Uraian umum Amoksisilin Farmakologi amoksisilin

12 baru sembuh dari sakit yang lama. Antibiotik bakteriostatik dapat digunakan pada infeksi akud dan ringan serta jika jumlah antibodi dalam tubuh masih memadai. d. Berdasarkan spektrum kerja, antibiotik terdiri dari: 1. Spektrum sempit, bekerja terhadap beberapa jenis bakteri saja, contoh : penisilin, eritromisin, klindamisin, hanya bekerja terhadap bakteri grampositif dan gentamisin hanya bekerja terhadap gram negatif. 2. Spektrum luas, bekerja terhadap lebih banyak bakteri baik gram negatif maupun gram positif serta jamur, contoh tetrasiklin, dan kloramfenikol, ampisilin, sulfonamid, sefalosporin, rifampisin. Tjay dan Rahardja, 2003.

2.3.2 Amoksisilin

2.3.2.1 Uraian umum Amoksisilin

Rumus Molekul Amoksisilin ialah C 16 H 19 N 3 O 5 3H 2 0 dan memiliki berat molekul 419,45 serta pemerian yaitu Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau. Amoksisilin memiliki kelarutan yang sukar larut dalam air dan methanol, tidak larut dalam benzene, dalam karbon tertraklorida dan dalam kloroforn. Dimana rumus bangun amoksisilin dapat dilihat dalam gambar 2.1 dibawah ini. HO O HO O H O N CH 3 N S 3H 2 CH 3 H 2 N H H H H Gambar 2.1 Rumus bangun amoksisilin

2.3.2.2 Farmakologi amoksisilin

Universitas Sumatera Utara 13 Amoksisilin adalah antibiotik dengan spectrum luas, digunakan untuk pengobatan seperti infeksi saluran pernafasan, saluran empedu, dan saluran seni, gonorhu, gastroenteris, meningitis, dan infeksi salmonella sp; seperti demam tipoid. Amoksisilin adalah turunan penisilin yang tahan asam tetapi tidak tahan terhadap penisilinase Siswandono, 2000. Amoksisilin merupakan turunan dari penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan, tidak tergantung adanya makanan. Amoksisilin terutama diekskresikan dalam bentuk tidak berubah di dalam urin. Ekskresi amoksisilin dihambat saat pemberian dengan probenesit sehingga memperpanjang efek terapi Siswandono, 2000. 2.3.3 Kombinasi Zat yang Bersifat Antibakteri Kombinasi antibakteri atau antimikroba yang digunakan menurut indikasi yang tepat dapat memberikan manfaat klinik yang besar. Penggunaan kombinasi antibakteri antibiotik dimungkinkan dengan tujuan untuk menghadapi campuran infeksi bakteri. Dengan kombinasi diharapkan mendapatkan hasil yang sinergisme. Sehingga perlu dicari terapi alternatif yang lebih aman dengan melakukan kombinasi zat yang bersifat antibakteri dan diharapkan memberikan efek yang sinergis. Sinergisme adalah kerja sama antara dua obat dan dikenal dengan dua jenis: a. Adisi penambahan yaitu efek kombinasi yang dihasilkan antara dua obat merupakan hasil yang sama dengan jumlah kegiatan dari masing-masing obat. Universitas Sumatera Utara 14 b. Potensiasi peningkatan potensi adalah efek dari kedua obat saling memperkuat khasiatnya, sehingga terjadi efek yang melebihi jumlah matematis dari a+b. Jika hasil penjumlahan kedua diameter zona hambat obat A dan obat B melebihi dari jumlah diameter zona hambat secara tunggal maka dapat dipastikan bahwa kombinasi obat A dan B bersifat sinergisme potensiasi Chin, 2000; Mulyantono dan Isman, 2008; Tjay dan Rahardja, 2007. Pengujian untuk melihat efek sinergisme dari kombinasi kedua antibakteri dapat juga dilakukan dengan cara Disk Diffusion Testing DDT dimana pengujian dilakukan menggunakan cakram, pengujian ini sama dengan metode test Kirby Bauer . Disk atau cakram terlebih dahulu masing-masing diresapi dengan agen antimikroba tunggal kemudian keduanya ditempatkan pada jarak yang sama dengan jumlah dari jari-jari zona penghambatan agen antimikroba saat diuji secara terpisah atau tunggal. Kombinasi dikatakan bersifat sinergisme jika menunjukkan peningkatan atau membentuk seperti jembatan pada atau dekat persimpangan dari dua zona hambat, atau hambatan dari pertumbuhan yang merupakan efek kombinasi dari kedua agen antimikroba Schwalbe, et al., 2007. Kombinasi yang bersifat sinergisme dapat dilihat pada Gambar 2. A B Universitas Sumatera Utara 15 Gambar 2.2 Gambaran efek kombinasi agen antimikroba secara DDT Keterangan: A= Kombinasi bersifat aditif B= Kombinasi bersifat sinergis C= Kombinasi bersifat antagonis D= Kombinasi bersifat sinergis Sumber: Schwalbe, et al., 2007.

2.4 Sterilisasi

Dokumen yang terkait

Analisis komponen kimia fraksi minyak atsiri daun sirih (piper batle Linn.) dan daun uji aktivitas antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri gram negatif

1 5 33

Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Dengan Metode Difusi Disk dan Sumuran terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

5 35 46

Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.

2 15 50

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) DAN SIPROFLOKSASIN Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) dan Siprofloksasin Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Escherichia coli Multiresis

1 6 12

Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 0 17

Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 0 2

Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 1 5

Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 0 17

Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 2 4

Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 1 20