Hubungan Pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implan pada akseptor KB aktif

dalam menjadi akseptor Implant mungkin akan dapat menyebabkan meningkatnya angka kegagalan KB.

5.4 Hubungan Pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implan pada akseptor KB aktif

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penngetahuan manusia doperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang Notoatmodjo, 2010. Hasil analisis tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa pengetahuan akseptor dengan kategori pengetahuan baik sebanyak 47 akseptor, di antaranya 17 akseptor 36,2 dengan kategori penggunaan implant dan 30 akseptor 63,8 dengan kategori penggunaan non implant. Pengetahuan akseptor dengan kategori pengetahuan kurang baik sebanyak 53 akseptor, diantaranya 4 akseptor 7,5 dengan kategori penggunaan implant dan 49 akseptor 92,5 dengan kategori penggunaan non implant. Berdasarkan hasil uji chi square dengan nilai p-value = 0.001 sehingga Ho ditolak berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi.. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Notoatmodjo 2003, dalam Salviana, dan Hasifah, 2013 bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia Universitas Sumatera Utara diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu persepsi seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang juga mempengaruhi persepsi dan perilaku individu, yang mana makin tinggi pengetahuan seseorang maka makin baik menafsirkan sesuatu. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai kontrasepsi implant adalah apa yang mampu diketahui dan dipahami oleh PUS pasangan usia subur setelah menyaksikan dan mengamati atau dibimbing oleh petugas KB, apakah melalui penyuluhan atau melalui media pemberitahuan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Selain itu pengetahuan dapat diperoleh dari alat alat komunikasi sepert televisi, buku, majalah dan lain-lain. Walaupun demikian ternyata, ditemukan bahwa frekuensi responden yang berpengetahuan baik, terdapat 6 orang 8,2 yang tidak berminat menggunakan implant. Hal ini disebabkan karena kebanyakan klien takut terhadap efek samping yang akan`terjadi, dan tidak adanya dukungan dari suami. Penelitian yang dilakukan di Makasar tentang rendahnya minat penggunaan Implant didapatkan hasilbahwa pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,000 salvina Hasifah, 2013. Terkait penelitian serupa yang dilakukan di Aceh tentang faktor yang berhubungan denganminat ibu dalam menggunakan implant mendapatkan hasil yang serupa bahwa pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,000 Adyani,2013. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Meutia 1997 yang mengatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan akseptor KB terhadap utilitas alat kontrasepsi Implant Universitas Sumatera Utara p=0,001. Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Pardosi 2005 yang mengatakan bahwa secara statistik diperoleh hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat kemandirian akseptor KB aktif dalam pemamfaatan program KB mandiri LIMAS p=0,001. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba 2009 di Kecamatan Rambo Samo Kabupaten Rokan Hulu yang menyebutkan bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap penggunaan alat kontrasepsi p=0,014. Pengetahuan peserta KB yang baik tentang hakekat program KB akan mempengaruhi mereka dalam memilih metodealat kontrasepsi yang akan digunakan termasuk keluasaan atau kebebasan pilihan, kecocokan, pilihan efektif tidaknya, kenyamanan dan keamanan, juga dalam memilih tempat pelayanan yang lebih sesuai dan lengkap karena wawasan sudah lebih baik, sehingga dengan demikian kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan Purba,2009.

5.5 Hubungan Dukungan Suami dengan penggunaan alat kontrasepsi Implan pada akseptor KB aktif

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor KB tidak Memilih Implant Sebagai Alat Kontrasepsi

3 40 63

Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil KB Pada Akseptor KB di Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi Tahun 2010

2 38 112

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor KB Memilih Alat Kontrasepsi Suntik Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawarna.

0 1 15

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 0 15

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 0 2

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 0 9

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 0 22

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 1 3

Fakto-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Palas Tahun 2015

0 0 12

DITERMINAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

0 0 18