Perkembangan Sistem Pembayaran elektronik di Indonesia.

66 pendistribusiannya, serta peningkatan pengamanan elemen dan unsur pengaman uang, serta kelayakan uang yang beredar di berbagai wilayah termasuk di daerah terpencil dan terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Berbagai kebijakan di bidang pengedaran uang tersebut tetap mengacu pada tiga pilar manajemen pengedaran uang yaitu 1 ketersediaan uang Rupiah yang berkualitas, 2 layanan kas prima, dan 3 pengedaran uang yang aman, handal, dan efisien.

4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran elektronik di Indonesia.

Perkembangan transaksi sistem pembayaran non tunai di Indonesia terus mengalami peningkatan namun, peningkatan tersebut masih belum secara signifikan mengurangi dominasi pembayaran secara tunai. Kondisi tersebut dikarenakan pemahaman masyarakat terhadap instrumen sistem pembayaran non tunai yang masih relatif rendah dan masih terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk dapat dilakukannya transaksi elektronik. Upaya untuk mendorong penggunaan transaksi elektronik menjadi penting dilakukan mengingat banyaknya manfaat yang diperoleh dari transaksi tersebut seperti kepraktisan, efisiensi, kemudahan akses serta mendukung perekonomian melalui peningkatan velocity of money dan membantu usaha pencegahan dan identifikasi kejahatan kriminal. Upaya Bank Indonesia untuk mendorong terwujudnya less cash society telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu baik dari sisi perluasan layanan maupun peningkatan efisiensi. Selain itu, Bank Indonesia juga memperkuat industri sistem Universitas Sumatera Utara 67 pembayaran Indonesia agar dapat bersinergi dengan Bank Indonesia dalam pengembangan sistem pembayaran Indonesia. Perluasan penggunaan transaksi non tunai dimulai dengan kegiatan fasilitasi penggunaan uang elektronik pada sektor transportasi publik. Selain itu, fasilitasi juga dilakukan dalam rangka perluasan ketersediaan sarana, jaringan dan instrumen pembayaran di masyarakat meliputi dikembangkannya e-ticketing bandara Kuala Namu, pengembangan kawasan elektronik di beberapa universitas dan layanan keuangan digital dalam rangka mendukung keuangan inklusif. Namun demikian, penggunaan transaksi pembayaran elektronik di Indonesia dipandang masih relatif rendah apabila dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN. Dengan kondisi geografi dan jumlah populasi yang cukup besar, terbuka lebar potensi untuk memperluas akses layanan sistem pembayaran di Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran terus berupaya melakukan sinergi dan meminta komitmen berbagai pihak baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, industri sistem pembayaran, maupun pihak lain untuk mendukung gerakan non tunai. Aktivitas transaksi keuangan melalui sistem pembayaran selama semester I 2013 mengalami peningkatan baik dari sisi volume maupun nilai. Dari sisi nilai, transaksi keuangan melalui sistem pembayaran elektronik masih didominasi oleh transaksi yang melalui sistem BI-RTGS, dengan porsi mencapai 76 dari keseluruhan nilai transaksi keuangan yang melalui sistem pembayaran. Selanjutnya transaksi BI-BSSS dengan porsi 19,33 dan APMK dengan porsi 2,45. Sementara Universitas Sumatera Utara 68 itu, dari sisi volume transaksi, porsi terbesar masih berasal dari penggunaan kartu ATM dan ATMdebet yang mencapai 92,01 dari seluruh volume transaksi sistem pembayaran elektronik hingga akhir semester I 2013. Disamping itu, aktivitas transaksi pembayaran menggunakan uang elektronik mengalami peningkatan di semester I 2013 bila dibandingkan denga periode yang sama pada tahun sebelumnya. Selama semester I 2013, rata-rata harian nilai dan volume transaksi menggunakan uang elektronik sebesar Rp 7,01 miliar dan 356,97 ribu transaksi dengan total nilai dan volume transaksi selama semester I 2013 mencapai Rp 1,27 triliun dan 64,99 juta transaksi. Bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, baik dari sisi nilai dan volume, masing-masing mengalami peningkatan sebesar 67 dan 55. Selama semester I 2014, aktivitas transaksi keuangan melalui sistem pembayaran elektronik juga mengalami peningkatan baik pada sisi nilai maupun volume. Porsi terbesar berasal dari penggunaan kartu ATM dan ATMdebet. Sementara itu, aktivitas transaksi melalui SKNBI selama semester I 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sumber pendorong utama dari peningkatan volume dan nilai transaksi melalui SKNBI adalah berasal dari kliring kredit yaitu transaksi transfer kredit antar peserta kliring khususnya untuk kepentingan nasabah. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat, nilai dan volume transaksi melalui APMK, yang terdiri atas kartu ATM danatau kartu debet serta kartu kredit selama semester I 2014 mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut didominasi Universitas Sumatera Utara 69 oleh peningkatan penggunaan transaksi kartu ATM dan ATMdebet yang mayoritas berasal dari transaksi tunai dan transfer intrabank dalam rangka persiapan menghadapi hari raya Idul Fitri. Sedangkan peningkatan volume transaksi melalui APMK sebagian besar berasal dari transaksi tunai.

4.4 Perkembangan Uang Kartal di Indonesia