Tinjauan Pustaka KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA

13 berdasarkan kesamaan komponen semantisnya.Kategorisasi ditetapkan dengan mengelompokkan butir-butir leksikal berdasarkan komponen semantisnya. Komponen semantis mencakup kombinasi dari perangkat makna seperti ‘seseorang’, ‘sesuatu’, ‘mengatakan’, ‘melakukan’, ‘terjadi’, ‘ini’, dan ‘baik’ Mulyadi 2000:40 dalam Giovanni 2014:10..

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian terhadap verba sudah banyak dilakukan oleh beberapa ahli.Selanjutnya peneliti akan menjelaskan penelitian- penelitian sebelumnya yang mirip atau relevan dengan penelitian ini. Beratha 2000 ‘Struktur Semantis Verba Ujaran Bahasa Bali’ dengan menggunakan teori Metabahasa Semantik Alami yang berkombinasi dengan teori peran umum macro – role. Teori MSA digunakan dalam mengkaji struktur semantik verba ujaran bahasa Bali dengan membatasinya menggunakan teknik parafrasa sedangkan teori peran umum macro- role digunakan untuk menjelaskan peran umum yang dimiliki oleh argumen - argumen verba dan peran umum ini dapat memiliki peran - peran khusus spesifik.Ada sejumlah verba tindakan yang bertipe ujaran seperti: ngidih, nunas ‘meminta’, nunden, nikain ‘memerintah’, nombang ‘melarang’, majanji ‘berjanji’, ngajum ‘menyanjung’, nyadcad ‘mengkritik’, nesek ‘mendesak’, ngancam ‘mengancam’, nuduh ‘menuduh’, matakonmataken ‘bertanya’. Struktur semantis verba tindakan tipe ujran ini diformulasikan ‘X mengatakan sesuatu kepada Y’.Beliau juga mengatakan bahwa peran semantis verba ujaran bahasa Bali adalah sebagai 14 ACTOR yang dapat memiliki peran khusus seperti agen, pemengaruh atau lokatif, serta UNDERGOER yang mempunyai peran khusus sebagai pasien, tema, atau lokatif. Penelitian Beratha memberikan sumbangan yang sangat membantu peneliti terutama dalam menyelesaikan masalah analisis makna yang tampak pada penggunaan parafrasa yang bersumber dari perangkat makna asali. Penelitian Beratha akan dikembangkan peneliti dengan kajian yang sama namun dalam bahasa yang berbeda yaitu verba BAWA dalam bahasa Batak Toba. Mulyadi 2003 yang berjudul ‘Struktur Semantis Verba Tindakan BahasaIndonesia’ dengan menggunakan teori MetabahAsa Semantik Alami MSA. Teori MSA digunakan untuk mengetahui makna asali verba tindakan bahasa Indonesia dan memetakan struktur semantis verba tindakan bahasa Indonesia. Beliau membatasilingkup kajian hanya pada enam verba, yaitu menangkap, menendang, membeli, menangis, pergi, dan bertemu. Mulyadi menggolongkan verba bahasa Indonesia menjadi tiga kelas yaitu tindakan, proses dan keadaaan. Dalam kajiannya Mulyadi mengemukakan bahwa kajian semantis terhadap verba tindakan bahasa Indonesia memperlihatkan beberapa implikasi yang menarik. Pertama, ada orelasi antara valensi verba tindakan dan komponen yang inheren pada verba tersebut, terutama pada eksponen pertama. Komponen untuk verba bervalensi satu ialah ‘X melakukan sesuatu’, sedangkan komponen untuk verba bervalensi dua adalah ‘X melakukan sesuatu pada Y’. Kedua, struktur semantis verba tindakan tidak bersesuaian dengan tipe verbanya.Verba bervalensi dua seperti menangkap, menendang, dan membeli dengan verba bervalensi satu seperti pergi pada kenyataannya 15 bertumpang tindih pada komponen kedua.Komponen yang dimaksud ialah ‘sesuatu terjadi karena X menginginkan sesuatu’. Ketiga, dari eksplikasi yang dilakukan terlihat bahwa struktur semantis verba tindakan bahasa Indonesia tidak memperlihatkan adanya keteraturan dalam jaringan elemennya. Karena kajian ini masih dilakukan secara terbatas, yakni hanya menggunakan enam verba sebagai sampel, kiranya diperlukan kajian yang lebih jauh pada seluruh verba tindakan bahasa Indonesia. Penelitian Mulyadi memberikan sumbangan kepada peneliti yang mengkaji semantik verba BAWA dalam bahasa Batak Toba sertacara mengaplikasikan teori MSA dalam menganalisis struktur. Gande 2012 dalam tesis yang berjudul ‘Verba Memotong dalam Bahasa Manggarai’ memakai Matabahasa Semantik Alami sebagai teorinya. Gande mengklasifikasikan verba yang bermakna “memotong” sesuai dengan realisasi leksikal verba POTONG dalam bahasa Manggarai yang terdiri atas 86 leksikon yang diklasifikasikan atas beberapa bagian, yaitu1 memotong manusia anggota tubuh manusia, 2 memotong pada binatanghewan, 3 memotong pohon, 4 memotong rumput, 5 memotong buah, 6 memotong daun, 7 memotong tali, dan 8 memotong kain. Selain itu, Gande juga melakukan kajian terhadap struktur semantik verbaPOTONGdalam bahasa Manggarai dengan ‘X melakukan sesuatu pada Y’, ‘sesuatu terjadi pada Y’. Penelitian Gande memberikan sumbangan bagi peneliti baik dari segi teori dan cara menganalisis makna verba dengan teknik parafrasa. Raynold2014 ‘Struktur Semantis Verba Memotong Bahasa Kei’dengan menggunakan kajian Metabahasa Semantik Alami. Pada penentuan tipe semantis 16 verba ‘memotong’ bahasa Kei, teori MSA menawarkan polisemi takkomposisi sebagai alat deskripsi.Berdasarkan analisis yang telah dilakukan adabeberapa hal yang dapat disimpulkan dalam kajian terhadap struktur dan peran semantis verba ‘memotong’ bahasa kei sebagai berikut. a. Struktur semantik verba ‘memotong’ bahasa Kei dapat diekspresikan dalam beberapa leksikon, yaitu: 1 memotong ‘avat’,2 memotong dengan mesin ‘titat’,3 memotong dengan kecil-kecil kek, 4 memotong dengan mesin kiq,5 memotong dengan pisau ‘wur’, 6 memotong dengan pisau atau parang ‘rouk’, 7 memotong dengan parang ‘vnge’, 8 memotong dengan pisau ‘isin’, 9 memotongtebang ‘itan’, dan 10 memotongmembelah ‘uvur’.

b. Penggunaan leksikon verba‘memotong’ avat; titat, kek,kiq,wur, rouk, vnge,