Gambar 4.1. Kurva serapan nitrit baku.
Penetapan  kadar  nitrit    dan  nitrat  dengan  pereaksi  sulfanilamid  dan  NED diukur  pada  panjang  gelombang  maksimum  540  nm.  Pada  penelitian  ini
menggunakan  pereaksi    sulfanilamid  dan  NED  diperoleh  panjang  gelombang maksimum 540 nm Herlich, 2000.
4.3.2 Kurva waktu kerja
Kurva waktu kerja nitrit  dan nitrat baku dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini.
Gambar 4.2. Kurva waktu kerja nitrit  dan nitrat baku.
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
5 10
15 20
25 30
Ab sorbansi
Waktu menit
Universitas Sumatera Utara
Penentuan waktu kerja nitrit dan nitrat baku secara spektrofotometri sinar tampak  dilakukan  dengan  selang  waktu  satu  menit  selama  24  menit  dan  nilai
absorbansi  yang  dibaca  tiga  angka  desimal.  Dilihat  dari  kurva  Gambar  4.2  di atas waktu pengukuran terbaik adalah pada menit ke-10 hingga menit ke-18 yang
stabil  selama  9  menit  dan  menit  ke-20  hingga  menit  ke-24  yang  stabil  selama  5 menit.  Pada  penelitian  ini  waktu  pengukuran  yang  diambil  adalah  menit  ke-11.
Adapun  alasan  peneliti  tidak  menggunakan  menit  ke-20  hingga  menit  ke-24 karena  waktunya  relatif  singkat,  sedangkan  waktu  persiapan  sampel  dibutuhkan
waktu  yang  lebih  lama  sehingga  tidak  memungkinkan  waktu  pengukuran dilakukan pada menit tersebut.
4.3.3 Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi nitrit baku dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini.
Gambar 4.3. Kurva kalibrasi nitrit baku.
Dari  kurva  kalibrasi  di  atas  diperoleh  hubungan  yang  linear  antara konsentrasi  dengan  absorbansi.  Persamaan  garis  regresi  yang  diperoleh  Gambar
4.3 yaitu Y = 0,49114X + 0,010073 dengan koefisien korelasi r sebesar 0,9991. Y= 0.49114X + 0.010073
r = 0.9991
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4
Ab sorbansi
Konsentrasi µgml
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil tersebut, dapat dikatakan korelasi yang positif antara kadar dan serapan. Artinya dengan meningkatkanya konsentrasi maka absorbansi juga akan
meningkat.  Nilai  korelasi  r  yang  paling  baik  adalah  jika  nilai  r  tersebut  berada pada angka mendekati satu Sudjana, 2002.
4.3.4 Kadar Nitrit dan Nitrat dalam Sosis
Perhitungan kadar nitrit dan nitrat dalam sosis dapat dilihat pada Lampiran 2-7 Halaman 42-73. Kadar nitrit dan nitrat pada sosis yang dianalisis dapat dilihat
pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Kadar nitrit dan nitrat pada sosis yang dianalisis
No Sampel
Kadar Nitrit µgg Kadar Nitrat µgg
1 Bernardi
57,37   ±  0,2003 27,07  ±  0,4471
2 Tidak Bermerek A
107,44 ±  1,3055 7,04    ±  0,4681
3 Kimbo
57,60   ±  0,5055 47,24  ±  0,0000
4 Tidak Bermerek B
96,01   ±  1,3904 17,93  ±  0,0000
5 Fino
75,88   ±  0,2338 19,92  ±  0,1242
6 Farmhouse
87,80   ±  0,6036 18,86  ±  0,2584
7 Sozziz
51,96   ±  0,3845 2,00    ±  0,1642
Keterangan: Kadar rata-rata 6 kali pengulangan sampel. Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sampel sosis yang memiliki kadar nitrit
terendah adalah sosis merek Sozzis sedangkan yang tertinggi adalah sampel sosis yang  tidak  bermerek  A  dan  sampel  sosis  yang  memiliki  kadar  nitrat  terendah
adalah  sosis  merek  Sozzis  sedangkan  yang  tertinggi  adalah  sampel  sosis  merek Kimbo.  Nitrit  dan  nitrat  juga  berfungsi  dalam  mengembangkan  warna  daging
menjadi lebih cerah. Pada seluruh sampel sosis  memiliki tingkat kecerahan warna merah  yang  berbeda-beda,  hal  ini  disebabkan  karena  adanya  penggunaan  bahan
pewarna  dalam  sampel  sosis.  Namun  semakin  cerah  warna  merah  pada  sampel sosis tidak menentukan  kadar nitrit dan nitrat yang semakin tinggi pula.
