27
etanol 96 dengan menggunakan botol bersumbat sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18-24 jam dan disaring.
Sebanyak 20 mL filtrat pertama diuapkan hingga kering dalam cawan yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Residu dipanaskan dalam oven
pada suhu 105°C sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Depkes RI., 1995.
3.4.7 Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama, dimasukkan kedalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus porselin bersama isinya dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, ditimbang sampai diperoleh bobot yang tetap. Kadar abu
dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Depkes RI., 1995.
3.4.8 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 mL asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, saring dengan kertas saring, lalu dicuci dengan air panas. Kemudian residu dan kertas saring dipijarkan sampai diperoleh bobot tetap, didinginkan dan
ditimbang beratnya. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara Depkes RI., 1995.
3.5 Pembuatan Larutan Pereaksi
3.5.1 Larutan pereaksi Bouchardat
Sebanyak 4 g kalium iodida dilarutkan dalam 20 mL air suling, kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit 2 g iodium dan dicukupkan dengan air suling
hingga 100 mL Depkes RI., 1989.
Universitas Sumatera Utara
28
3.5.2 Larutan pereaksi Molisch
Sebanyak 3 g alfa-naftol dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N dan dicukupkan 100 mL Ditjen POM., 1975.
3.5.3 Larutan pereaksi Dragendorff
Sebanyak 8 g bismuth II nitrat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 20 mL asam nitrat pekat. Pada wadah lain ditimbang sebanyak 27,2 g kalium iodida
yang dilarutkan dalam 50 mL air suling, kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan yang jernih diambil dan
diencerkan dengan air suling hingga 100 mL Depkes RI., 1980.
3.5.4 Larutan pereaksi asam klorida 2 N
Sebanyak 17 mL asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga 100 mL Ditjen POM., 1995.
3.5.5 Larutan pereaksi asam sulfat 2 N
Sebanyak 5,4 mL asam sulfat pekat diencerkan dengan air suling hingga
100 mL Ditjen POM., 1995.
3.5.6 Larutan pereaksi natrium hidroksida 2 N
Sebanyak 8 g kristal natrium hidroksida dilarutkan dalam air suling hingga
100 mL Ditjen POM., 1995.
3.5.7 Larutan pereaksi Lieberman-Burchard
Sebanyak 5 bagian volume asam sulfat pekat dicampurkan dengan 50 bagian volume etanol 95, ditambahkan dengan hati hati 5 bagian volume asam
asetat anhidrida kedalam campuran tersebut Ditjen POM., 1995.
Universitas Sumatera Utara
29
3.5.8 Larutan pereaksi besi III klorida 1 bv
Sebanyak 1 g besi III klorida dilarutkan dalam air suling hingga 100 mL Ditjen POM., 1995.
3.5.9 Larutan pereaksi timbal II asetat 0,4 M
Sebanyak 15,17 g timbal II asetat dilarutkan dalam air suling bebas karbon dioksida hingga 100 mL Ditjen POM., 1995.
3.5.10 Larutan pereaksi mayer