Angka Kematian Ibu dan Bayi sebagai Masalah Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Ginekologi Sosial tidak bermaksud untuk menghilangkan Obstetri Ginekologi Klinik. Seorang Obstetri Ginekologi Sosial harus tetap seorang klinisi yang mahir. Hanya saja wawasannya diperluas, dengan pengertian bahwa SpOG tersebut harus memikirkan bagaimana kemampuan kliniknya, di samping bermanfaat bagi setiap wanita sebagai individu, dapat pula dimanfaatkan secara efektif dan efisien, oleh sebagian besar masyarakat yang memerlukannya Martaadisoebrata, 2009

2.2.1. Angka Kematian Ibu dan Bayi sebagai Masalah Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Pada Millenium Development Goals MDGs disebutkan bahwa akselerasi penurunan angka kematian ibu dan bayi merupakan salah satu tujuan dan target yang ingin dicapai. Pada tujuan 4 MDGs dinyatakan penurunan angka kematian bayi dengan target penurunan 23 pada tahun 2015, serta pada tujuan 5 dinyatakan penurunan angka kematian ibu dengan target penurunan 34 pada tahun 2015. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara sistematis mulai Repelita I 1969, telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia khususnya di Propinsi Sumatera Utara. Derajat Kesehatan diukur berdasarkan angka Kematian Mortalitas, angka Kesakitan Morbiditas, status gizi dan umur harapan hidup UHH. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun. Kematian maternal dan Bayi terjadi terutama di Negara berkembang sebesar 99 . Kendatipun jumlahnya sangat besar, tetapi tidak menarik perhatian Universitas Sumatera Utara karena kejadiannya tersebar sporadis, berbeda dengan kematian yang terjadi akibat banjir, tanah longsor, bencana alam lainnya atau korban kecelakaan. Sebenarnya kematian ibu dan bayi mempunyai peluang yang sangat besar untuk dihindari dengan meningkatkan kerjasama antar pemerintah, swasta, dan badan-badan sosial lainnya. WHO memperkirakan jika ibu hanya melahirkan rata-rata 3 bayi, maka kematian ibu dapat diturunkan menjadi 300.000 jiwa dan bayi sebesar 5.600.000 jiwa pertahun. Sebaran kematian ibu di Indonesia bervariasi di antara 130 sampai 780 dalam 100.000 persalinan hidup. Kendatipun telah dilakukan usaha yang intensif dan dibarengi dengan makin menurunnya angka kematian ibu dan bayi di setiap rumah sakit, kematian ibu di Indonesia masih berkisar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan kematian bayi sekitar 35 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk lebih mengetahui angka kematian ibu dan perinatal di Indonesia berikut ini disajikan beberapa tabel yang dapat memberikan gambaran kondisi tersebut Depkes RI, 2008. Angka Kematian Bayi AKB di Propinsi Sumatera Utara telah dapat diturunkan secara bermakna selama dekade 70 sampai 80-an dari 121 per 1000 kelahiran hidup menurun tajam menjadi 89 per 1000 kelahiran hidup. Memasuki dekade 90-an, penurunan AKB Propinsi Sumatera Utara menunjukkan indikasi perlambatan, dengan melandainya penurunan AKB mulai tahun 1995. Berturut-turut 50 1995, 49 1996, 41 1997, 41 2000 dan 37 2002-2003. Bila dibandingkan dengan angka nasional, penurunan AKB di Propinsi Sumatera Utara cenderung lebih lambat, dimana pada tahun 2003 AKB secara nasional yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup Dinkes Sumut, 2005. Universitas Sumatera Utara Seperti juga AKB, secara nasional maupun lokal, AKI juga menunjukkan penurunan. Berdasarkan SKRT 1995 dilaporkan AKI di Indonesia yaitu sebesar 384 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk propinsi Sumatera Utara, AKI pada tahun 1995 adalah 373 per 100.000 kelahiran hidup menurun menjadi 345 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Dari angka Nasional dan propinsi ini terkait bahwa pada tahun 1995 AKI di Propinsi Sumatera Utara lebih rendah 7 point dari AKI Indonesia pada tahun yang sama. Namun pada tahun 2003, AKI di daerah ini justru tertinggal 38 point dari angka nasional. Hal ini menunjukkan bahwa memasuki dekade 21 dimana reformasi, otonomi dan desentralisasi diluncurkan dengan tujuan mempercepat pembangunan di daerah ternyata belum berjalan dengan optimal, terlihat dari pembangunan kesehatan mengalami stagnasi dan kemunduran. Beberapa asumsi penyebab yaitu Dinkes Sumut, 2005: 1. Adanya vested-intrested perbedaan kepentingan dalam pelaksanaan otonomi daerah. 2. Kurangnya perhatian pemerintah untuk pembangunan kesehatan dilihat dari rendahnya alokasi pembiayaan untuk sektor kesehatan. 3. Kurangnya kemampuan dan kesiapan SDM tenaga kesehatan di dalam menghadapi otonomi itu sendiri. Kehamilan, disatu sisi merupakan saat-saat yang membahagiakan bagi seorang ibu, tetapi juga dapat menjadi suatu keadaan yang mengkhawatirkan bila ada hal-hal yang tidak diharapkan turut menyertai kehamilan tersebut. Komplikasi Universitas Sumatera Utara kehamilan seperti perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus kematian ibu di banyak negara berkembang. Kematian ibu didefenisikan sebagai kematian seorang wanita yang terjadi pada masa kehamilan atau dalam waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa memperdulikan lama dan letak kehamilan, akibat setiap hal yang berhubungan dengan danatau dipicu oleh kehamilan atau penatalaksanaannya, tetapi bukan oleh sebab kecelakaan. ICD-X membagi kematian maternal menjadi dua kelompok yaitu kematian obstetrik langsung, yaitu kematian yang disebabkan oleh komplikasi obstetrik pada saat kehamilan, persalinan dan nifas maupun akibat tindakan-tindakan, kesalahan-kesalahan karena penanganan yang tidak tepatbenar ataupun gabungan kejadian berbagai hal diatas. Kelompok kedua adalah kematian obstetrik tidak langsung yaitu kematian maternal yang terjadi karena penyakit yang ada sebelumnya atau mulai terjadi pada saat kehamilan dan tidak disebabkan oleh penyebab langsung tetapi diperberat oleh efek fisiologis dari kehamilan. Kematian bayi merupakan kematian seorang bayi pada masa tahun pertama kelahirannya. Berdasarkan International Case Effort ICE, penyebab kematian bayi dibagi menjadi delapan kategori, yaitu anomali kongenital, asfiksia, imaturitas, infeksi, Sudden Death Infant Syndrome SIDS, kematian mendadak yang tidak bisa dijelaskan sebabnya, penyebab eksternal dan kondisi lainnya. Kematian balita adalah kematian yang terjadi pada anak sebelum mencapai usia lima tahun Depkes RI, 2007. Universitas Sumatera Utara

2.3. Kinerja