Universitas Sumatera Utara
Pada sosis tidak bermerek A dan sosis  tidak bermerek B  tidak diketahui apakah  sampel  menggunakan  bahan  pewarna  atau  tidak,  walaupun  sosis  ini
merupakan sampel dengan warna agak pucat tetapi menunjukkan kadar nitrit yang tinggi.  Kedua  sampel  ini  merupakan  sosis  dengan  kadar  nitrit  tertinggi  dimana
kadar  nitrit  dalam  sampel  berturut-turut  adalah  107,44  µgg  dan  96,01  µgg. Sedangkan kadar nitrat pada sosis tidak bermerek  A cukup rendah yaitu 7,04 µgg
dan  pada  sosis  tidak  bermerek  B  diperoleh  kadar  nitrat  yang  cukup  tinggi  yaitu 17,93  µgg.  Pada  sosis  merek  Bernardi  menggunakan  satu  jenis  pewarna  yaitu
merah alura CI No. 16035, walaupun hanya memakai satu jenis pewarna, sampel berwarna  merah  cerah  karena  adanya  nitrit  dengan  kadar  yang  tinggi  sebesar
57,37 µgg sedangkan kadar nitrat pada sosis merek Bernardi cukup tinggi sebesar 27,07  µgg.  Pada  sosis  merek  Kimbo  menggunakan  dua  jenis  pewarna  ponceau
4R  CI  No.16225  dan  eritrosine  CI  No.45430,  meskipun  sampel  berwarna  merah cerah  namun  diperoleh  kadar  nitrit  yang  hampir  sama  dengan  sosis  merek
Bernardi  yaitu  57,60  µgg  dan  dengan  kadar  nitrat  tertinggi  dimana  kadar  nitrat yang  diperoleh  yaitu  47,24  µgg.  Sosis  merek  Farmhouse  dan  sosis  Fino
menggunakan  tiga  jenis  pewarna  yaitu  pada  sosis  merek    Farmhouse menggunakan  pewarna  ponceau  4R  CI  No.16225,  eritrosine  CI  No.  45430,  dan
kuning  FCF  CI  No.15985  dan  pada  sosis  merek  Fino  menggunakan  pewarna ponceau 4R CI No.16225, eritrosine CI No. 45430, tartrazine No.CI 19140. Pada
kedua sampel sosis ini berwarna merah cerah dengan kadar nitrit dan nitrat  yang tinggi yaitu sosis Farmhouse dengan kadar nitrit 87,80 µgg dan kadar nitrat 18,86
µgg  sedangkan  sosis  merek  Fino  diperoleh  kadar  nitrit  75,88  µgg  dan  kadar nitrat  19,92  µgg.  Sosis  dengan  warna  paling  pucat  terdapat  pada  sosis  merek
Sozzis,  sosis  ini  tidak  menggunakan  pewarna  sebagai  bahan  tambahan  pangan
Universitas Sumatera Utara
dengan kadar nitrit dan nitrat yang paling rendah yaitu 51,96 µgg untuk nitrit dan 2,00  µgg  untuk  nitrat,  sehingga  sosis  ini  paling  aman  dikonsumsi  oleh
masyarakat. Dari  penelitian  yang  dilakukan  tidak  diketahui  apakah  kadar  nitrat  yang
diperoleh  berasal  dari  sosis  yang  ke  dalamnya  ditambahkan  nitrat  atau  tidak, karena  dari  semua  label  sampel  sosis  yang  digunakan  tidak  disebutkan  adanya
penambahan  nitrat.  Pada  dasarnya  nitrat  dapat terbentuk  dari  hasil  oksidasi  nitrit menjadi  nitrat  atau  nitrat  tersebut  berasal  dari  bahan  baku  pada  saat  proses
pembuatan sosis Silalahi, 2005. Menurut  Peraturan  Menteri  Kesehatan  RI  nomor  722MENKESIX1988,
penggunaan  nitrit  pada  daging  olahan  dan  daging  awetan  memiliki  batas maksimum yakni 125 µgg, Sedangkan penggunaan nitrit pada daging olahan dan
daging awetan memiliki batas maksimum yakni 500 µgg. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, diperoleh data bahwa semua sampel yang diperiksa mengandung
kadar nitrit dan nitrat yang masih memenuhi persyaratan yang berlaku.
4.3.5 Validasi Metode