PEMBAHASAN Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Kinerja Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan Berdasarkan hasil uji statistik regresi berganda, diketahui faktor karakteristik individu jumlah tempat praktik, umur, lama kerja, jenis kelamin berpengaruh terhadap kinerja dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan, sebagai pembahasan dapat dilihat sebagai berikut: 5.1.1. Pengaruh Jumlah Tempat Praktik terhadap Kinerja Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan Berdasarkan hasil uji regresi berganda diketahui bahwa variabel jumlah tempat praktik berpengaruh terhadap kinerja dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan p0.05, dengan nilai koefisien bersifat negatif, artinya semakin banyak jumlah tempat praktik dokter menyebabkan kinerjanya dalam pelayanan kesehatan semakin rendah. Adapun maksud dan tujuan dikeluarkannya Undang-Undang Praktik Kedokteran UUPK No 29 tahun 2004, untuk mengatur tentang pembatasan 3 tempat praktik, diharapkan dokter dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada setiap pasien. Dengan demikian alasan dikeluarkannya pembatasan jumlah tempat praktik maksimal di 3 jumlah tempat sejalan dengan hasil penelitian ini di mana dokter yang mempunyai lebih dari 3 jumlah tempat praktik kinerjanya pada kategori sedang dan rendah, sebaliknya responden yang mempunyai 2 jumlah tempat praktik cenderung kinerja pada kategori baik. Universitas Sumatera Utara Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512MENKESPER IV2007 tentang izin praktik dan pelaksanaan praktik kedokteran Sebagai tindak lanjut dari UUPK No 29 Tahun 2004, dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa dalam pengajuan permohonan Surat Izin Praktik SIP harus dinyatakan secara tegas permintaan SIP untuk tempat praktik pertama, kedua atau ketiga. Untuk memperoleh SIP kedua dan ketiga pada jam kerja, dokter dan dokter gigi yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk oleh pemerintah, harus melampirkan surat izin dari pimpinan instansisarana pelayanan kesehatan di mana dokter dan dokter gigi dimaksud bekerja. Hasil penelitian menunjukkan dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan yang mempunyai jumlah tempat praktik lebih dari 3 mempunyai kinerja yang lebih rendah dibandingkan yang mempunyai jumlah tempat praktik 3 atau 3 tempat. Kecenderungan kinerja yang sedang tersebut terkait dengan UUPK yang memuat sanksi pidana bagi dokter yang melakukan malpraktik. Sesuai penelitian Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia 2005, menyimpulkan bahwa di daerah yang tuntutan malpraktik tinggi kota-kota besar di Indonesia, sekitar 93 dokter melakukan praktik kedokteran defensif, yaitu dengan melakukan banyak pemeriksaan, prosedur diagnostik, dan merujuk kepada spesialis lain. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa 43 dokter melakukan pemeriksaan lebih sering dibanding semestinya, selain itu 42 dokter menyatakan Universitas Sumatera Utara enggan mengambil prosedur medis yang berisiko, serta menolak pasien berisiko tinggi. 5.1.2. Pengaruh Umur terhadap Kinerja Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan Berdasarkan hasil uji regresi berganda diketahui bahwa variabel umur berpengaruh terhadap kinerja dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan p0.05, dengan nilai koefisien bersifat negatif, artinya semakin bertambah umur dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang melakukan pelayanan menyebabkan kinerjanya dalam pelayanan kesehatan semakin rendah. Pada pelayanan kebidanan dan penyakit kandungan, dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang telah berumur 56 tahun biasanya lebih banyak melakukan supervisi dan konsultasi, sehingga kurang melakukan pelayanan langsung kepada pasien melainkan mendelegasikan kepada supervisor muda dan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis PPDS. Dengan demikian kinerja dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang menjadi konsultan ditentukan oleh kinerja supervisor muda dan PPDS. Sesuai penelitian