Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti

pada keadaan kering. Hal tersebut dapat membantu kelangsungan hidup spesies selama kondisi iklim yang tidak memungkinkan Depkes RI, 2007. Pada umumnya nyamuk Aedes aegypti akan meletakan telurnya pada suhu sekitar 20° sampai 30°C. Pada suhu 30°C, telur akan menetas setelah 1 sampai 3 hari dan pada suhu 16°C akan menetas dalam waktu 7 hari. Telur nyamuk Aedes aegypti sangat tahan terhadap kekeringan Sudarmaja JM dan Mardihusodo, 2009. Pada kondisi normal, telur Aedes aegypti yang direndam di dalam air akan menetas sebanyak 80 pada hari pertama dan 95 pada hari kedua. Berdasarkan jenis kelaminnya, nyamuk jantan akan menetas lebih cepat dibanding nyamuk betina, serta lebih cepat menjadi dewasa. Faktor – faktor yang mempengaruhi daya tetas telur adalah suhu, pH air perindukkan, cahaya, serta kelembaban disamping fertilitas telur itu sendiri Soedarto, 1992. Gambar 2.2 Telur Aedes aegypti 2. Stadium Larva Aedes aegypti Larva nyamuk Aedes aegypti selama perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit larva instar I memiliki panjang 1-2 mm, tubuh transparan, siphon masih transparan, tumbuh menjadi larva instar II dalam 1 hari. Larva intar II memiliki panjang 2,5-3,9 mm, siphon agak kecoklatan, tumbuh menjadi larva instar III selama 1-2 hari. Larva instar III berukuran panjang 4-5 mm, siphon sudah berwarna coklat, tumbuh menjadi larva instar IV selama 2 hari. Larva instar IV berukuran 5-7 mmm sudah terlihat sepasang mata dan sepasang antena, tumbuh menjadi pupa dalam 2-3 hari. Umur rata – rata pertumbuhan larva hingga pupa berkisar 5-8 hari. Posisi istirahat pada larva ini adalah membentuk sudut 450 terhadap bidang permukaan air Depkes RI, 2007. Gambar 2.3 Larva Aedes aegypti 3. Stadium Pupa Aedes aegypti Pada stadium pupa tubuh terdiri dari dua bagian, yaitu cephalothorax yang lebih besar dan abdomen. Bentuk tubuh membengkok. Pupa tidak memerlukan makan dan akan berubah menjadi dewasa dalam 2 hari. Dalam pertumbuhannya terjadi proses pembentukan sayap, kaki dan alat kelamin Depkes RI, 2007. Gambar 2.4 Pupa Aedes aegypti 4. Nyamuk dewasa Aedes aegypti Tubuh nyamuk dewasa terdiri dari 3 bagian, yatu kepala caput, dada thorax dan perut abdomen. Badan nyamuk berwarna hitam dan memiliki bercak dan garis – garis putih dan tampak sangat jelas pada bagian kaki dari nyamuk Aedes aegypti. Tubuh nyamuk dewasa memiliki panjang 5 mm. Pada bagian kepala terpasang sepasang mata majemuk, sepasang antena dan sepasang palpi, antena berfungsi sebagai organ peraba dan pembau. Pada nyamuk betina, antena berbulu pendek dan jarang tipe pilose, sedangkan pada nyamuk jantan, antena berbulu panjang dan lebat tipe plumose. Thorax terdiri dari 3 ruas, yaitu prothorax, mesotorax, dan methatorax. Pada bagian thorax terdapat 3 pasang kaki dan pada ruas ke 2 mesothorax terdapat sepasang sayap. Abdomen terdiri dari 8 ruas dengan bercak putih keperakan pada masing – masing ruas. Pada ujung atau ruas terakhir terdapat alat kopulasi berupa cerci pada nyamuk betina dan hypogeum pada nyamuk jantan Depkes RI, 2007. Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1:1, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya mempunyai probosis panjang untuk menembus kulit dan penghisap darah. Sedangkan pada nyamuk jantan, probosisnya berfungsi sebagai pengisap sari bunga atau tumbuhan yang mengandung gula. Nyamuk Aedes aegypti betina umumnya lebih suka menghisap darah manusia karena memerlukan protein yang terkandung dalam darah untuk pembentukan telur agar dapat menetas jika dibuahi oleh nyamuk jantan. Setelah dibuahi nyamuk betina akan mencari tempat hinggap di tempat tempat yang agak gelap dan lembab sambil menunggu pembentukan telurnya, setelah menetas telurnya diletakkan pada tempat yang lembab dan basah seperti di dinding bak mandi, kelambu, dan kaleng - kaleng bekas yang digenangi air Hoedojo R dan Zulhasril, 2008. Gambar 2.5 Aedes aegypti dewasa

