dalam  makanan  agar  tidak  melampaui  batas,  sehingga  tidak  berdampak  negatif bagi kesehatan manusia  Cory, 2009.
Penggunaan  nitrit  sebagai  pengawet  memiliki  tujuan  yaitu  pertama  untuk menghambat  pertumbuhan  mikoba  patogen,  mikroba  patogen  paling  berbahaya
yang  tedapat  di  dalam  daging  adalah  Clostridium  botulinum.  Nitrit  dapat menghambat  poduksi  toksin  Clostridium  botulinum  dengan  menghambat
pertumbuhan  dan  perkembangan  spora  atau  dengan  cara  membentuk  senyawa penghambat  yang  akan  terbentuk  bila  nitrit  dalam  daging  dipanaskan.  Kedua
membentuk  cita  rasa,  peranan  nitrit  yang  berhubungan  dengan  cita  rasa  adalah sifat nitrit sebagai antioksidan yaitu nitrit akan menghambat oksidasi lemak yang
akan  membentuk  senyawa-senyawa  karbonil  seperti  aldehid,  asam-asam  dan keton  yang  menyebabkan  bau  dan  rasa  tengik.  Ketiga  memberikan  warna  yang
menarik,  penambahan  nitrit  pada  daging  olahan  terutama  bertujuan  untuk memberi  warna  merah  yang  menarik.  Pigmen  dalam  otot  daging  terdiri  dari
protein  yang  disebut  mioglobin.  Mioglobin  dengan  oksigen  akan  membentuk oksimioglobin  yang  berwarna  merah  terang.  Warna  merah  dari  oksimioglobin
tidak stabil, dan dengan oksidasi berlebih akan membentuk methemoglobin yang berwarna coklat Soeparno, 1994.
2.3 Efek Toksik Nitrit dan Nitrat
Nitrit  dapat  bereaksi  dengan  zat-zat  yang  ada  dalam  saluran  pencernaan. Nitrit juga dapat terbentuk melalui reduksi nitrat oleh bakteri pada infeksi kelenjar
kemih. Sintesa nitrit dan nitrat juga terjadi di dalam jaringan tubuh mamalia oleh bakteri  heterotrop.  Jika  pH  lambung  meningkat,  bakteri  akan  berkembang  yang
kemudian  dapat  mereduksi  nitrat  menjadi  nitrit.    Nitrat  diabsorbsi  dengan  cepat pada saluran pencernaan bagian atas, dan sebagian besar dikeluarkan melalui urin.
Universitas Sumatera Utara
Pengeluaran  melalui urin  mempunyai  waktu  paruh  sekitar 5 jam. Sebagian  nitrat yang diangkut dalam darah dikeluarkan melalui kelenjar ludah. Nitrat yang berada
dalam rongga mulut dapat direduksi menjadi nitrit oleh mikroba rongga mulut dan kemudian tertelan. Sebanyak 25 dari asupan nitrat dikeluarkan melalui kelenjar
ludah.  Sekitar  20  dari  nitrat  dalam  kelenjar  ludah  direduksi  menjadi  nitrit, dengan  demikian  sekitar  5  dari  seluruh  asupan  nitrat  akan  direduksi  menjadi
nitrit dalam ludah dan tertelan kembali. Silalahi, 2005. Dalam  hemoglobin  terdapat  besi  dalam  bentuk  ferro  Fe
2+
yang  dapat teroksidasi menjadi ion ferri Fe
3+
. Hemoglobin yang mengikat ion ferri disebut methemoglobin  yang  menghasilkan  warna  hijau  kecoklatan  hingga  hitam  dan
tidak mampu lagi untuk mengikat oksigen dan karbon monoksida. Zat kimia yang dapat  menyebabkan  kondisi  methemoglobin  adalah  nitrit.  Methemoglobinemia
adalah  suatu  keadaan  darah  yang  mengandung  methemoglobin,  yang menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan akibat paparan nitrat atau nitrit
terhadap  manusia.    Kadar  methemogobin  1  terdapat  secara  klinis  dalam  darah dan bisa mencapai 10 tanpa menyebabkan keadaan patologis. Tetapi pada level
di  atas  10,  methemoglobin  menyebabkan  sianosis    dan  konsentrasi  yang  lebih tinggi menyebabkan asfiksia Dewi, 2005.
