Kesimpulan Saran Sterilisasi Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

54 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan: a. Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia daun sirih memiliki kadar air 3,66, kadar sari larut dalam air 22,54, kadar sari yang larut dalam etanol 14,65, kadar abu total 9,25, dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 1,03 dan memenuhi persyaratan umum simplisia. b. Pemeriksaan skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun sirih menunjukkan adanya kandungan senyawa kimia flavonoida, tanin, glikosida, saponin dan steroidatriterpenoida. c. Hasil kombinasi antara ekstrak etanol daun sirih dengan amoksisilin yang dilakukan dengan KHM sebagai parameter uji menunjukkan bahwa kombinasi antara ekstrak etanol daun sirih dan amoksisilin dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli .

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menguji kandungan senyawa daun sirih yang mengakibatkan timbulnya efek sinergisme dengan antibiotik amoksisilin. Universitas Sumatera Utara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Sirih 2.1.1 Morfologi tanaman sirih Sirih merupakan tanaman terna, tumbuh merambat atau menjalar, tinggi 5m sampai 15 m. Helaian daun berbentuk bundar telur lonjong pada bagian pangkal berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian bawah gundul atau berambut sangat pendek, tebal, bewarna putih, panjang 5 cm sampai 18 cm, lebar 2,5 cm sampai 10,5 cm bunga berbentuk bulir berdiri sendiri di ujung cabang dan berhadapan dengan daun. Bulir jantan, panjang gagang 1,5 cm sampai 3 cm, benang sari sangat pendek. Bulir betina, panjang gagang 2,5 cm sampai 6 cm. Kepala putik 3 sampai 5. Buah buni, bulat, dengan ujung gundul. Bulir masak berambut kelabu, rapat, tebal 1 cm sampai 1,5 cm Ditjen POM, 1995.

2.1.2 Sistematika Tanaman Sirih

Menurut Herbarium Medanense Meda sistematika tumbuhan sirih adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Piperales Suku : Piperaceae Universitas Sumatera Utara 7 Marga : Piper Jenis : Piper betle L

2.1.3 Nama lain Tanaman Sirih

Tanaman sirih memiliki nama lain yang biasa disebut dengan sireh Minangkabau, Jabai Lampung, demban Batak toba, belo Batak Karo, burangir Mandailing, tawuo Nias, ranub Aceh, suruh atau sedah Jawa, Seureuh Sunda. Betle Prancis, Betle, betlehe, Fitele Portugal. Azwar, 2010.

2.1.4 Kandungan dan Khasiat

Menurut MMI Edisi IV, daun sirih mengandung senyawa organik yaitu minyak atsiri flavonoida, tanin, triterpenoidsteroida, saponin zat aktif yang dikandung daun sirih yang berperan sebagai antibakteri yaitu senyawa flavonoid, tanin, saponin Robinson, 1995. Senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstrak seluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri Cowan, 1999. Saponin termasuk dalam kelompok antibakteri yang mengganggu permeabilitas membran sel bakteri yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida Ganiswarma, 1995. Senyawa tanin merupakan senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan yang bersifat sebagai antibakteri, memiliki kemampuan menyamak kulit dan juga dikenal sebagai astringensia Robinson, 1995. Universitas Sumatera Utara 8

2.2 Ekstraksi

Ektraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair. Simplisia yang diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Ditjen POM, 2000. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Ditjen POM, 1995.

2.2.1 Metode Ekstraksi

Menurut Ditjen POM 2000, ada beberapa metode ekstraksi yaitu: a. Cara Dingin Ekstraksi dengan cara dingin terdiri dari : 1. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar. Secara tekonologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu terus-menerus. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya. 2. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna exhaustive extraction yang umumnya dilakukan Universitas Sumatera Utara 9 pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap pekolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak terus menerus sampai diperoleh ekstak perkolat yang jumlahnya 1 sampai 5 kali bahan. b. Cara Panas Ekstraksi dengan cara panas terdiri dari: 1. Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 2. Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 o C. 3. Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 4. Infudansi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90 o C selama 15 menit. 5. Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90 o C selama 30 menit.

2.3 Antibiotik

Antibiotika adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri, jamur yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu proses biokimia mikroorganisme lain. Istilah „antibiotika‟ sekarang meliputi senyawa sintetik seperti sulfonamida dan kuinolon yang bukan merupakan produk mikroba. Universitas Sumatera Utara 10 Sifat antibiotika adalah harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk mikroba tetapi relatif tidak toksik untuk hospes setiabudy, 2007.