Teteki 2002, bahwa dokter yang berumur di atas rata-rata lebih banyak yang mempunyai kinerja yang kurang dibandingkan yang kinerjanya baik, serta uji statistik menunjukkan variabel umur mempunyai hubungan negatif dengan kinerja, artinya bertambahnya umur dokter akan semakin rendah kinerjanya. Universitas Sumatera Utara Pengaruh faktor umur dengan kinerja menurut Robbin 2001, dihubungkan dengan keterampilan seseorang terutama : kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi kerja. Makin tua usia seseorang maka keterampilannya akan menurun. Sedangkan menurut Wood 2001, bahwa ada 4 kunci transisi perkembangan kepribadian individu yang mengikuti pertambahan umur seseorang dan dihubungkan dengan dampak pekerjaan atau karier seseorang dalam organisasi, yaitu : transisi usia tigapuluhan 28-33 tahun, transisi usia pertengahan 40-45 tahun, transisi usia limapuluhan 50-55 tahun dan transisi lanjut usia 60-65 tahun, dimana karier seseorang dalam organisasi akan menurun pada transisi usia limapuluhan. Mengacu kepada konsep transisi perkembangan kepribadian individu yang disebutkan di atas, maka keberadaan dokter spesialis kandungan dan penyakit kebidanan juga mengikuti konsep tersebut. Kinerja optimal dokter spesialis kandungan pada usia produktif 20-56 tahun dan berangsur akan mengalami penurunan pada usia di atas 56 tahun. 5.1.3. Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan Berdasarkan hasil uji regresi berganda diketahui bahwa variabel masa kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan p0.05, dengan demikian artinya semakin bertambah masa kerja dokter yang melakukan pelayanan akan meningkatkan kinerjanya dalam pelayanan kesehatan. Universitas Sumatera Utara Sesuai penelitian Teteki 2002, bahwa masa kerja dokter lebih banyak di atas rata-rata lama kerja yaitu 9 tahun 61,40, serta dokter yang masa kerjanya di atas rata-rata lebih banyak yang kinerjanya kategori baik Sesuai pendapat Robbin 2001, bahwa masa kerja berhubungan dengan kinerja, karena masa kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Seseorang yang mempunyai masa kerja dalam pekerjaan tertentu akan berpengalaman untuk lebih mudah memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya dibandingkan seseorang yang kurang berpengalaman terhadap pekerjaan tersebut. Masa kerja atau pengalaman mempunyai kaitan dengan perkembangan manusia, karena pengalaman itu sendiri mengandung makna sebagai proses belajar, sementara proses belajar itu sendiri sebagai proses mencari pengalaman. Kondisi kinerja dokter di rumah sakit dapat dijelaskan berdasarkan penelitian Machmudz 2008 di RSD Dr. H. Moh. Anwar Sumenep, bahwa tingkat retensi dokter spesialis cukup rendah, dimana sebagian besar dokter spesialis bertugas dalam waktu kurang dari 2 tahun, bahkan ada hanya bertugas selama kurang dari 1 tahun, serta tidak ada penambahan jenis spesialisasi baru. Keadaan ini mengakibatkan kesulitan bagi rumah sakit membentuk brand spesialis. Dengan demikian diharapkan adanya pengawasan dan pembinaan secara periodik oleh internal auditor. Universitas Sumatera Utara 5.1.4. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kinerja Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan Berdasarkan hasil uji regresi berganda diketahui bahwa variabel jenis berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan p0.05, dengan demikian artinya dokter yang berjenis kelamin laki-laki umumnya mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan dokter jenis kelamin perempuan. Sesuai penelitian di US mengenai sex-role stereotype oleh Gallup poll Kreitner dan Kinichi, 2004 menunjukkan bahwa secara umum dipersepsikan karakteristik laki-laki lebih berorientasi pada pekerjaan, lebih obyektif, lebih independen, lebih agresif, dan pada umumnya mempunyai kemampuan lebih daripada perempuan dalam pertanggung-jawaban manajerial. Perempuan dilain pihak dipandang lebih pasif, lebih lembut, lebih berorientasi pada pertimbangan, lebih sensitif dan lebih rendah posisinya pada pertanggung jawaban dalam organisasi dibanding kan laki-laki. Menurut