Demam Berdarah Dengue Nyamuk

perdarahan pada tes rumple leed, mulai dari petekie sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah hitam; hasil pemeriksaan trombosit menurun normal : 150.000- 300.000 μL dan hematokrit meningkat normal pria 45 dan wanita 40; akral dingin, gelisah, tidak sadar DSS, dengue shock syndrom Widoyono, 2008. Siklus penyebaran virus dengue dapat terjadi dalam beberapa tahap, yaitu perkembangbiakan virus dalam tubuh nyamuk kemudian ditularkan ke manusia. Tahap pertama nyamuk Aedes aegypti menggigit manusia yang terinfeksi virus dengue, kemudian virus akan berkembang di perut dan kelenjar ludah nyamuk Aedes aegypti . Tahap kedua nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus dengue menggigit manusia yang sehat, kemudian virus berkembang pada jaringan dekat titik inokulasi atau lymph node, virus keluar dari jaringan inokulasi dan menyebar melalui darah untuk menginfeksi sel – sel darah putih, lalu virus keluar dari sel darah putih dan bersirkulasi ke darah, sistem kekebalan tubuh merusak sel – sel yang terinfeksi. Jika sel yang terinfeksi sedikit, demam akan berlangsung 6-7 hari. Tetapi jika sel yang terinfeksi banyak demam akan lebih parah dan pendarahan akan lebih banyak Kristina dkk, 2010. Pada tahun 2013, jumlah penderita DBD di Indonesia yang dilaporkan sebanyak 112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang. Terjadi peningkatan kasus pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 90.245 kasus Depkes RI, 2013. Penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Daerah endemis DBD di Provinsi Sumatera Utara adalah Kota Medan, Deli Serdang, Binjai, Langkat, Asahan, Tebing Tinggi, Pematang Siantar dan Kabupaten Karo. Sejak tahun 2005 rata-rata insiden rate DBD per 100,000 penduduk di Provinsi Sumatera Utara relatif tinggi. Pada tahun 2013, jumlah kasus DBD tercatat 4.732 kasus dengan IR 35 per 100.000 penduduk. Jumlah ini mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2012 dengan jumlah kasus 4,367 kasus dengan IR sebesar 33 per 100.000 penduduk. Insidens rate DBD dengan insidens rate yang sangat tinggi dalam 3 tahun terakhir umumnya dilaporkan oleh daerah perkotaan yakni Kota Medan, Deli Serdang, Pematang Siantar, Langkat dan Simalungun Depkes Prov Sumut, 2013.

2.1.7 Pengendalian Vektor

Menurut Peraturan Pemerintah No. 374 tahun 2010 vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. Demam berdarah dengue DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang belum dapat terpecahkan karena morbiditasnya angka kesakitan tinggi dan penyebaran yang semakin luas. Pengobatan spesifik terhadap penyakit DBD sampai saat ini belum ada, sehingga dengan memberantasnya dilakukan dengan memberantas vektor nyamuk Nurhayati, 2005. Pengendalian vektor bertujuan untuk mengurangi atau menekan populasi vektor serendah – rendahnya sehingga tidak berarti lagi sebagai penular penyakit, serta untuk menghindarkan kontak antara vektor dan manusia Gandahusada, 2000. Pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan Slamet, 2009: 1. Penyakit tadi belum ada obat maupun vaksinnya, seperti hampir semua penyakit yang disebabkan oleh virus. 2. Bila ada obat atau vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama pada penyakit parasite. 3. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit dikendalikan. 4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis, malaria. 5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat, seperti insekta yang merayap.

2.1.7.1 Pengendalian Secara Biologis

Dengan memperbanyak pemangsa dan parasit sebagai musuh alami bagi serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga yang menjadi vector atau hospes perantara. Beberapa parasit dari golongan nematode, bakteri, protozoa, jamur dan virus dapat dipakai sebagai pengendali larva nyamuk. Artropoda juga dapat dipakai sebagai pengendali nyamuk dewasa. Predator atau pemangsa yang baik untuk pengendalian larva nyamuk terdiri dari beberapa jenis ikan, larva nyamuk yang berukuran lebih besar, juga larva capung dan Crustaceae. Contoh beberapa jenis ikan sebagai pemangsa yang cocok untuk pengendalian larva ialah: Panchax panchax ikan kepala timah, Lebistus reticularis Guppy = water ceto, Gambusia affinis ikan gabus, dll Gandahusada, 2000.