wawancara pengetahuan semakin bertambahh dan semakin menyadari bahwa begitu penting kesehatan dan kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan
kunjungan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik Tawi, 2008. Wanita yang berpendidikan rendah cenderung kurang mendapat akses terhadap
informasi KB dari berbagai media dibanding dengan wanita yang berpendidikan lebih tinggi. Sementara tinggi tingkat pendidikan wanita akan semakin banyak
pengetahuan mereka tentang suatu alatcara KB modren SDKI, 2007. Hasil penelitian Bathara A 2012 mengemukakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pendidikan dengan memilihan kontrasepsi implant p=0,001.
5.3 Hubungan Paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi Implan pada akseptor KB aktif
Jumlah anak hidup adalah yang pernah dilahirkan ibu yang masih hidup.
Jumlah anak yang dilahirkan seseorang wanita selama hidupnya berpengaruh dalam menentukan alat kontrasepsi yang akan dipakai. Banyaknya anak yang
dimiliki adalah merupakan salah satu faktor yang menentukan keinginan suami istri untuk ikut menjadi akseptor KB. Keluarga yang mempunyai anak banyak
lebih dari 2 orang diharapkan untuk memakai kontrasepsi yang efektif dibanding dengan keluarga yang masih mempunyai anak sedikit paling banyak 2 orang.
Hasil analisis tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa paritas akseptor dengan kategori ≤2 anak sebanyak 49 akseptor, di antaranya 4 akseptor 8,2 dengan
kategori penggunaan implant dan 45 akseptor 91,8 dengan kategori penggunaan non implant. Paritas akseptor dengan kategori 2 anak sebanyak 51
akseptor, diantaranya 17 akseptor 33,3 dengan kategori penggunaan implant
Universitas Sumatera Utara
dan 34 akseptor 66,7 dengan kategori penggunaan non implant. Berdasarkan hasil uji chi square dengan nilai p-value = 0.007 sehingga Ho ditolak berarti
bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi.
Salah satu faktor yang menetukan keikutsertaan pasangan suami istri dalam gerakan Keluarga Berencana adalah banyaknya anak yang memilikinya. Dimana
diharapkan pada pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak, kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan pada pasangan
usia subur yang mempunyai anak lebih sedikit. BKKBN 2012 menerangkan bahwa yang dimaksud dengan keluarga kecil adalah keluarga yang jumlah
anaknya paling banyak 2dua orang, sedangkan keluarga besar adalah suatu keluarga dengan jumlah anak lebih dari dua 2 orang anak.
Penelitian ini sejalan dengan Sri Wahyuni 2011 yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan pemilihan kontrasepsi
Implant. Hal ini sejalan dengan teori akseptor yang mempunyai anak 2 orang dianjurkan menggunakan kontrasepsi Implant Syafuddin,2006.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Pastuty 2005 yang menjelaskan bahwa semakin tinggi anak yang pernah dilahirkan maka akan memberikan
peluang, pengalaman, dan informasi yang lebih baik dan lebih banyak lagi bagi wanita PUS untuk membatasi kelahiran. Kondisi akan mendorong PUS untuk ikut
serta menjadi akseptor Implant sesuai keinginannya. Oleh karena itu, jika akseptor yang memiliki jumlah anak sedikit dibiarkan dengan pengetahuan yang kurang
Universitas Sumatera Utara
dalam menjadi akseptor Implant mungkin akan dapat menyebabkan meningkatnya angka kegagalan KB.
5.4 Hubungan Pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implan pada akseptor KB aktif