penelitian BKKBN 2000 dimana semakin tua umur istri semakin besar proporsi menggunakan kontrasepsi implant.
Sasaran langsung untuk menurunkan angka fertilitas adalah PUS umur 15- 49 tahun. Umur wanita adalah variabel penting yang mempunyai pengaruh
terhadap pemakaian alat kontrasepsi BKKBN,2002. Umur merupakan variabel yang penting dalam analisis fertilitas, karena umur dapat menjadi indikator
kematangan seorang perempuan secara biologis terutama dalam hal kesuburan Bathara A ,2012.
Kebutuhan pelayanan KB bervariasi menurut umur, wanita muda cenderung untuk menjarangkan kehamilan, dan wanita tua cenderung membatasi
kelahiran.pola kebutuhan untuk berKB menurut umr dapat digambarkan seperti kurva U terbaik. Yaitu rendahnya pada wanita kelompok umur 15-19 tahun dan
wanita kelompok umur 45-49 tahun dan tinggi pada tingkat kelompok umur antara 30-34 tahun. Wanita muda cenderung menggunakan cara KB suntik, pil,
dan susuk KB, sementara mereka yang lebih tua cenderung memilih kontrasepsi jangka panjang seperti IUD dan sterilisasi SDKI,2007.
5.2 Hubungan Pendidikan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implan pada akseptor KB aktif
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Oleh karena itu
orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar
penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga Manuaba, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa pendidikan akseptor dengan kategori pendidikan dasar sebanyak 29 akseptor, di antaranya 1 akseptor 3,4
dengan kategori penggunaan implant dan 28 akseptor 96,6 dengan kategori penggunaan non implant. Pendidikan akseptor dengan kategori pendidikan tinggi
sebanyak 71 akseptor, diantaranya 20 akseptor 28,2 dengan kategori penggunaan implant dan 51 akseptor 71 dengan kategori penggunaan non
implant. Berdasarkan hasil uji chi square dengan nilai p-value = 0.006 sehingga Ho ditolak berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan
penggunaan alat kontrasepsi.. Hasil ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan Adisati 2011,
dimana pada penelitiannya disebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor tingkat pendidikan dengan pemilihan metode kontrasepsi pada
akseptor KB aktif di wilayah kerja puskesmas. Namun hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Laksmi Indira 2009 yang menyebutkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan anrata faktor tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi yang pada keluarga miskin.
Notoatmojo 2002 yang mengemukakan bahwa seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Begitu juga Handayani 2005 bahwa tingkat pendidikan seseorang itu mempunyai pangaruh dengan tingkat kesehatan yaitu semakin tinggi pendidikan
individu semakin mudah menerima konsep hidup sehat. Menurut penelitian Tawi, terdapat korelasi yang bermaknna antara pendidikan
dengan pengetahuan akseptor KB, dimana tingginya tingkat pendidikan, maka
Universitas Sumatera Utara
wawancara pengetahuan semakin bertambahh dan semakin menyadari bahwa begitu penting kesehatan dan kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan
kunjungan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik Tawi, 2008. Wanita yang berpendidikan rendah cenderung kurang mendapat akses terhadap
informasi KB dari berbagai media dibanding dengan wanita yang berpendidikan lebih tinggi. Sementara tinggi tingkat pendidikan wanita akan semakin banyak
pengetahuan mereka tentang suatu alatcara KB modren SDKI, 2007. Hasil penelitian Bathara A 2012 mengemukakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pendidikan dengan memilihan kontrasepsi implant p=0,001.
5.3 Hubungan Paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi Implan pada akseptor KB aktif