Pembuatan Benda Uji PROSES PENGUJIAN BALOK BETON BERTULANG

37

3.3 Penyusun Beton

Sebelum dilakukan pengecoran, proporsi bahan-bahan penyusun beton yang terdiri dari pasir, steel slag, kerikil, semen dan air terlebih dahulu dilakukan sebuah perencanaan campuran beton concrete mix design. Hal ini dilakukan agar proporsi campuran dapat mencapai tingkat yang ekonomis. Dalam menentukan proporsi campuran dalam penelitian ini digunakan metode Departemen Pekerjaan Umum berdasarkan SNI 2847 : 2013. Kriteria dasar perancangan beton dengan menggunakan metode Departemen Pekerjaan Umum PU ini adalah kriteria kekuatan tekan dan korelasi dengan faktor air - semen. Perhitungan mix design yang lengkap dapat dilihat pada lampiran tugas akhir ini. Dalam penelitian ini, direncanakan beton dengan mutu f’c = 30 MPa. Komposisi mix design beton meliputi : 1. Beton normal yang digunakan semen : air : pasir : kerikil adalah 1: 0,4085 : 0,81: 2,44 2. Beton slag 15 dengan perbandingan semen : air : pasir biasa : pasir slag : kerikil adalah 1 : 0,4085 : 0,69 : 0,17 : 2,44 3. Beton slag 25 dengan perbandingan semen : air : pasir biasa : pasir slag : kerikil adalah 1 : 0,4085 : 0,61 : 0,29 : 2,44

3.4 Pembuatan Benda Uji

Pembuatan benda uji terdiri dari 3 tiga variasi yaitu beton dengan agregat halus meliputi : a. Beton normal dengan 100 pasir biasa b. Beton dengan perbandingan 85 pasir biasa dan 15 pasir steel slag c. Beton dengan perbandingan 75 pasir biasa dan 25 pasir steel slag Masing-masing variasi memiliki 4 buah sampel silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dan 1 buah balok dengan ukuran 15 x 25 x 320 cm. Setelah bahan – bahan campuran beton disediakan, hidupkan mesin molen dan masukkan bahan campuran beton sembarang ke dalamnya yang berfungsi untuk membasahi mesin tesebut supaya adukan beton yang sebenarnya tidak berkurang. Setelah ± 30 detik, campuran tersebut di buang. Untuk beton normal, langkah pertama masukkan agregat halus dan semen selama ± 30 detik supaya Universitas Sumatera Utara 38 agregat halus dan semen tercampur rata. Kemudian air dimasukkan sebagian- sebagian ke dalam molen secara menyebar, hal ini dilakukan supaya air tidak hanya tercampur di beberapa tempat dan menyebabkan adukannya tidak rata. Selanjutnya masukkan kerikil dan biarkan mesin molen selama ± 1 menit sampai campuran beton benar-benar tercampur secara merata dan homogen. Adukan yang sudah tercampur merata, dituangkan ke dalam sebuah pan besar yang tidak menyerap air, dan kemudian adukan diukur kekentalannya dengan menggunakan metode slump testdengan kerucut Abrams-Harder. Setelah pengukuran nilai slump, campuran beton dimasukkan ke dalam cetakan silinder yang berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dan cetakan bekisting balok yang berukuran 15 x 25 x 320 cmdengan cara dibagi dalam tiga tahapan, dimana masing-masing tahapan diisi 13 bagian dari cetakan silinder dan balok, lalu dipadatkan dengan menggunakan alat vibrator. Setelah beton berumur ± 24 jam, cetakan silinder dan balok dibuka dan mulai dilakukan perawatan curing beton dengan cara direndam dalam bak perendaman sampai pada masa yang direncanakan untuk melakukan pengujian.

3.5 Pengujian Sampel