2.3.1 Penggolongan antibiotik

Antibiotik dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian, yaitu : a. Berdasarkan mekanisme kerja, antibiotik dikelompokkan dalam lima kelompok yaitu : 1. Menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga menghilangkan kemampuan berkembang biak dan menimbulkan lisis, contoh penisilin dan sefalosporin. 2. Mengganggu keutuhan membrane sel, mempengaruhi permeabilitas sehingga menimbulkan kebocoran dan kehilangan senyawa intraselular, contoh nistatin. 3. Menghambat sintesis protein sel bakteri, contoh tetrasiklin, kloramfenikol dan eritromisin. 4. Menghambat sintesis asam nukleat contoh rifamfisin dan golongan kuinolon. 5. Menghambat metabolisme sel bakteri, contoh sulfonamik. b. Berdasarkan struktur kimia, antibiotik terdiri atas: 1. Antibiotik β-laktam, yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok penisilin ampisilin, amoksilin, dan lain-lain dan kelompok sefalosporin sefalotin, sefaliridin, dan lain-lain. 2. Aminoglikosida, terdiri dari streptomisin, kanamisin, gentaminisin, neomisin, tobramisin, framisetin, paromomisin. Universitas Sumatera Utara 11 3. Kloramfenikol, terdiri dari kloramfenikol dan tiamfenikol. 4. Tetrasiklin, terdiri dari tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin, doksisiklin, minosiklin. 5. Makrolida dan antibiotik yang berdekatan, terdiri dari eritromisin, klindamisin, sinergistin. 6. Rifampisin, yaitu rifampisin. 7. Polipeptida siklik, yaitu basitrasin. 8. Antibiotik polien, terdiri dari mistatin, dan amfoterisin. 9. Antibiotik lain terdiri dari griseofulvin dan vankomisin. c. Berdasarkan daya kerja, antibiotik dibagai dalam dua kelompok yaitu : 1. Bakteriostatik, yaitu menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri atau bekerja menghambat sintesis protein bakteri contoh tetrasiklin, kloramfenikol, feritronisin, linkomisin, klindamisin, sulfonamid. 2. Bakterisid, yaitu membunuh bakteri secara langsung atau bekerja menghambat biosintesis dinding sel dan membran sitoplasma bakteri, contoh penisilin dan turunannya, basitrasin, aminoglikosida, polimiksin, rifampisin, sefalosporin, polipeptida. Sintesis dinding sel bakteri yang terganggu maka bakteri tidak mampu mengatasi perbedaan tekanan osmosis diluar dan dalam sel yang mengakibatkan kehancurannya. Antibiotik kelompok bakterisid dapat bersifat bakteriostatik atau tidak bekerja sama sekali pada dosis rendah, sebaliknya kelompok bakteriostatik dapat bersifat bakterisid pada dosis tinggi. Pengunaan bakterisid penting pada keadaan tubuh yang lemah, bila kadar antibodi tubuh tidak memadai, jika ada kekurangan pembentukan antibodi infeksi menahu dan keadaan Universitas Sumatera Utara 12 baru sembuh dari sakit yang lama. Antibiotik bakteriostatik dapat digunakan pada infeksi akud dan ringan serta jika jumlah antibodi dalam tubuh masih memadai. d. Berdasarkan spektrum kerja, antibiotik terdiri dari: 1. Spektrum sempit, bekerja terhadap beberapa jenis bakteri saja, contoh : penisilin, eritromisin, klindamisin, hanya bekerja terhadap bakteri grampositif dan gentamisin hanya bekerja terhadap gram negatif. 2. Spektrum luas, bekerja terhadap lebih banyak bakteri baik gram negatif maupun gram positif serta jamur, contoh tetrasiklin, dan kloramfenikol, ampisilin, sulfonamid, sefalosporin, rifampisin. Tjay dan Rahardja, 2003.

2.3.2 Amoksisilin

2.3.2.1 Uraian umum Amoksisilin

Rumus Molekul Amoksisilin ialah C 16 H 19 N 3 O 5 3H 2 0 dan memiliki berat molekul 419,45 serta pemerian yaitu Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau. Amoksisilin memiliki kelarutan yang sukar larut dalam air dan methanol, tidak larut dalam benzene, dalam karbon tertraklorida dan dalam kloroforn. Dimana rumus bangun amoksisilin dapat dilihat dalam gambar 2.1 dibawah ini. HO O HO O H O N CH 3 N S 3H 2 CH 3 H 2 N H H H H Gambar 2.1 Rumus bangun amoksisilin