Normalnya  jumlah  methemogobin  dalam  darah  sekitar  2,  dan  tanda- tanda  klinis  dari  methemoglobin  seperti  sianosis  menjadi  nampak  jelas  ketika
jumlah  methemoglobin  mencapai  15  atau  lebih.  Methemogobin  dalam  eritrosit dalam  jumlah  yang  sedikit  akan  direduksi  menjadi  hemoglobin  oleh  enzim
methemoglobin  reduktase,  tetapi  jika  jumlah  methemogobin  telah  melampaui, maka  enzim  methemoglobin  reduktase  tidak  mampu  lagi  untuk  mereduksi
methemoglobin. Enzim methemoglobin reduktase membutuhkan glutation sebagai
Universitas Sumatera Utara
kofaktor pereduksi. Pembentukan glutation tergantung pada perubahan glukosa-6- fosfat  dengan  bantuan  glukosa-6-fosfat  dehidrogenase.  Karena  itu  kekurangan
enzim  ini  yang  terjadi  secara  genetik  akan  sangat  mempengaruhi  pembentukan methemoglobin  Dewi, 2005.
Penggunaan  nitrit  dan  nitrat  sebagai  pengawet  untuk  mempertahankan warna  daging  atau  ikan  ternyata  menimbulkan  efek  yang  membahayakan.  Nitrit
dapat  berikatan  dengan  amino  atau  amida  dan  membentuk  turunan  nitrosamin yang bersifat toksik.  Nitrosamin merupakan senyawa yang bersifat karsinogenik,
nitrosamin  dapat  menimbulkan  tumor  pada  bermacam-macam  organ,  termasuk hati,  ginjal,  kandung  kemih,  paru-paru,  lambung,  saluran  pernafasan,    pangkreas
dan lain-lain Muchtadi, 2008. Senyawa  nitrosamin  yang  dihasilkan  dari  reaksi  nitrit  dengan  amin
sekunder  merupakan  senyawa  yang  bersifat  karsinogenik.  Amin-amin  sekunder yang  paling  banyak  ditemukan  dalam  daging  adalah  piperidin,  dietil  amin,
pirolidin,  dan  dimetil  amin  Lawrie,  2003.    Untuk  mencegah  terbentuknya nitrosamin  maka  dianjurkan  untuk  menambahkan  zat  yang  dapat  menghambat
proses  tersebut  misalnya  penambahan  asam  askorbat  dan  vitamin  E  Silalahi, 2005.
Penelitian  tentang  penetapan  kadar  nitrit  dalam  makanan  telah  dilakukan sebelumnya  terhadap  sampel  korned  sapi  kalengan,  daging  burger  sapi  dan  sop
daging  sapi  dengan  metode  spektrofotometri  sinar  tampak  dimana  digunakan pereaksi asam sulfanilat dan N-1-naftil etilen diamin dihidroksida NED. Kadar
nitrit pada berbagai sampel dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Kadar nitrit pada berbagai sampel
No  Jenis Sampel Metode
Kadar nitrit µgg
Persyaratan µgg
Rujukan
1 Korned sapi
kalengan Sektrofotometri
sinar tampak 70,34-109,75
50 Rangkuti,
2008 2
Daging burger sapi
Spektrofotometri sinar tampak
40,00-160,00 125
Cory, 2009
3 Sop daging
sapi Spektrofotometri
sinar tampak 64,67-101,45
125 Alamsyah,
2009
Dari  Table  2.1  dapat  dilihat  bahwa  pada  sampel  sop  daging  sapi  dan daging  burger  mengandung  nitrit  tetapi  masih  memenuhi  persyaratan  untuk
dikonsumsi  karena  kadarnya  berada  di  bawah  batas  maksimum  yang  diizinkan yaitu  125  µgg,  Sedangkan  pada  sampel  korned  sapi  kalengan,  diperoleh  hasil
bahwa  sampel  korned  sapi  kalengan  mengandung  nitrit  yang  melebihi  batas maksimum yang diizinkan yaitu 50 µgg .
2.4 Pemeriksaan Kualitatif Nitrit