18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Paranginan Utara, Kec. Paranginan, Kab. Humbang Hasundutan. Paranginan adalah daerah yang luas tanpa dibatasi oleh
gunung yang posisinya berada di atas tebing terjal Danau Toba. Wilayah Kecamatan Paranginan terletak antara 2013’ – 2020’ Lintang Utara dan 98057 -
98057’ Bujur Timur, terletak pada 1000 -1500 m di atas permukaan laut dengan dengan luas wilayah 4.778,06 Ha.
Desa Paranginan Utara berbatasan dengan Kecamatan Siborong- borongKabupaten Tapanuli Utara di sebelah Selatan, di sebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan MuaraKabupaten Tapanuli Utara, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lintongnihuta. Penduduk Kecamatan Paranginan
mayoritas dihuni Suku Batak Toba dan masih bersifat homogen dengan jumlah penduduk 13.787 per Februari 2015 jiwa terdiri dari laki-laki 6.750 jiwa dan
perempuan 7.027 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 2.946 KK. Sebagian besar wilayah Kecamatan Paranginan adalah areal pertanian dan sebagian menjadi hutan
rakyat yang ditanamai dengan pohon mekadamia, pinus dan ekvaliftus. Pada umumnya, persawahan ditanami padi lokal dengan pola tanam 1 kali
setahun dan dari jumlah tanah sawah yang ada hanya sekitar 99 Ha yang ditanami dengan 2 kali setahun. Jarak Desa Paranginan Utara ke ibukota kecamatan sekitar
2 km, dan jarak antara desa Paranginan Utara ke ibukota kabupaten sekitar 26 km.
19
Letak Desa Paranginan Utara dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian Sumber :
http:www.humbanghasundutankab.go.id http:www.tapanuliutarakab.go.id
20
Desa Paranginan Utara bisa disebut sebagai salah satu desa yang sudah maju karena selalu mengikuti perubahan dan perkembangan zaman mulai dari
penggunaan listrik, Perusahaan Air Minum PAM serta perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi IPTEK seperti layanan internet. Desa Paranginan
Utara dihuni oleh penutur asli bahasa Batak Toba.Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan penduduk desa Paranginan Utara adalah bahasa Batak Toba sebagai
alat komunikasi sehari-hari. Namun, desa ini juga sudah didiami masyarakat yang bukan penutur jati bahasa Batak Toba atau pendatang baru yang berasal dari suku
dan bahasa lain seperti suku Nias. Akan tetapi interferensi bahasa yang diberikan masih tergolong sangat kecil sehingga tidak begitu mempengaruhi bahasa
masyarakat sehingga penutur jati bahasa Batak Toba masih banyak dijumpai di desa ini. Hal tersebut kemudian menjadi alasan peneliti untuk memilih desa ini
sebagai lokasi penelitian.
3.2 Sumber Data