2.3.2.2 Farmakologi amoksisilin

Universitas Sumatera Utara 13 Amoksisilin adalah antibiotik dengan spectrum luas, digunakan untuk pengobatan seperti infeksi saluran pernafasan, saluran empedu, dan saluran seni, gonorhu, gastroenteris, meningitis, dan infeksi salmonella sp; seperti demam tipoid. Amoksisilin adalah turunan penisilin yang tahan asam tetapi tidak tahan terhadap penisilinase Siswandono, 2000. Amoksisilin merupakan turunan dari penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan, tidak tergantung adanya makanan. Amoksisilin terutama diekskresikan dalam bentuk tidak berubah di dalam urin. Ekskresi amoksisilin dihambat saat pemberian dengan probenesit sehingga memperpanjang efek terapi Siswandono, 2000. 2.3.3 Kombinasi Zat yang Bersifat Antibakteri Kombinasi antibakteri atau antimikroba yang digunakan menurut indikasi yang tepat dapat memberikan manfaat klinik yang besar. Penggunaan kombinasi antibakteri antibiotik dimungkinkan dengan tujuan untuk menghadapi campuran infeksi bakteri. Dengan kombinasi diharapkan mendapatkan hasil yang sinergisme. Sehingga perlu dicari terapi alternatif yang lebih aman dengan melakukan kombinasi zat yang bersifat antibakteri dan diharapkan memberikan efek yang sinergis. Sinergisme adalah kerja sama antara dua obat dan dikenal dengan dua jenis: a. Adisi penambahan yaitu efek kombinasi yang dihasilkan antara dua obat merupakan hasil yang sama dengan jumlah kegiatan dari masing-masing obat. Universitas Sumatera Utara 14 b. Potensiasi peningkatan potensi adalah efek dari kedua obat saling memperkuat khasiatnya, sehingga terjadi efek yang melebihi jumlah matematis dari a+b. Jika hasil penjumlahan kedua diameter zona hambat obat A dan obat B melebihi dari jumlah diameter zona hambat secara tunggal maka dapat dipastikan bahwa kombinasi obat A dan B bersifat sinergisme potensiasi Chin, 2000; Mulyantono dan Isman, 2008; Tjay dan Rahardja, 2007. Pengujian untuk melihat efek sinergisme dari kombinasi kedua antibakteri dapat juga dilakukan dengan cara Disk Diffusion Testing DDT dimana pengujian dilakukan menggunakan cakram, pengujian ini sama dengan metode test Kirby Bauer . Disk atau cakram terlebih dahulu masing-masing diresapi dengan agen antimikroba tunggal kemudian keduanya ditempatkan pada jarak yang sama dengan jumlah dari jari-jari zona penghambatan agen antimikroba saat diuji secara terpisah atau tunggal. Kombinasi dikatakan bersifat sinergisme jika menunjukkan peningkatan atau membentuk seperti jembatan pada atau dekat persimpangan dari dua zona hambat, atau hambatan dari pertumbuhan yang merupakan efek kombinasi dari kedua agen antimikroba Schwalbe, et al., 2007. Kombinasi yang bersifat sinergisme dapat dilihat pada Gambar 2. A B Universitas Sumatera Utara 15 Gambar 2.2 Gambaran efek kombinasi agen antimikroba secara DDT Keterangan: A= Kombinasi bersifat aditif B= Kombinasi bersifat sinergis C= Kombinasi bersifat antagonis D= Kombinasi bersifat sinergis Sumber: Schwalbe, et al., 2007.

2.4 Sterilisasi

Sterilisasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk tujuan membunuh atau menghilangkan mikroorganisme yang tidak diingingkan pada suatu objek atau spesimen. Cara-cara sterilisasi Pratiwi, 2008 yaitu: a. Sterilisasi dengan bahan kimia, contoh: senyawa fenol dan turunannya. Desinfektan ini digunakan misalnya untuk membersihkan area tempat bekerja. b. Sterilisasi kering digunakan untuk alat-alat gelas misalnya cawan petri dan tabung reaksi. Waktu sterilisasi selama ±2 jam, berdaya penetrasi rendah. Ada dua metode sterilisasi panas kering yaitu dengan insinerasi, yaitu pembakaran dengan api bunsen dan oven dengan temperatur sekitar C D Universitas Sumatera Utara 16 160 – 170 o C. c. Sterilisasi basah, biasanya menggunakan uap panas bertekanan dalam autoklaf. Media biakan, larutan dan kapas dapat disterilkan dengan cara ini. Autoklaf merupakan suatu alat pemanas bertekanan tinggi dengan meningkatnya suhu air maka tekanan udara akan bertambah dalam autoklaf yang tertutup rapat. Sejalan dengan meningkatnya tekanan di atas tekanan udara normal, titik air meningkat. Biasanya pemanasan autoklaf berada pada suhu 121 C selama 15 menit. d. Filtrasi bakteri, digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang terurai atau tidak tahan panas.

2.5 Bakteri

Dokumen yang terkait

Analisis komponen kimia fraksi minyak atsiri daun sirih (piper batle Linn.) dan daun uji aktivitas antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri gram negatif

1 5 33

Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Dengan Metode Difusi Disk dan Sumuran terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

5 35 46

Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.

2 15 50

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) DAN SIPROFLOKSASIN Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) dan Siprofloksasin Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Escherichia coli Multiresis

1 6 12

Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 0 17

Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 0 2

Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 1 5

Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 0 17

Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 2 4

Efek Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L) Dengan Amoksisilin Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 1 20