanjut lagi, orang yang terlalu sensitif menciptakan kecenderungan untuk melindungi diri mereka sendiri dari ketakutan akan rasa malu, untuk menghilangkan perasaan inferior yang berlebihan, dan untuk memperoleh harga diri. Akan tetapi, kecenderungan untuk melindungi adalah hal yang merusak diri karena bentuk tujuan mereka akan kepentingan diri sendiri dan superioritas pribadi sebenarnya menghalangi mereka untuk memperoleh harga diri yang sebenarnya. Dari pemaparan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa kecenderungan untuk melindungi menurut Adler merupakan bentuk perilaku yang dilakukan secara sadar oleh individu untuk melindungi harga diri self esteem mereka dari rasa malu. Harga

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Gaya Hidup Hedonis Pada Siswa SMA Negeri 4 Surakarta.

1 17 19

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN GAYA HIDUP HEDONIS Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Gaya Hidup Hedonis Pada Siswa SMA Negeri 4 Surakarta.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASISWI DI Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

0 0 18

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASISWI DI SURAKARTA Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

0 3 21

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASISWI DI SURAKARTA Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASISWI DI SURAKARTA Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

1 4 20

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASISWI DI SURAKARTA Hubungan Antara Harga Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

0 2 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Harga Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

0 1 10

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA MAHASISWI DI SURAKARTA Hubungan Antara Harga Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswi Di Surakarta.

0 2 21

Harga Diri dan KEcenderungan Gaya Hidup Hedonis

0 0 20