pepaya petani tetap cenderung mengandalkan pengusaha pepaya, walaupun ada juga yang melakukan pembibitan sendiri. Semakin luas lahan yang digunakan
untuk budidaya pepaya, maka semakin banyak bibit yang diperlukan petani. Berdasarkan tabel 17, diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara
pengalaman berusahatani dengan tingkat adopsi dalam penyiapan bibit tanaman pada taraf signifikansi 95, dengan nilai Rs 0,344. Hal ini dikarenakan petani
pepaya yang mempunyai pengalaman berusahatani yang lama tentang budidaya pepaya akan mempengaruhi pada pola pikir petani untuk lebih rasional dalam
mengambil keputusan menyiapkan bibit tanaman, dimana dengan mempunyai pengalaman berusahatani yang lama maka petani dapat mempertimbangkan
tindakan dalam menerapkan penyiapan bibit tanaman yang akan dilakukan.
2. Hubungan Antara Faktor-faktor Intern Petani X dengan Tingkat Adopsi dalam Penyiapan Lahan Y
2
Tabel 18. Hubungan antara faktor-faktor intern petani X dengan tingkat adopsi dalam penyiapan lahan Y
2
No. Faktor Intern Petani
Tingkat Adopsi Penyiapan lahan
Y
2
Keterangan Nilai rs
1. Pendidikan formal X
1
0,032 NS 2.
Pendidikan non formal X
2
0,423 SS 3. Tingkat
pendapatan X
3
0,443 SS 4. Luas
kepemilikan lahan
X
4
0,501 SS 5.
Pengalaman berusahatani X
5
0,237 NS Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008
Berdasarkan tabel 18, diketahui terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pendidikan formal dengan tingkat adopsi dalam penyiapan lahan pada taraf
signifikansi 95, dengan nilai Rs 0,032. Hubungan yang tidak signifikan tersebut dikarenakan sebagian besar petani rata-rata lulusan SLTP-SMU, dimana sebagian
besar petani memiliki cukup pengetahuan dan wawasan dalam budidaya tanaman pepaya, namun tidak semua responden mampu dan mau menerapkan inovasi dalam
penyiapan lahan, seperti halnya dalam penggunaan ukuran lubang tanah ada yang
menggunakan ukuran sesuai rekomendasi yaitu 60x60x50 cm namun ada juga yang tidak menggunakan ukuran tersebut. Sebab setiap petani mempunyai pertimbangan
dalam menerapkan hal baru untuk diterapkan ke lahan tegal mereka masing- masing.
Berdasarkan tabel 18, diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan tingkat adopsi dalam penyiapan lahan pada taraf
signifikansi 95, dengan nilai Rs 0,423. Hal ini dikarenakan meskipun petani pepaya jarang mendapatkan penyuluhan tentang budidaya pepaya, yaitu kurang
dari 3 kali dalam satu tahun, yang diadakan setiap selapan atau 35 hari, namun sebagian petani pepaya dapat menerapkan inovasi dalam hal penyiapan lahan dari
wawasan dan pengetahuan selama melakukan budidaya pepaya. Pemberian materi penyuluhan tentang budidaya pepaya tidak diberikan sesering mungkin, sebab
petani pepaya pada umumnya sudah memahami dalam melakukan budidaya pepaya, berdasarkan dari pengalaman yang diperoleh selama melakukan budidaya
pepaya. Sehingga materi atau informasi yang diberikan oleh penyuluh kepada petani pepaya pada umumnya untuk menambah wawasan petani pepaya, seperti
dalam pengolahan buah pepaya menjadi kripik pepaya. Berdasarkan tabel 18, diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat pendapatan dengan tingkat adopsi dalam penyiapan lahan pada taraf signifikansi 95, dengan nilai Rs 0,443. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
tingkat pendapatan maka petani akan mampu menerapkan penyiapan lahan yang lebih baik untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi. Dalam penggunaan
pupuk kandang dan pupuk buatan maka petani akan mampu menerapkan sesuai dengan rekomendasi.
Berdasarkan tabel 18, diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara luas kepemilikan lahan dengan tingkat adopsi dalam penyiapan lahan pada taraf
signifikansi 95, dengan nilai Rs 0,501. Hal ini dikarenakan luas kepemilikan lahan yang dimiliki petani akan mempengaruhi petani dalam menerapkan
penyiapan lahan untuk budidaya tanaman pepaya. Semakin luas lahan yang dimiliki petani, maka petani akan semakin memperhatikan dalam penerapan
penyiapan lahan, agar tidak berakibat fatal pada hasil panen pepaya.
Berdasarkan tabel 18, diketahui terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pengalaman berusahatani dengan tingkat adopsi dalam penyiapan lahan pada
taraf signifikansi 95, dengan nilai Rs 0,237. Hubungan yang tidak signifikan tersebut dikarenakan lamanya petani dalam memperoleh pengalaman berusahatani
pepaya tentang penyiapan lahan dari tahun ke tahun tidak berubah, dimana dalam penyiapan lahan tegal, sebagian besar petani tetap menggunakan pupuk kandang
sebagai pupuk dasar dan menggunakan pupuk buatan untuk pupuk tambahan pada tanaman pepaya.
3. Hubungan Antara Faktor-faktor Intern Petani X dengan Tingkat Adopsi dalam Penanaman Y