41
4.3 Skrining Fitokimia
Hasil uji golongan senyawa kimia dari serbuk simplisia dan ekstrak daun sirih dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil uji golongan senyawa kimia daun sirih No
Senyawa metabolit sekunder Hasil
Simplisia Ekstrak
1 Alkaloida
- -
2 Flavonoida
+ +
3 Saponin
+ +
4 Tanin
+ +
5 Glikosida
+ +
6 SteroidaTriterpenoida
+ +
Keterangan: + = Ada, - = Tidak ada
Berdasarkan hasil pemeriksaan uji golongan senyawa kimia menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak daun sirih mengandung senyawa kimia golongan
flavonoida, saponin, tanin, glikosida, dan steroidatriterpenoida. Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak etanol daun sirih menurut
Sitorus 2011 mengandung senyawa kimia golongan alkaloida, flavonoida, tanin, saponin, glikosida, steroidtriterpenoid.
4.4 Rendemen Simplisia dan Ekstrak
Hasil penyarian 600 g serbuk simplisia daun sirih dengan menggunakan pelarut etanol 96. Maserat diuapkan dengan alat rotary evaporator, dikeringkan
kembali dengan penangas air dan ditimbang. Ekstrak kental diperoleh sebanyak 138,39 g. Ekstrak ini kemudian digunakan untuk pemeriksaan uji golongan
Universitas Sumatera Utara
42
senyawa kimia dan uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli.
4.5 Pemeriksaan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirih
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun sirih terhadap bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun terhadap bakteri Staphylococcus aureus
dan Eschericia coli
No Konsentrasi Ekstrak
Etanol Daun Sirih mgmL
Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri mm
Staphylococcus aureus
Eschericia coli D
D 1
500 18.83
18.57 2
400 17.43
17.32 3
300 16.17
16.35 4
200 15.27
15.50 5
100 14.4
14.03 6
90 13.93
13.90 7
80 13.4
13.27 8
70 12.75
12.62 9
60 12.15
11.40 10
50 11.5
10.67 11
40 10.65
10.12 12
30 9.82
9.08 13
20 9
8.62 14
10 7.52
8.12 15
9 6.23
7.62
Universitas Sumatera Utara
43
16 8
-
7.22
17 7
- -
18 6
- -
19 5
- -
20 4
- -
21 3
- -
22 2
- -
23 1
- -
24 Blanko
- -
Pada Tabel 4.3, dalam pengujian ekstrak etanol daun sirih dapat memberikan kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri yang efektif.
Menurut Depkes 1995, diameter daerah hambat antibakteri yang paling efektif terhadap uji antibakteri adalah 14 - 16 mm.
Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirih dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 100 mgmL dengan diameter zona hambat 14,4 mm dan bakteri Escherichia coli
pada konsentrasi 100 mgmL dengan diameter zona hambat sebesar 14,03 mm. Aktivitas suatu zat antimikroba dalam menghambat
pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme tergantung pada konsentrasi antimikroba tersebut. Nilai konsentrasi hambat minimum KHM pada ektrak
etanol daun sirih terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 9
mgmL dengan diameter zona hambat 6,23 mm dan pada bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 8 mgmL dengan diameter zona hambat 7,22 mm.
Penentuan aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun sirih dilakukan dengan metode difusi agar. Prinsip metode ini adalah menggunakan media padat dan
Universitas Sumatera Utara
44
cakram kertas, kemudian daya hambat pertumbuhan bakteri ditentukan dengan cara mengukur diameter zona hambat pertumbuhan bakteri. Zona hambat
pertumbuhan mikroba adalah daerah jernih disekeliling cakram kertas. Pengukuran zona hambat pertumbuhan bakteri dapat dilakukan dengan
menggunakan jangka sorong, semakin tinggi konsentrasi ekstrak akan menghasilkan diameter zona hambat yang lebih besar karena semakin banyak zat
aktif yang terkandung dalam ekstrak tersebut Dwidjoseputro, 1998. Daun sirih Piper betle memiliki potensi sebagai antibakteri yaitu dengan
adanya senyawa-senyawa flavonoida, saponin, tanin yang mempunyai potensi sebagai antibakteri Robbinson, 1995. Senyawa flavonoida berungsi sebagai
antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraselluler yang mengganggu intergritas membran sel bakteri Cowan, 1999.
Saponin termasuk dalam kelempok antibakteri yang mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan
menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida Ganiswarna, 1995. Tanin merupakan
senyawa metabolit sekunder pada tanaman yang bersifat sebagai antibakteri, memiliki kemampuan menyamak kulit dan juga dikenal sebagai adstrigensia
Robinson, 1995
4.6 Pemeriksaan Uji Aktivitas Antibakteri Amoksisilin Terhadap Bakteri