pendapat Whiting dan Wrught 2001, jika di lingkungan pekerjaan terjadi masalah, pegawai laki-laki mungkin akan merasa lebih tertantang untuk menghadapinya bukan menghindarinya. Perilaku pegawai perempuan akan lebih cenderung untuk menghindari konsekuensi konflik dibandingkan perilaku pegawai laki-laki. Tetapi dalam banyak situasi perempuan lebih banyak melakukan kerjasama dibandingkan laki-laki. Jika ada risiko yang timbul, maka laki-laki cenderung lebih banyak membantu dibandingkan perempuan. Pandangan lainnya mengatakan, bahwa Universitas Sumatera Utara perbedaan kinerja, perilaku, dan pola bekerja antara laki-laki dan perempuan tidak dapat digeneralisasi pada semua laki-laki atau perempuan. Penelitian Samekto 1999 menemukan bahwa terdapat kesetaraan antara akuntan laki-laki dan perempuan dalam bekerja menyangkut terutama menyangkut motivasi, komitmen organisasi, komitmen kerja dan kemampuan kerja. Perbedaan yang ada lebih disebabkan karena masalah faktor-faktor psiko-logis personal- individu. Persyaratan jenis kelamin tertentu tidak boleh didasarkan pada dogma bahwa jenis kelamin tertentu lebih baik hasilnya dari pada yang lain, tetapi harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan lain yang lebih rasional. Dalam konteks ini, mungkin teori kontingensi dapat menjelaskan, bahwa no one is the best for all situation. 5.2. Pengaruh Karakteristik Organisasi terhadap Kinerja Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan Berdasarkan hasil uji statistik regresi berganda, diketahui faktor karakteristik organisasi pengawasan, sarana pelayanan dan imbalan berpengaruh terhadap kinerja dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan, sebagai pembahasan dapat dilihat sebagai berikut: 5.2.1. Pengaruh Pengawasan terhadap Kinerja Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan Berdasarkan hasil uji regresi berganda diketahui bahwa variabel pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan p0.05, dengan demikian Universitas Sumatera Utara artinya semakin sesuai pengawasan yang dilakukan manajemen rumah sakit terhadap dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan akan meningkatkan kinerjanya dalam pelayanan kesehatan. Penelitian Machmudz 2008, mendukung hasil penelitian ini bahwa di tengah- tengah dinamika lingkungan rumah sakit tingkat heterogenitas tenaga kesehatan memerlukan banyak tenaga dari tenaga teknis sederhana sampai highly specialized, diperlukan sistem manajemen yang tepat dalam pengelolaannya, termasuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan setiap jenis tenaga kesehatan. Menurut Jonirasmanto 2005, sebagai unsur manajemen, sumber daya manusia kesehatan yang dimiliki oleh rumah sakit akan mempengaruhi diferensiasi dan kualitas pelayanan kesehatan, keterbatasan keanekaragaman jenis tenaga kesehatan akan menghasilkan kinerja rumahsakit dalam pencapaian indikator mutu pelayanan rumahsakit. Kekhususan ini sangatlah tidak mungkin dimanajemeni secara umum, karena SDM kesehatan adalah SDM fungsional yang kepadanya melekat fungsi profesi berdasarkan latar belakang pendidikan kesehatannya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan. Beperapa peraturan yang terkait dengan pengawasan dapat diimplementasikan melalui komite medik; komite keperawatan; komite rekam medik; satuan pengawas internal. Menurut Bruce 1994, bahwa konsep quality of care adalah istilah yang digunakan secara luas dalam pelayanan kesehatan, yang dapat dipandang dari provider penyedia jasa dan klien konsumen. Dipandang dari sisi provider, standar Universitas Sumatera Utara quality of care di Indonesia belum jelas. Konsep ini biasanya dirujuk pada prinsip- prinsip manajemen pengawasan kualitas terhadap fasilitas pelayanan kesehatan umum, yakni penyediaan pelayanan kesehatan yang terus menerus memperbaiki diri dengan memperhatikan kebutuhan dan tuntutan pasien, dokter, petugas, dan komunitas setempat. Dasarnya adalah “problem solving 5.2.2. Pengaruh Sarana dan Prasarana Pelayanan terhadap Kinerja Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan ”, yaitu pemantauan