Teknik Analisa Data Latar Belakang

57

E. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu mengkonfigurasikan data yang diperoleh dengan menyajikan data yang dimulai dengan interpretasi seluruh data yang telah terkumpul, menyusunnya dalam satuan kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya serta memeriksa keabsahan dan menafsirkannya dengan analisis berdasarkan kemampuan peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2009:246 mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Dalam melakukan analisis data, ada langkah-langkah yang dilakukan, yaitu: 1. Reduksi data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. 2. Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Universitas Sumatera Utara 58 3. Penarikan kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini sebagai hipotesis, dan bila didukung oleh data maka akan dapat menjadi teori. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota merupakan suatu permukaan wilayah dimana terdapat pemusatan konsentrasi penduduk dengan berbagai jenis kegiatan ekonomi, sosial budaya dan administrasi pemerintahan 1 Ada banyak aspek pelayanan dan pembangunan yang diwujudkan di perkotaan seperti aspek ekonomi, sosial budaya, hukum, lingkungan dan aspek lainnya. Aspek lingkungan merupakan hal yang sering di bahas oleh dunia dan Indonesia pada khususnya. Berbagai kerusakan lingkungan dan bencana alam . Kota mempunyai daya tarik yang relatif kuat bagi penduduk yang berdomosili diluar kota yang bersangkutan, baik yang tersebar di daerah pedesaan ataupun kota-kota yang lebih kecil.Kota mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dan dominan dalam pertumbuhan ekonomi dan kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan kota merupakan wilayah inti yang berperan sebagai pusat pelayanan dan pembangunan. Setiap kota memiliki konsep pembangunan yang berbeda-beda, mulai dari konsep kota pertanian, kota modern hingga konsep kota hijau. Konsep tersebut dijadikan ciri khas masing-masing kota yang perwujudannya disesuaikan dengan visi misi pembangunan, potensi kota dan kebutuhan kota tersebut. Terlepas dari beragam konsep yang ada, tujuan dari keseluruhan konsep tersebut ialah untuk melakukan pembangunan dan pelayanan yang baik, sesuai, dan tepat sasaran. 1 RahardjoAdisasmita,Pembangunan Pedesaan dan PerkotaanMakassar: Graha Ilmu, 2006, hlm.45 Universitas Sumatera Utara 2 yang terjadi pada beberapa tahun belakangan ini menjadikan pemerintah sebagai pemegang wewenang yang diamanahkan untuk mewujudkan pelayanan yang baik pada warga memberikan perhatian lebihnya terhadap aspek lingkungan untuk dimasukkan kedalam agenda pembangunan. Tidak hanya pemerintah, masyarakat pada umumnya dan para aktifis lingkungan pada khususnya juga melihat bahwa aspek lingkungan merupakan aspek yang dahulunya belum dianggap penting namun sekarang menjadi aspek yang sangat penting untuk dibahas dan diagendakan dalam pembangunan mengingat efeknya yang berhubungan erat dengan keseimbangan kehidupan dan juga keberlanjutan kota pada generasi berikutnya. Ada banyak pertemuan yang diagendakan untuk membahas aspek lingkungan agar dimasukkan dalam agenda perencaaan perkotaan, diantaranya adalah KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brazil pada tahun 1992 yang dipertegas dengan KTT Johanesburg Afrika Selatan 10 tahun kemudian yaitu pada tahun 2002. KTT ini menghasilkan kesepakatan bersama bahwa sebuah kota idealnya memiliki luas Ruang Terbuka Hijau RTH minimal 30 dari total luas kota yang yang dimiliki. Hal ini dilakukan guna menciptakan keseimbangan pembangunan di perkotaan agar tidak seluruh luas kota digunakan untuk aspek industrilasiasi semata yang menjadi ciri khas dari perkotaan. World Development Report 2014 dalam paparan laporannya yang mengusung pokok bahasan “Risk and Opportunity, Managing Risk for Development” juga turut mengangkat aspek lingkungan sebagai bagian yang sedang terancam keberlanjutannya. Hal ini terjadi karena tindakan pembangunan Universitas Sumatera Utara 3 yang dilakukan di dunia saat ini kurang memperhatikan aspek keseimbangan lingkungan. Pembangunan yang dilakukan cendrung hanya melihat dari sisi modernitas belaka yang jika dikaitkan dengan teori pembangunan, maka pembangunan yang dilakukan cendrung hanya mengggunakan konsep pembangunan modernisasi semata tanpa mempertimbangkan konsep pembangunan alternatif. Indonesia juga turut menaruh perhatian pada perencaan kota yang harus melihat aspek lingkungan dalam perwujudannya, hal ini terlihat dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 mengenai penataan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan 2 . Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi dampak buruk dari adanya kerusakan lingkungan serta guna menjaga kondisifitas pemanfaatan lahan terkhusus di perkotan. Kemudian, yang terbaru adalah dikeluarkan undang-undang yang mengatur mengenai proporsi ketersediaan ruang terbuka hijau di perkotaan yaitu UU No. 26 tahun 2007 yang isinya mirip dengan hasil dari KTT Johanesburg Afrika Selatan yang menyatakan bahwa kawasan perkotaan harus menyediakan 30 dari luas daerahnya untuk ruang terbuka hijau 3 Keberadaan UU No. 26 tahun 2007 setidaknya mampu menjadi acuan dan pemicu pada masyarakat luas akan arah pembangunan di Indonesia yang mulai mengarah pada aspek lingkungan. Hal ini langsung dijawab dengan banyaknya bermunculan komunitas-komunitas, organisasi, gerakan masyarakat dan berbagai sikap pergerakan lain yang mengatasnamakan diri sebagai pihak yang peduli . 2 Peratuan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 3 Eko Budihardjo, Kebijakan Ruang Terbuka Hijau dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Bandung Bandung:PT. Alumni, 1992, hlm. 29 Universitas Sumatera Utara 4 terhadap lingkungan. Pergerakan warga ini setidaknya mampu menjadikan sebagian besar pejabat publik di Indonesia semakin mulai mengarahkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang akan dilakukan pada aspek lingkungan, mulai dari sosialisasi hingga penyediaan ruang terbuka hijau di perkotaan. Bencana alam yang terjadi seperti kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan, kemudian banjir yang terus menerus tanpa hentiya juga tidak lepas menjadi salah satu aspek yang memotivasi masyarakat dan pejabat publik terkhusus di perkotaan untuk semakin giat dalam hal pembangunan lingkungan. Berbagai pertemuan dan aturan yang muncul terkait aspek lingkungan memberi isyarat bahwa aspek pembangunan lingkungan terkhusus penyediaan ruang terbuka hijau di perkotaan menjadi hal yang begitu penting untuk diagendakan dalam perencanaan pembangunan perkotaan, terkhusus pada kota- kota yang terdapat di Indonesia. Oleh sebab itu peran pemerintah sebagai subjek pembangunan dan juga masyarakat yang bukan hanya sebagai objek namun juga menjadi subjek pembangunan diharapkan mampu bekerjasama untuk mewujudkan hal tersebut. Ruang terbuka hijau terbagi menjadi dua, yaitu ruang terbuka hijau privat dan juga ruang terbuka hijau publik. Pada penelitian ini, bahasan akan ditujukan pada salah satu aspek ruang terbuka hijau publik yaitu taman kota. Taman kota merupakan suatu kawasan ruang terbuka hijau yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala yang luas, dapat mengantisipasi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan kota dan dengan segala fasilitasnya dapat dinikmati oleh seluruh warga kota. Universitas Sumatera Utara 5 Taman kota menjadi bagian dari kawasan ruang terbuka hijau yang manfaat dan keberadaannya sangat bersinggungan dan dapat diarasakan langsung oleh masyarakat mulai dari tempat edukasi, berkumpul keluarga, keolahragaan hingga sebagai tempat rekreasi. Di Indonesia sendiri, belum seluruh kota mampu mewujudkan pembangunan taman kota yang baik selain karena faktor kesadaran akan implementasinya, faktor keselarasan persepsi masyarakat dan pejabat publik dalam hal ini pemerintah kota mengenai taman kota juga cendrung belum terwujud dengan baik. Bandung dan Surabaya merupakan dua kota di Indonesia yang sedikit banyaknya mampu mewujudkan pembangunan perencanaan taman kota yang diselaraskan dengan persepsi masyarakat. Hal ini terlihat dengan keberadaan berbagai taman tematik yang ada di kota Bandung saat ini, selain indah untuk di pandang fungsi dari taman-taman tersebut juga disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, mulai dari adanya taman jomblo, taman film, taman skate, taman lansia, taman pustaka bunga, taman binatang peliharaan pet park, taman fotografi, taman musik centrum, taman persib, taman fitness hingga keberadaan taman super hero. Kesemua taman tematik ini dapat dinikmati oleh warga Bandung dan juga warga lain yang sedang berkunjung ke Kota Bandung. Sejalan dengan kota Bandung, Surabaya juga menjadi salah satu kota dengan perencanaan perkotaan pada aspek taman kota yang baik, hal ini terbukti dengan berbagai penghargaan yang dicapai kota Surabaya seperti Adipura pada tahun 2011, penghargaan Pengelolaan Taman Terbaik se-Indonesia tahun 2011, ASEAN Environment Suistainable City Award 2011, dan ASEAN Center Universitas Sumatera Utara 6 forEnergy Award setidaknya menjadi bukti keberhasilan Surabaya dalam pembangunan taman kota. Konsep taman 24 jam menjadi konsep taman yang menarik di Surabaya, konsep ini selain sebagai wahana edukasi dan bermain dari pagi hingga sore hari, juga untuk menekan angka agresifitas dan konflik pada malam hari yang menjadi kekhawatiran bagi warga kota Surabaya. Kemunculan konsep taman kota 24 jam ini tentu tidak terlepas dari sikap pemerintah kota yang meminta pandangan, persepsi dan saran masyarakat mengenai pembangunan yang akan dilakukan, sehinggakebutuhan akan rasa aman yang lebih dapat terwujud pada warga dikarenakan manfaat taman kota selalu aktif hingga 24 jam 4 Keberhasilan pembangunan taman kota di kota Surabaya dan kota Bandung sedikit banyaknya mampu menjadi motivasi bagi kota Binjai untuk mewujudkan pembangunan taman kota yang dapat dirasakan manfaat dan keberadaannya bagi warga baik yang berdomisili di kota Binjai maupun beberapa daerah yang dekat dengan kota Binjai. Saat ini, ada ± 6 taman kota di Binjai dengan luas daerah Binjai mencapai angka 90,45 km 2 dan jumlah penduduk sebesar ±282.415 jiwa . http:kompas.comreadnews20120418Taman-Kota-tekan-Perilaku-Agresif- Masyarakat-Pelancong 5 4 Pelancong, Taman Kota tekan Perikaku Agresif Masyarakat, Kompas.com, tanggal 29 maret 2016 pukul 15.50 WIB 5 Binjai.go.id, tanggal 29 maret 2016 pukul 14.50 WIB . Jika berdasarkan pada UU No. 26 tahun 2007 harusnya ada 27,15 km 2 luas daerah kota Binjai yang dijadikan ruang terbuka hijau. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pejabat publik di kota Binjai untuk mewujudkan ketersediaan ruang terbuka hijau dan menyelaraskannya dengan persepsi ±282.415 jiwa warga kota Binjai. Universitas Sumatera Utara 7 Taman kota tentu menjadi salah satu aspek yang akan diwujudkan oleh pemerintah Binjai guna mewujudkan ketersediaan ruang terbuka hijau di perkotaan. Binjai sendiri saat ini terus berbenah diri dengan meremajakan taman kota yang ada dan juga melakukan pembangunan taman kota pada beberapa wilayah yang dianggap layak dan perlu untuk di bangun taman kota. Persepsi masyarakat tentu perlu menjadi pertimbangan yang besar bagi pejabat publik untuk memanajerial pembangunan taman kota agar pembangunan yang dilakukan dapat lebih dirasakan keberadaannya oleh masyarakat. Upaya mewujudkan keselarasan persepsi antara masyarakat dengan pejabat publik tentu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Faktor budaya yang kian mengakar bahwa masyarakat hanya sebagai objek pembangunan tanpa menjadi subjek pembangunan menjadi aspek dasar yang menyebabkan pejabat publik mengeluarkan kebijakan secara sepihak tanpa menghiraukan persepsi dan kebutuhan masyarakat. Begitu juga dengan masyarakat sendiri, tidak sedikit yang belum mengetahui bahwa pada perkembangan perencanaan perkotaan saat ini terkhusus dalam hal penataan ruang keterlibatan masyarakat bukan hanya sebagai objek pembangunan, namun sudah masuk kedalam bagian dari subjek bahkan turut andil dalam hal pengawasan pembangunan seperti yang termuat dalam UU No. 26 tahun 2007 mengenai penataan ruang. Tentu, aspek ruang terbuka hijau seperti taman kota juga menjadi bagian yang wujud perencanaan dan pembangunanya melibatkan pejabat publikpemerintah dan masyarakat. Berdasar pada berbagai pemaparan yang menunjukkan bahwa perencanaan perkotaan dalam hal ketersediaan ruang terbuka hijau, terkhususfungsi dari taman Universitas Sumatera Utara 8 kota menjadi aspek yang menarik dan perlu untuk dimasukkan kedalam agenda pembangunan dalam kaitannya dengan keberlanjutan pembangunan bagi generasi seterusnya dan juga pembahasan mengenai persepsi dari masyarakat dan pejabat publik dalam menentukan arah pembangunan yang dilakukan, terkhusus aspek taman kota maka peneliti bermaksud untuk mengeksplorasi bahasan ini dengan mengangkat judul penelitian berupa “Persepsi Masyarakat dan Pejabat Publik terhadap Fungsi Taman Kota di Kota Binjai”.

B. Fokus Penelitian