BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
a. Karakteristik agar-agar pada penambahan dadih susu kerbau sebanyak 700 gr
mempunyai rasa khas dadih susu kerbau, aroma khas dadih susu kerbau, warna coklat susu, dan tekstur kenyal padat khas agar-agar, sedangkan pada
agar-agar penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr mempunyai rasa khas dadih susu kerbau, aroma khas dadih susu kerbau, warna coklat
kekuningan dan tekstur kenyal berserat.
b. Semakin banyak campuran dadih susu kerbau yang digunakan pada agar-agar
maka curd gumpalan dadih susu kerbau semakin banyak, menyebabkan agar-agar menjadi berserat dan berwarna kuning, selain itu agar-agar juga
akan asam. Kadar curd gumpalan paling banyak terdapat pada agar-agar
dengan penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr.
c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya terima siswa sekolah dasar
terhadap agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 700 gr dan penambahan dadih susu kerbau 900 gr tergolong disukai siswa sekolah dasar.
Namun, berdasarkan skor penilaian agar-agar dengan penambahan dadih susu kerbau 700 gr memiliki total skor lebih tinggi.
6.2 Saran
a. Pemerintah melalui camat atau kepala desa lebih memperhatikan asupan
makanan yang mengandung banyak zat gizi yang diperlukan oleh anak sekolah dasar, seperti memanfaatkan sumber daya lokal yang dimiliki oleh daerah
Universitas Sumatera Utara
setempat untuk dijadikan makanan jajanantambahan anak-anak sekolah dasar terutama yang mengalami masalah gizi.
b. Orang tua beserta pihak sekolah lebih memperhatikan makanan yang
dikonsumsi oleh anak sekolah, orang tua dapat menyediakan makanan yang bergizi seperti agar-agar dadih susu kerbau sebagai bekal anak disekolah agar
anak tidak mengkonsumsi makanan jajanan sembarangan di sekolah. c.
Pada peternak kerbau yang ada di Kab. Mandailing Natal, untuk meningkatkan pengetahuannya terhadap susu kerbau bahwa susu kerbau mengandung banyak
zat gizi essensial yang diperlukan oleh tubuh, sehingga peternak kerbau mulai memanfaatkan susu kerbau, selain dari pemanfaatan daging kerbau untuk
makanan utama ataupun makanan tambahan. d.
Untuk memenuhi asupan gizi, lebih disarankan menggunakan formula agar- agar dadih susu kerbau pada penambahan dadih susu kerbau sebanyak 900 gr,
walaupun agar-agar dengan penambahan dadih 700 gr lebih enak. e.
Untuk anak usia sekolah yang mengalami masalah gizi, disarankan untuk sering mengkonsumsi agar-agar dadih susu kerbau sebagai makanan tambahan
diluar makanan utama karena dapat meningkatkan status gizi anak dan imunitas tubuh anak.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak Sekolah Dasar 2.1.1 Pengertian dan karakteristik anak sekolah dasar
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan
orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan
pemeliharaan jaringan. Karakteristik anak sekolah meliputi: 1. Pertumbuhan tidak secepat bayi.
2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen tanggal. 3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.
4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat. 5. Pertumbuhan lambat.
6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja. Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang menguras
banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar, akibatnya anak menjadi kekurangan gizi. Untuk mengatasinya, ibu bisa
memberikan makanan tambahan diluar makanan pokok pada anak.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Masalah gizi anak sekolah dasar
Masalah gizi malnutrition adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak
terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi berkaiatan erat dengan masalah pangan.
Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya
pendidikan dan adatkepercayaan yang terkait dengan tabu makanan. Sementara, permasalahan gizi tidak hanya terbatas pada kondisi kekurangan gizi saja
melainkan tercakup pula kondisi kelebihan gizi. Di beberapa daerah pada sekelompok masyarakat Indonesia terutama di
kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi, meledaknya kejadian obesitas di beberapa daerah di
Indonesia akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi yang serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan.
Dengan kata lain, masih tingginya prevalensi kurang gizi di beberapa daerah dan meningkatnya prevalensi obesitas yang dramatis di beberapa daerah yang lain
akan menambah beban yang lebih komplek dan harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia dalam upaya pembangunan bidang kesehatan, sumber daya manusia
dan ekonomi. Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah
dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh kelompok swasta.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan, misal berat badan yang kurang, anemia defisiensi Fe,
defisiensi vitamin C dan daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium Sediaoetama, 2006.
2.1.3 Kebutuhan makan pada anak sekolah
Awal usia 7 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian anak-anak mulai masuk ke dalam dunia baru, dimana dia mulai banyak berhubungan dengan
orang-orang di luar keluarganya, dan dia berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam kehidupannya. Hal ini tentu saja banyak mempengaruhi
kebiasaan makan mereka. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini sering
menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan kepada mereka. Adanya aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus, mengerjakan
pekerjaan rumah PR dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya, membuat stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang dengan intake pangan
dan gizi yang cukup dan berkualitas. Agar stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan ekstra kurikuler, maka
saran utama dari segi gizi adalah ibu harus tetap mengontrol makanan anak, dan berikan anak makanan tambahan makanan selingan yang dapat memperkuat
kekebalan tubuhnya. Pentingnya mengkonsumsi makanan selingan selama di sekolah adalah agar kadar gula tetap terkontrol baik, sehingga konsentrasi
terhadap pelajaran dan aktivitas lainnya dapat tetap dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan per orang per hari anak umur 7-12 tahun
Gol.Umur Berat
Tinggi Energi
Protein 7-9 tahun
10-12 tahun 27 kg
34 kg 130 cm
142 cm 1850 kkal
2100 kkal 49 gram
56 gram
Sumber : Permenkes, 2013.