masalah dan mencari jalan keluar dengan memperbaiki akar masalah secara berkelanjutan. Berdasarkan hasil uji regresi berganda diketahui bahwa variabel sarana pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan p0.05, dengan demikian artinya semakin lengkap dan sesuai peralatan yang digunakan dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan akan meningkatkan kinerjanya dalam pelayanan kesehatan. Penelitian Machmudz 2008, bahwa salah satu upaya meningkatkan retensi dan menambah dokter spesialis dapat dilakukan dengan cara-cara : meningkatkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dokter spesialis serta meningkatkan tingkat kepuasannya, antara lain dengan : pemenuhan peralatan medis dan suasana bekerja yang sesuai dengan keinginan dokter spesialis, sistem remunerasi yang adil, pengalokasian tunjangan spesialis, penyediaan perumahan dinas dan tempat praktik, penyediaan sarana transportasi. Universitas Sumatera Utara Peralatan esensial untuk pelayanan persalinan menurut WHO dalam Prawirohardjo 2004 terdiri atas: peralatan dasar untuk semua tingkat pelayanan, peralatan persalinan, dan peralatan untuk reparasi vagina serviks. Perlengkapan dan peralatan klinik kamar bersalin terdiri atas: bangsal perawatan ibu hamil dan kamar bersalin dengan peralatan yang sesuai dengan standar. Hasil penelitian di RSUP H. Adam Malik menunjukkan peralatan yang dimaksud dalam standar WHO secara keseluruhan sudah tersedia. Namun sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi khususnya dalam bidang kebidanan dan kandungan, maka sebagian responden menyatakan sarana pelayanan yang ada belum sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga perlu dilakukan penambahan atau sarana yang ada diganti dengan yang baru. 5.2.3. Pengaruh Imbalan terhadap Kinerja Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan Berdasarkan hasil uji regresi berganda diketahui bahwa variabel imbalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di RSUP H. Adam Malik Medan p0.05, dengan demikian artinya semakin mencukupi imbalan yang diterima dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan akan meningkatkan kinerjanya dalam pelayanan kesehatan. Sesuai penelitian Teteki 2002, bahwa dokter yang menyatakan pembagian imbalan sudah adil lebih banyak dibandingkan yang menyatakan tidak adil, serta dokter yang menyatakan pembagian imbalan sudah adil lebih banyak yang kinerjanya kategori baik. Universitas Sumatera Utara Menurut Nawawi 2001, untuk menentukan tingkat dan sistem imbalan bagi dokter perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan motivasi kerjanya, seperti: tingkat kecukupan imbalan dalam memenuhi kebutuhan dasar minimum pekerja, bersifat wajar adil dilihat dari sudut pasar tenaga kerja eketernal organisasi rumah sakit, memperhatikan perbedaan untuk setiap pekerja berdasarkan kebutuhan individual yang terkait dengan posisi atau jabatan yang berarti perbedaan kewajiban dan tanggung jawab dalam keikutsertaan mewujudkan tujuan organisasi. Menurut WHO dalam Bisma 2000, sistem pembayaran imbalan atau kompensasi kepada dokter dapat dilakukan dengan cara : a pembayaran berdasarkan pelayanan fee for service, b pembayaran berdasarkan kasus case payment, c pembayaran bonus bonus payment, d kapitasi, e gaji, dan f anggaran global. Pembayaran dengan fee for service dapat meningkatkan suplier induced demand dan bahaya moral dokter. Pembayaran dengan sistem kapitasi berdasarkan jumlah tetap dari populasi yang menjadi liputan dokter tersebut, dimana jasa dibayarkan tanpa apakah pasien memanfaatkan dokter tersebut atau tidak dan tidak tergantung kepada frekuensi kunjungan. Sistem gaji merupakan berdasarkan jumlah waktu yang dicurahkan oleh dokter untuk menjalankan perannya sebagai pemberi jasa pelayanan secara global, bukan berdasarkan tugas-tugas yang diberikan secara rinci. Berdasarkan penelitian Locke di Universitas Maryland dalam Robbin 2001, bahwa perbaikan jumlah imbalan yang diterima dokter merupakan faktor utama mempengaruhi kinerja. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN