Balok Beton Bertulang Normal

47

4.6 Perhitungan Lendutan Balok Secara Teoritis

4.6.1 Balok Beton Bertulang Normal

Perhitungan lendutan yang terjadi pada balok beton normal diperoleh perhitungan momen sebagai muatan. Untuk perhitungan lendutan akibat beban sendiri diabaikan. Gambar 4.7 Pembebanan terpusat Dimana, √ √ Nmm 2 Maka, a. lendutan yang terjadi pada pembebanan P=1333 kg f’c = 33.517 MPa Universitas Sumatera Utara 48 b. lendutan yang terjadi pada pembebanan P=2666 kg Kondisi setelah retak Pada keadaan setelah retak lendutan balok yang terjadi tidak dapat dihitung menggunakan persamaan lendutan biasa, karena akan mengalami kesulitan dalam menentukan momen inersia yang akan digunakan. Untuk untuk bagian balok dengan momen lebih kecil daripada momen retak M cr , balok dapat diasumsikan tidak mengalami retak dan momen inersia dapat diasumsikan sebesar I g . Namun ketika momen lebih besar daripada momen retak M cr , retak tarik pada balok akan menyebabkan berkurangnya penampang melintang balok, dan momen inersia dapat diasumsikan sama dengan nilai transformasi I cr . Pada retak tarik diasumsikan bahwa momen inersia mendekati momen inersia transformasi I cr , tetapi perlu diingat pada tempat diantara retk-retak disebut nilai momen inersia lebih mendekati I g . akibatnya sulit sekali menentukan nilai momen inersia yang akan digunakan. Momen inersia merupakan nilai rata-rata dan digunakan pada semua titik pada balok sederhana dimana lendutan terjadi. Momen inersia ini deisebut momen inersia efektif I e yang dapt dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut [ ] Dimana : I e = Momen inersia efektif M a = Momen beban layak maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan I g = Momen inersia penampang I cr = Momen inersia transformasi pada penampang retak M cr = Momen retak, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut : dengan: f r = Modulus retak beton = √ Universitas Sumatera Utara 49 y t = Jarak dari garis netral penampang utuh ke serat tepi tertarik mengabaikan tulangan baja =  Menentukan momen retak M cr : √  Menentukan letak garis netral dengan, dimana : E s = Modulus elastisitas baja = 200,000 MPa E c = Modulus elastisitas beton = 27210 MPa Maka, d’ = selimut beton + Ø sengkang + ½ Ø tulangan utama = 25 mm + 6 mm + ½ 12 = 37 mm d = h - selimut beton - Ø sengkang - ½ Ø tulangan sengkang = 250 mm - 25 mm - 6 mm - ½12 = 213 mm Maka, y 1 = 57.21 mm dan y 2 = -105.48 mm diambil y = 57.21mm Universitas Sumatera Utara 50  Menentukan momen inersia penampang retak transformasi I cr +739381.848 Berdasarkan hasil pengujian, retak awal terjadi pada saat pembebanan 3999 kg. Maka, lendutan saat kondisi setelah retak dapat dihitung secara teoritis pada saat pembebanan 3999 kg hingga 5998,5 kg. c. Lendutan teoritis pada pembebanan 3999 kg  Menentukan momen beban layak maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan M a :  Menentukan momen inersia efektif I e { } { }  Lendutan akibat beban terpusat setelah retak d. Lendutan teoritis pada pembebanan 5332 kg  Menentukan momen beban layak maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan M a : Universitas Sumatera Utara 51  Menentukan momen inersia efektif I e { } { }  Lendutan akibat beban terpusat setelah retak e. Lendutan teoritis pada pembebanan 5998.5 kg  Menentukan momen beban layak maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan M a :  Menentukan momen inersia efektif I e { } { }  Lendutan akibat beban terpusat setelah retak Universitas Sumatera Utara 52 Tabel 4.6 Data hasil lendutan pengujian dan lendutan teoritis balok beton normal Pembacaan Dial kgcm 2 Beban kg Lendutan x 10 -2 Hasil Pengujian Teoritis 10 1333 95 120.2 20 2666 210 240.4 30 3999 432 1202 40 5332 721 1677 45 5998.5 1086 1906 Gambar 4.8 Grafik hubungan beban-lendutan berdasarkan hasil pengujian dan teoritis pada balok beton bertulang normal 95 210 432 721 1086 120,2 240,4 1202 1677 1906 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 500 1000 1500 2000 2500 B eb an K g Panjang Lendutan x 0.01 mm Hubungan Beban dan Lendutan Hasil Pengujian dan Teoritis Balok Beton Normal Hasil Pengujian Teoritis Universitas Sumatera Utara 53

4.6.2 Balok Beton Bertulang 85 Pasir Biasa dan 15 Pasir slag