2.1.4 Pola konsumsi makanan jajanan anak sekolah dasar
Dewasa ini perilaku mengkonsumsi makanan jajanan menunjukkan adanya kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, baik di perkotaan maupun
di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah
makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah di dapat, serta cita rasa yang enak dan cocok dengan selera sebagian besar masyarakat.
Makanan jajanan yang pada umumnya digemari masyarakat adalah makanan kecil ringan yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan dan bersifat tidak
mengenyangkan Moehji, 2000. Pada umumnya anak-anak pada usia sekolah memilih makanan jajanan
yang disukai saja, dan sebagian besar makanan jajanan tersebut mengandung tinggi karbohidrat, sehingga membuat cepat kenyang, selain itu keamanan dan
kesehatan dari jajanan tersebut masih sangat diragukan. Makanan yang tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan anak, akan menyebabkan
perubahan metabolisme dalam otak, sehingga mengakibatkan ketidakmampuan otak berfungsi secara normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis,
kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan terganggu, jumlah sel otak berkurang
Universitas Sumatera Utara
dan terjadi ketidaksempurnaan biokimia dalam otak sehingga berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan dan fungsi kognitif anak.
2.2 Makanan Jajanan
Makanan jajanan atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut Food and Agriculture FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang
dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan
atau persiapan lebih lanjut. Makanan jajanan memegang peranan penting dalam mernberikan kontibusi tambahan untuk kecukupan gizi, khususnya energi dan
protein. Kebiasaan jajan di sekolah terjadi karena 3-4 jam setelah makan pagi perut akan terasa lapar kembali.
Kebanyakan pedagang makanan jajanan disekolah tersebut adalah industri rumah tangga. Perlu disadari bahwa sering kali makanan hasil buatan industri
rumah tangga mengandung bahan tambahan makanan yang berbahaya, salah satunya adalah pemanis buatan yang dilarang ataupun pemanis buatan yang
diizinkan tetapi dalam jurnlah berlebih. Industri pangan dan minuman lebih menyukai menggunakan pemanis buatan karena selain harganya relatif murah,
tingkat kemanisan pemanis buatan jauh lebih tinggi dari pemanis alami. Hal tersebut mengakibatkan terus meningkatnya penggunaan pemanis buatan terutama
sakarin dan siklamat. Pemanis buatan sakarin dan siklamat merupakan jenis pemanis yang
khusus ditujukan bagi penderita diabetes. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sakarin dapat menimbulkan kanker kandung kemih pada tikus. Seperti halnya
Universitas Sumatera Utara
sakarin, penggunaan siklamat dapat pula berbahaya mengingat hasil metabolismenya, yaitu sikloheksamina bersifat karsinogenik, sehingga sekresi
lewat urin dapat merangsang pertumbuhan tumor pada kandung kemih tikus. Salah satu kriteria keamanan makanan jajanan yang dijual di lingkungan
sekolah adalah aman dari komposisi gizi dan bahan tambahan pangan, maka komposisi makanan jajanan harus diperhatikan. Anak sekolah umumnya setiap
hari menghabiskan seperempat waktunya di sekolah. Hanya sekitar 5 persen anak sekolah membawa bekal dari rumah. Oleh karena itu mereka lebih suka jajan
makanan jajanan kaki lima dan mempunyai kemampuan untuk mernbeli makanan jajanan.
Makanan jajanan dapat berupa minuman atau makanan dengan jenis, rasa, dan warna yang bervariasi dan memikat. Variasi rasa, jenis dan terutama warna
yang memikat dan menarik minat anak sekolah untuk membeli makanan jajanan. Sekarang ini, jajan menjadi sebagai kebiasaan anak sepulang sekolah. Dikutip dari
buletin Info POM, kebiasaan orang tua memberikan uang jajan dan tidak menjadikan bekal adalah salah satu alasan terbentuknya kebiasaan jajan pada anak
sekolah. Makanan jajanan dapat ditemukan hampir di setiap sekolah dasar
biasanya, terdapat di luar sekolah atau dalam sekolah. Makanan jajanan ditempatkan di tempat yang terbuka dan terkadang dicampur bahan-bahan yang
berbahaya. Hal ini menyebabkan makanan jajanan menjadi tidak sehat dan berbahaya untuk dikonsumsi, hasil penelitian yang dilakukan Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia BPOM RI dan Institut Pertanian Bogor
Universitas Sumatera Utara
IPB membuktikan 35 jajanan anak sekolah di Indonesia tidak sehat dikonsumsi.
2.3 Susu Kerbau