p=0,001. Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Pardosi 2005 yang mengatakan bahwa secara statistik diperoleh hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan tingkat kemandirian akseptor KB aktif dalam pemamfaatan program KB mandiri LIMAS p=0,001. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba 2009 di Kecamatan Rambo Samo Kabupaten Rokan Hulu yang menyebutkan bahwa ada pengaruh
pengetahuan terhadap penggunaan alat kontrasepsi p=0,014. Pengetahuan peserta KB yang baik tentang hakekat program KB akan
mempengaruhi mereka dalam memilih metodealat kontrasepsi yang akan digunakan termasuk keluasaan atau kebebasan pilihan, kecocokan, pilihan efektif
tidaknya, kenyamanan dan keamanan, juga dalam memilih tempat pelayanan yang lebih sesuai dan lengkap karena wawasan sudah lebih baik, sehingga dengan
demikian kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan Purba,2009.
5.5 Hubungan Dukungan Suami dengan penggunaan alat kontrasepsi Implan pada akseptor KB aktif
Menurut kamus bahas Indonesia 1995 pengertian dukungan adalah hal yang ikut serta dalam suatu kegiatan. Pembicaraan antara suami dan istri mengenai
keluarga berencana tidak selalu persyaratan dalam penerimaan KB, namun tidak adanya diskusi tersebut dapat menjadi halangan terhadap pemakaian KB.
Komunikasi tatap muka antara suami istri merupakan jembatan dalam proses penerimaan , dan khususnya dalam kelangsungan pemakaian kontrasepsi. tidak
adanya diskusi suami istri mungkin merupakan cerminan kurangnnya minat pribadi, penolakan terhadap suatu persoalan, atau sikap tabu dalam membicarakan
Universitas Sumatera Utara
hal-hal yang berkaitan dengan aspek seksual. Apabila pasangan suami istri mempunyai sikap positif terhadap KB, maka mereka cenderung akan memakai
kontrasepsi SDKI, 2007. Menurut Joseph dalam Bathara A, 2012 di Indonesia umumnya pesetujuan
suami merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan apakah istri akan menggunakan kontrasepsi atau tidak karena suami dipandang sebagai pelindung,
pencarian nafkah rumah tangga dan pembuat keputusan. Padabeberapa kasus, pedoman hukum, peraturan , dan klinik mansyaratkan wanita mendapatkan
persetujuan suami sebelum memperoleh pelayanan keluarga berencana. Berbagai budaya mendukung kepercayaan bahwa pria mempunyai hak akan fertilitas istri
mereka. Hasil analisis tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa dukungan suami
akseptor dengan kategori mendukung sebanyak 18 akseptor, di antaranya 14 akseptor 77,8 dengan kategori penggunaan implant dan 4 akseptor 22,2
dengan kategori penggunaan non implant. Dukungan suami akseptor dengan kategori Tidak mendukung sebanyak 82 akseptor, diantaranya 7 akseptor 8,5
dengan kategori penggunaan implant dan 75 akseptor 91,5 dengan kategori penggunaan non implant. Berdasarkan hasil uji chi square dengan alternatif uji
Fisher’s Exact test diperoleh nilai p-value = 0.001 sehingga Ho ditolak berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan
alat kontrasepsi. Berdasarkan hasil penelitian Syamsiah 2002 bahwa dukungan suami
menunjukkan adanya hubungan antara dukungan suami denagn penggunaan alat
Universitas Sumatera Utara
kontrasepsi yang di gunakan ibiistri. dimana dalam penelitian Syamsiah 2000 dukungan suami merupakan faktor yang paling dominan untuk memilih
menggunakan alat kontrasepsi yang efektif sdan efisien pada istri sebagai akseptor KB.
Hasil yang berbeda juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan disulawesi bahwa dukungan suami mempunyai hubungan yang bermakna dengan
pemakaian kontrasepsi hormonal Implant pada pasangan suami istri, dengan nilai p=0,034. Metode kontrasepsi tidak akan dipakai oleh istri apabila tidak ada
kerjasama dengan suami baik dukungan secara materi, atensi dan spiritual dan istri akan cenderung berhenti menggunakan kontrasepsi jika tidak mendapat
izindan dukungan dari pasangannya Ode dkk, 2013.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN