31
Konsep green city atau kota hijau merupakan salah satu konsep kota yang dapat dijadikan solusi pembangunan untuk mengatasi berbagai permasalahan
lingkungan yang belakangan ini melanda di perkotaan
26
b. Tingkatan Pertumbuhan Kota
. Konsep kota hijau adalah konsep kota yang sehat secara ekologis, memanfaatakan secara efektif dan efesien
sumber daya air dan energi, mengurangi limbah dan menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Konsep kota hijau ini mulai muncul pada
pertemuan para walikota dari berbagai negara di San Fransisco, Amerika Serikat pada hari Lingkungan Hidup Sedunia World Environment Day tahun 2005.
Menurut Taylor, ada lima tingkatan pertumbuhan kota, yaitu: 1.
Infantile Towns, dicirikhasi oleh distribusi toko-toko dan rumah-rumah yang semrawut dan belum ada pabrik-pabrik
2. Juvenile Towns, ditandai adanya gejala diferensiasi zona dan toko-toko
mulai terpisah 3.
Adolescent Towns, mulai memiliki pabrik-pbarik, tetapi belum menunjukkan adanya rumah-rumah klas tinggi
4. Early Mature Towns, menunjukkan adanya segresi yang jelas tentang
rumah-rumah klas tinggi 5.
Mature Towns, menunjukkan adanya pemisahan daerah perdagangan dan industri dan zona-zona perumahan yang berbeda-beda kualitasnya
c. Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan dan Tata Ruang Perkotaan
26
Raldi Hendro Koestoer, Perspektif Lingkungan Desa – Kota: Teori dan Kasus Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia UI-Press, 1997, hlm. 88
Universitas Sumatera Utara
32
Perencanaan dapat memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda pula. Bagi orang yang memiliki profesi tertentu, perencanaan dapat berarti suatu
kegiatan khusus yang memerlukan keahlian tertentu, sifatnya cukup rumit, banyak menguras tenaga dan pikiran, serta membutuhkan waktu yang lama dalam
penyusunanya
27
27
RobinsonTarigan,Perencanaan Pembangunan WilayahJakarta: Bumi Aksara, 2004, hlm. 91
. Akan tetapi, bagi orang lain perencanaan dapat berarti suatu pekerjaan sehari-hari tidak rumit, bahkan biasa saja, terlebih orang tersebut
biasanya tidak menyadari bahwa dia telah melakukan perencanaan. Hal inilah yang membuat perencanaan bisa berbeda dan bervariasi antara penulis satu
dengan penulis lain atau antara buku yang satu dengan buku lainnya. Perbedaan itu terjadi karena perbedaan sudut pandang, perbedaan fokus perhaatiaan dan
perbedaan luasnya bidang yang tercakup dalam perencanaan itu sendiri. Definisi yang sangat sederhana mengatakan bahwa perencanaan adalah
menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Definisi ini tentu belum mampu memberikan gambaran
atas suatu perencanaan yang rumit dan luas, namun cocok digunakan untuk perencaaan yang sederhana yang tujuannya dapat ditetapkan dengan mudah dan
tidak terdapat faktor pembatas yang berarti untuk mencapai tujuan tersebut. Pada tahap selanjutnya kita melihat ada faktor pembatas dalam mencapai
suatu tujuan. Pada tingkat kedua ini, perencanaan dapat didefinisikan dengan penetapan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah memperhatikan faktor-faktor
pembatas dalam mencpai tujuan tersebut, serta memilih menetapkan langkah- langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
33
Kesulitan berikutnya dalam perencanaan adalah jika ada faktor luar yang berpengaruh dalam pencapaian tersebut. Faktor ini bersifat eksternal dan kita tidak
dapat mengatur dan mengendalikannya
28
1 Perencanaan Fisik dan Perencanaan Ekonomi
. Dalam tahapan ini kita dapat mengatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan setelah
memperhatikan pembatas internal dan pengaruh eksternal, memilih, serta menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
Ketiga pengertian mengenai perencanaan tersebut belum mampu untuk menjadi konsep pengertian perencanaan yang lebih kompleks dan rumit, sehingga
pada akhirnya dengan mempertimbangkan ketiga pengertian di atas di tambah dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak terkendali, maka dapat
didefinisikan bahwa perencanaan adalah mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan,
memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan.
Perencanaan di Indonesia sendiri di kenal adanya jenis perencanaan top- down and bottom-up planning, vertical and horizontal planning, dan perencanaan
yang melibatkan masyarakat secara langsung dan yang tidak melibatkan masyarakat sama sekali. Berikut penjelasan tipe-tipe perencanaan di atas:
Perencanaan fisik physical planning adalah perencanaan untuk mengubah atau memanfaatkan struktur fisik suatu wilayah misalnya,
28
Gallion, Arthur B Simon Eisner, Pengantar Perancangan Kota: Desain danPerencanaan Kota. Diterjemahkan oleh: Ir. Susongko Ir. Januar Hakim Jakarta: Penerbit Erlangga,
1996, hlm. 123
Universitas Sumatera Utara
34
perencanaan tata ruang atau tata guna tanah, perencanaan jalur transportasi, dan penyediaan fasilitas untuk umum. Sementara
perencanaan ekomoi economic planning berkenaan dengan perubahan struktur ekonomi suatu wilayah dan langkah-langkah untuk
memperbaiki tingkat kemakmuran wilayah. Perencanaan ekonomi lebih didasarkan atas mekanisme pasar ketimbang perencanaan fisik
yang lebih didasarkan atas kelayakan teknis. 2
Perencanaan Alokatif dan Perencanaan Inovatif Perencanaan alokatif allocative planning berkenaan dengan
menyukseskan kesepakatan bersama sehingga inti kegiatan dari perencanaan ini berupa koordinasi dan sinkronisasi agar sistem kerja
untuk mencapai tujuan dapat berjalan secara efektif dan efesien sepanjang waktu. Sementara perencanaan inovatif innovative
planning lebih memiliki kebebasan, baik dalam menetapkan target maupun cara yang di tempuh untuk mencapai target tersebut yang
terpenting dari perencanaan ini ialah target dapat di capai atau dilampaui bisa dengan menciptakan prosedur atau cara-cara yang baru.
3 Perencanaan Bertujuan Jamak dan Perencanaan Bertujuan Tunggal
Perencanaan yang bertujuan jamak ialah perencanaan yang memiliki beberapa tujuan sekaligus. Sementara perencanaan yang bertujuan
tunggal apabila perencanaan yang sasaran yang hendak di capai adalah sesuatu yang dinyatakan tegas dalam perencanan itu dan bersifat
tunggal dan bulat serta merupakan kesatuan yang utuh.
Universitas Sumatera Utara
35
4 Perencanaan Indikatif dan Perencanaan Imperatif
Perencanaan indikatif adalah perencanaan dimana tujuan yang hendak di capai hanya dinyatakan dalam bentuk indikasi, artinya tidak dipatok
dengan tegas. Sementara perencanaan imperatif adalah perencanaan yang mengatur baik sasaran, prosedur, pelaksana, waktu pelaksanaan,
bahan-bahan, serta alat-alat yang dapat dipakai untuk menjalankan rencana tersebut.
5 Top Down and Bottom Up Planning
Perencanaan model top-down adalah apabila kewenangan utama dalam perencanaan itu berada pada institusi yang lebih tinggi di mana
institusi perencana level yang lebih rendah harus menerima rencana atau arahan dari institusi yang lebih tinggi. Sedangkan bottom-up
planning adalah apabila kewenangan utama dalam perencanaan itu berada pada institusi yang lebih rendah, di mana institusi perencana
pada level yang lebih tinggi harus menerima usulan-usulan yang diajukan oleh institusi perencana pada tingkat yang lebih rendah.
6 Vertical and Horizontal Planning
Vertical planning adalah perencanaan yang lebih mengutamakan koordinasi sektoral, jadi menekankan pentingnya koordinasi
antarberbagai jenjang pada instansi yang sama sektor yang sama, tidak mengutamakan keterkaitan antarsektor atau apa yang
direncanakan sektor lainnya. Sedangkan horizontal
Universitas Sumatera Utara
36
planningmenekankan keterkaitan antarberbagai sektor sehingga berbagai sektor itu dapat berkembang secara bersinergi.
7 Perencanaan yang Melibatkan Masyarakat Secara Langsung dan
Perencanaan yang Tidak Melibatkan Masyarakat Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung adalah apabila
sejak awal masyarakat telah diberitahu dan diajak ikut serta dalam menyusun rencana tersebut. Sementara perencanaan yang tidak melibatkan masyarakat
adalah apabila masyarakat tidak dilibatkan sama sekali Penataan ruang adalah usaha untuk merencanakan jumlah penggunaan
lahan untuk keperluan tertentu dan pada tempat yang tepat, termasuk didalamnya mengatur hubungan antara pemukiman dengan tempat bekerja, sekolah,
berbelanja, tempat hiburan, taman, dan lain-lain yang semuanya juga tergantung pada rencana jaringan jalan di kota dan pemilihan rencana penggunaan lahan. Tata
ruang perkotaan adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang perkotaan baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Perencanaan tata ruang
kota dilakukan oleh pemerintah kota. Perencanaan kota merupakan respon terhadap pengelolaan berbagai
kepentingan dan kebutuhan masyarakat perkotaan yang semakin berkembang pesat. Perencanaan kota diperlukan untuk mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan kota yang berlangsung secara berkesinambungan
29
29
Branch, Melville C. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar Penjelasan. Diterjemahkan oleh: Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP., M. Sc Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
. Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian khusus dalam perencanaan kota, yaitu aspek
Universitas Sumatera Utara
37
pembangunan ekonomi perkotaan, pembangunan masyarakat, rekreasi dan tata ruang terbuka, aspek perumahan serta aspek perbaikan transportasi.
Dalam proses perencanaan tata ruang di Indonesia, ada yang di kenal dengan Rencana Tata Ruang RTR yang secara umum digambarkan sebagai
bentuk perencanaan dalam hal memetakan daerah-daerah yang ada untuk mencapai tujuan pembangunan
30
Perlibatan masyarakat dalam perencanaan kota dan lingkungan di Indonesia masih sering diabaikan, padahal penting sekali artinya untuk
menumbuhkan harga diri, percaya diri dan jati diri . Dalam skala perkotaan, di kenal adanya
Rencana Detail Tata Ruang RDTR Perkotaan, pada perencanaan ini dilakukan pemetaan spasial kota untuk berbagai hal salah satunya keruangan untuk ruang
terbuka hijau seperti taman kota. Kemudian, ada yang disebut dengan peraturan zonasi yaitu ketentuan yang
mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya. Dalam peraturan zonasi terdapat perencanaan pola ruang yang berfungsi sebagai
zoning map yang dirumuskan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan
sosial ekonomi dan pelestarian lingkungan.
31
30
Pratama, Arsandi, dkk, Menata Kota Melalui Rencana Detail Tata Ruang RDTRYogyakarta: Penerbit ANDI, 2015, hlm. 80
31
Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 45
. Kemudian,sebagai makhluk yang berakal manusia membutuhkan rasa penguasaan dan pengawasan terhadap
habitat atau lingkungannya. Rasa tersebut merupakan faktor mendasar dalam menumbuhkan rasa memiliki untuk kemudian mempertahankan atau melestarikan.
Universitas Sumatera Utara
38
Menjawab perlunya keterlibatan masyarakat, muncullah konsepsi mengenai keterlibatan masyarakat dalam penataan ruang secara formal di
Indonesia yaitu pada tahun 1992 melalui UU No. 24 tahun 1992
32
tentang penataan ruang yang mengamanatkan pemerintah untuk melibatkan masyarakat
dalam penataan ruang karena hasl dari penataan ruang nantinya adalah untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Keberadaan undang-undang ini
kemudian di dorong oleh PP No. 69 tahun 1996 tentang pelaksanaan hak dan kewajiban serta bentuk dan tata cara peran serta masyarakat dalam penatan
ruang
33
32
UU No. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang
33
PP No. 69 tahun 1996 tentang pelaksanaan hak dan kewajiban serta bentuk dan tata c
ara peran serta masyarakat dalam penatan ruang
sehingga menjadikan UU No. 69 tahun 1966 dapat dioperasionalkan. Setelah 15 tahun berjalan, maka UU No. 69 tahun 1966 tersebut dianggap sudah
tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga dikeluarkanlah UU No. 26 tahun 1007 tentang penataan ruang. Dalam UU No. 26 tahun 2007 menyatakan
bahwa penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan peran masyarakat, ditegaskan lagi dalam ayat 2 UU No. 26 tahun 2007
tersebut bahwa masyarakat berperan dalam hal partisipasi dalam menyusun Rencana Tata Ruang RTR, pemanfaatan ruang dan partisipasi pengendalian
pemanfaatan ruang. Jadi, undang-undang ini mengarahkan bahwa masyarakat menjadi objek sekaligus subjek pembangunan, bukan hanya menjadi objek
pembangunan semata seperti yang sebelumnya berlangsung. Bahkan, masyarakat juga dilibatkan dalam pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan dan
pelaksanaan penataan ruang.
Universitas Sumatera Utara
39
5. Taman Kota