Izin Praktik Undang-Undang Praktik Kedokteran UUPK

medik merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktiknya wajib menyimpan rahasia kedokteran. Rahasia dapat dibuka hanya untuk kepentingan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

2.1.2. Izin Praktik

Dalam UUPK Bab II Pasal 2 disebutkan bahwa Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki Surat Izin Praktik SIP yang dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di kabupatenkotamadya tempat praktik kedokteran atau kedokteran gigi yang dilaksanakan. Surat izin Praktik hanya berlaku untuk 1satu tempat praktik. Untuk memperoleh SIP dokter atau dokter gigi harus mengajukan permohonan kepada kepala dinas Kesehatan KabupatenKota tempat praktik dilaksanakan, dengan persayaratan : a memiliki surat tanda registrasi dokter, b mempunyai tempat praktik, c memiliki rekomendasi dari organisasi profesi. Dokter hanya bisa menjalankan praktik apabila telah mimiliki Surat Tanda Registrasi STR. SIP masih tetap berlaku sepanjang tempat praktik masih sesuai dengan SIP. STR berlaku untuk lima tahun Idris, 2003 ; Cahyono, 2008. Dokter hanya dapat menjalankan praktik apabila sudah terregistrasi. Proses dokter berpraktik juga bervariasi. Ada negara yang tidak secara khusus mengatur izin Universitas Sumatera Utara praktik. Praktik diserahkan pada mekanisme pasar misalnya disesuaikan dengan kondisi pasar asuransi kesehatan yang ada, misalnya Belanda. Ada negara yang menyerahkan kewenangan izin praktik ke institusi profesi Kolegium profesi ini di tingkat provinsi, misalnya Kanada. Ada negara yang mengatur izin praktik melalui institusi Departemen Kesehatan. Izin praktik dilakukan oleh institusi Depatemen Kesehatan setelah mendapat rekomendasi dari institusi profesi IDI. Untuk izin praktik, secara khusus UUPK juga mengatur hal tersebut namun tidak jauh berbeda dengan proses perizinan selama ini Idris, 2006. Selain menempatkan prinsip-prinsip utama dalam menjaga mutu dokter yang akan menjadi input dalam proses pelayanan kedokteran, melalui mekanisme registrasi dan pendisiplinan, UUPK juga mengatur tentang penyelenggaraan praktik. Hal-hal yang diatur tersebut meliputi: surat izin praktik SIP, pelaksanaan praktik, standar pelayanan, persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi, rekam medis, rahasia kedokteran, kendali mutu dan kendali biaya, hak dan kewajiban dokter dan dokter gigi, hak dan kewajiban pasien, serta hal yang terkait dengan pembinaan penyelenggaraan praktik. Pengaturan-pengaturan di atas sangat bersifat teknis tentang tempat praktik maksimal hanya tiga tempat sebagai upaya menjaga mutu praktik kedokteran, namun tidak mempertimbangkan kepentingan daerah yang memang dokternya masih sangat dibutuhkan di beberapa tempat dan mobilitasnya jauh lebih baik tidak separah Jakarta. Semestinya hal-hal teknis yang membutuhkan pengaturan lebih lanjut dari Universitas Sumatera Utara pasal-pasal tersebut cukup diatur dalam keputusan Menteri Kesehatan saja atau Peraturan Daerah Idris, 2006

2.1.3. Ketentuan Pidana Sanksi