Pengaruh Faktor Sosiopsikologis terhadap Pemanfaatan Posyandu

5.2.5 Pengaruh Faktor Sosiopsikologis terhadap Pemanfaatan Posyandu

Lansia Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan posyandu Lansia berdasarkan faktor sosiopsikologis, yaitu persepsi terhadap penyakit ditemukan bahwa persepsi terhadap penyakit lebih banyak pada kategori tidak baik, yaitu sebanyak 92 orang 59,7. Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai X 2 Hasil uji multivariat variabel persepsi terhadap penyakit berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan Posyandu Lansia dengan probabilitas p=0,0000,05. nilai ExpB= 41,020; CI For Exp B 7,688-218,853. Hal ini berarti responden yang memiliki persepsi terhadap penyakit kategori baik mempunyai peluang 41,020 kali memanfaatkan Posyandu Lansia dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi terhadap penyakit kategori tidak baik. =87,732; p=0,0000,05, dimana dari 92 responden yang memiliki persepsi penyakit dengan katagori tidak baik 78 orang 84.8 diantaranya tidak rutin memanfaatkan posyandu Lansia. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap penyakit dengan pemanfaatan Posyandu Lansia. Adapun jenis penyakit yang diderita Lansia berdasarkan laporan hasil kegiatan posyandu lansia bulan Desember 2011 berdasarkan data dari Puskesmas Blangjerango dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gayo Lues diketahui jenis penyakit yang diderita lansia yaitu : hipertensi sebanyak 196 orang, penyakit rematik sebanyak 87 orang, diare 51 orang, hipotensi 26 orang, anemia 13 orang, diabetes melitus 9 orang, stroke 5 orang dan penyakit lain-lain 105 orang. Universitas Sumatera Utara Hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan diketahui bahwa sebanyak 77 orang 50,0, menyatakan kurang setuju bahwa pemeriksaan di posyandu lansia sangat penting untuk mengetahui gejala dini penyakit yang di derita, sebanyak 81 orang 52,6, menyatakan kurang setuju bahwa di posyandu lansia memperoleh penyuluhan terkait dengan penyakit yang di derita, sebanyak 79 orang 51,3, menyatakan kurang setuju bahwa penyakit yang diderita Lansia akan mengganggu kegiatan sehari-hari, sebanyak 87 orang 56,5, menyatakan kurang setuju bahwa penyakit Lansia yang tidak diobati dapat menimbulkan penyakit lainnya, sebanyak 81 orang 52,6, menyatakan kurang setuju bahwa Lansia lebih rentan terhadap penyakit sehingga perlu ke posyandu lansia dan sebanyak 91 orang 59,1, menyatakan kurang setuju bahwa Lansia perlu memeriksakan kesehatan apabila mengalami suatu gejala penyakit. Sebanyak 69 orang 44,8, menyatakan setuju bahwa pengobatan di posyandu bagi lansia yang sakit dilakukan oleh petugas kesehatan, sebanyak 78 orang 50,6, menyatakan kurang setuju bahwa penyakit yang diderita lansia dapat diobati di posyandu lansia, sebanyak 67 orang 43,5, menyatakan setuju bahwa Lansia membutuhkan penyuluhan kesehatan di posyandu lansia, dan sebanyak 74 orang 48,1, menyatakan kurang setuju bahwa Lansia dapat meminta konseling dengan petugas posyandu lansia tentang keluhan kesehatan yang dirasakannya sebagian besar responden menyatakan kurang setuju 59,1 perlu memeriksakan kesehatan apabila mengalami suatu gejala penyakit, 56,5 menyatakan penyakit Lansia yang tidak diobati dapat menimbulkan penyakit lainnya. Secara keseluruhan jawaban responden Universitas Sumatera Utara tentang faktor sosiopsikologis cenderung menjawab tidak setuju dengan persentase yang bervariasi. Demikian juga dengan pernyataan bahwa penyakit Lansia lebih rentan terhadap penyakit sehingga perlu ke posyandu lansia, Lansia perlu memeriksakan kesehatan apabila mengalami suatu gejala penyakit, penyakit yang diderita lansia dapat diobati di posyandu lansia, Lansia membutuhkan penyuluhan kesehatan di posyandu lansia, Lansia dapat meminta konseling dengan petugas posyandu lansia. Dari hasil tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa persepsi responden pada katagori tidak baik dikarenakan oleh pemahaman penyakit oleh Lansia masih kurang dimana persepsi kejadian penyakit berlainan dengan ilmu kesehatan akibat dipengaruhi oleh kepercayaan serta budaya yang berkembang dalam masyarakat. Sehingga Lansia baru akan memeriksakan kesehatannya apabila penyakit yang diderita dirasakan sudah mengganggu aktifitas sehari-hari. Menurut Zastrow et al 2004 persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya aktivitas pelayanan yang diterima yang dapat dirasakan oleh suatu objek. Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda karena persepsi memiliki sifat subjektif yang merupakan suatu rasa puas atau tidak oleh adanya pelayanan. Hal ini juga terkait dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan dasar, yaitu sebanyak 101 orang 65,6, kurang mendapat informasi yang cukup mengenai kesehatan Lansia, sehingga mereka Universitas Sumatera Utara menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang biasa saja dan tidak perlu dikhawatirkan. Persepsi tentang sakit antara Lansia dengan petugas kesehatan berbeda, disebabkan konsep sehat-sakit yang tidak sejalan atau bertentangan dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan kesehatan, sehingga belum optimal memanfaatkan Posyandu. Pembentukan posyandu Lansia pada prinsipnya harus didasarkan atas inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk Lansia. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembentukan posyandu Lansia, misalnya mengembangkan kelompok-kelompok yang telah ada seperti kelompok arisan Lansia, kelompok pengajian, kelompok jemat gereja, kelompok senam Lansia dan lain-lain Depkes RI,2004. Menurut Notoatmodjo 2005, sakit dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian : 1 seseorang tidak mempunyai atau menderita penyakit dan juga tidak merasa sakit no disease and no illness dalam keadaan ini orang tersebut sehat menurut kacamata petugas kesehatan, 2 secara klinis seseorang itu mendapat serangan penyakit namun orang itu tidak merasakan sakit disease but no illness, oleh karena itu mereka tetap menjalankan kegiatannya sehari-hari sebagaimana orang sehat, kenyataannya kondisi seperti ini paling banyak terdapat pada masyarakat. Konsep sehat menurut masyarakat bila seseorang masih dapat melakukan pekerjaannya dan baru dikatakan sakit apabila sudah tidak dapat bangkit dari tempat tidur sehingga tidak dapat menjalankan pekerjaannya sehari-hari, 3 penyakit tidak ada pada seseorang tetapi orang tersebut merasa sakit illness but no disease, pada Universitas Sumatera Utara kenyataannya kondisi seperti ini jarang ditemui pada masyarakat, 4 seseorang memang menderita sakit dan iapun merasa sakit juga illness with disease. Kondisi inilah sebenarnya yang dikatakan bahwa orang tersebut benar-benar sakit dan dalam kondisi ini seseorang baru datang berobat atau mencari pengobatan. Persepsi pasien tentang sakit ini akan memengaruhi perilaku mereka tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan Notoatmodjo, 2005. Donabedian dalam Dever 1984, menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan interaksi antara konsumen dengan provider penyedia pelayanan. Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan pengunaan atau permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Kebutuhan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan perceived need dan diagnosa klinis evaluated need. Kebutuhan yang dirasakan perceived need ini dipengaruhi oleh faktor sosiodemografis dan faktor sosiopsikologis terdiri dari persepsi, dan kepercayaan terhadap pelayanan medis atau dokter. 5.3 Pengaruh Provider Factor terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Provider factor dalam penelitian adalah persepsi tentang pelayanan yang diberikan, faktor petugas yang memberikan pelayanan serta fasilitas atau peralatan yang tersedia di posyandu lansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan Posyandu Lansia berdasarkan persepsi tentang penyedia layanan provider factor ditemukan lebih banyak pada kategori tidak baik, yaitu sebanyak 96 orang 62,3. Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai X 2 =41,288; p=0,0000,05, Universitas Sumatera Utara menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang penyedia layanan dengan pemanfaatan Posyandu Lansia. Hasil uji multivariat variabel persepsi tentang penyedia layanan berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan Posyandu Lansia dengan probabilitas p=0,0020,05. nilai ExpB= 16,570; CI For Exp B 2,769-99,166. Hal ini berarti responden yang memiliki persepsi tentang penyedia layanan kategori baik mempunyai peluang 16,570 kali memanfaatkan Posyandu Lansia dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi tentang penyedia layanan kategori tidak baik.

a. Persepsi tentang Pelayanan yang di Berikan