2.1.4.1.1 Tempat Perkembangbiakan

1. Tempat penampungan air TPA yaitu tempat menampung air guna keperluan sehari – hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC dan ember. 2. Bukan tempat penampungan air non TPA yaitu tempat – tempat yang biasa digunakan untuk menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari – hari seperti tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban bekas, botol, pecahan gelas, vas bunga dan perangkap semut. 3. Tempat penampungan air alami TPA alami seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang dan potongan bambu.

2.1.5 Bionomik Nyamuk

Aedes aegypti 1. Perilaku makan Aedes aegypti sangat antropofilik, walaupun ia juga bisa makan dari hewan panas lainnya. Sebagai hewan diurnal, nyamuk betina memiliki dua periode aktivitas menggigit, pertama dipagi hari selama beberapa jam setelah matahari terbit dan sore hari selama beberapa jam sebelum gelap. Puncak aktivitas menggigit dapat beragam, bergantung lokasi dan musim. Jika masa makannya terganggu, Aedes aegypti dapat menggigit lebih dari satu orang. Perilaku ini dapat memperbesar penyebaran epidemi. Aedes aegypti biasanya tidak menggigit pada malam hari, tetapi akan menggigit saat malam di kamar yang terang WHO,2001. 2. Perilaku istirahat Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, dan tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk di kamar tidur, kamar mandi, kamar kecil, maupun di dapur. Nyamuk ini jarang ditemukan di luar rumah, di tumbuhan, atau di tempat berlindung lainnya. Di dalam ruangan, permukaan istirahat yang mereka suka adalah di bawah furnitur, benda yang tergantung seperti baju dan gordyn, serta dinding WHO,2001. 3. Jarak terbang Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi tampaknya terbatas sampai pada jarak 100 meter dari lokasi kemunculan. Akan tetapi, penelitian terbaru di Puerto Rico menunjukkan nyamuk ini dapat menyebar lebih dari 400 meter terutama untuk mencapai lokasi bertelur WHO,2001. 4. Lama Hidup Aedes aegypti dewasa memiliki rata – rata lama hidup hanya delapan hari. Selama musim hujan, saat masa bertahan hidup lebih panjang, resiko penyebaran virus semakin besar WHO,2001.

2.1.6 Demam Berdarah Dengue

Nyamuk Aedes aegypti di daerah perkotaan dan Aedes albopictus di daerah pedesaan merupakan vektor utama penyakit DBD. Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B yaitu Arthropod borne virus atau virus yang disebarkan oleh arthropoda. Virus ini termasuk genus flavivirus dari famili flaviviridae. Infeksi virus terjadi melalui gigitan nyamuk, virus memasuki aliran darah manusia untuk kemudian bereplikasi memperbanyak diri. Sebagai perlawanan tubuh akan membentuk antibodi, selanjutnya akan terbentuk antigen – antibodi. Kompleks antigen – antibodi tersebut akan melepaskan zatzat yang merusak sel – sel pembuluh darah, yang disebut dengan proses autoimun. Proses tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat yang salah satunya ditujukan dengan melebarnya pori – pori pembuluh darah kapiler. Hal itu mengakibatkan bocornya sel – sel darah, antara lain trombosit dan eritrosit. Akibatnya tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai perdarahan hebat pada kulit, saluran cerna, saluran pernapasan, dan organ vital yang sering menyebabkan kematian. Pasien penyakit DBD umumnya disertai dengan gejala demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, manifestasi