19
Mekanisme Operasional
Dalam sistem pembayaran diperlukan suatu mekanisme operasional untuk melakukan perpindahan dana dari satu pihak ke pihak lainnya. Mekanisme
operasional ini idealnya harus dapat menjamin kelancaran dan keamanan perpindahan dana, serta kepastian penerimaan dana oleh pihak penerima. Sebagai contoh,
mekanisme operasional yang ada saat ini antara lain adalah kliring, transfer dana via RTGS, dan lain-lain.
2.1.2 Infrastruktur Teknis
Infrastruktur teknis meliputi berbagai komponen teknis yang diperlukan untuk memproses dan melakukan perpindahan dana, standar-standar seperti message
format, sistem jaringan komputer, komunikasi, perangkat keras dan lunak, sistem back-up, disaster recovery plan, dan lain-lain. Keberadaan infrastruktur teknis ini
sangat menunjang kelancaran penyelenggaraan suatu system pembayaran. Seiring dengan berkembangnya teknologi hardware, software dan komunikasi, saat ini
tersedia berbagai pilihan infrastruktur teknis di bidang sistem pembayaran yang menawarkan berbagai keunggulan baik dari segi kecepatan maupun keamanan.
Pilihan atas infrastruktur ini tergantung pada kebutuhan dan kebijakan masingmasing negara dalam pengembangan sistem pembayaran nasionalnya. Pilihan ini tentunya
mempunyai implikasi terhadap investasi yang harus dikeluarkan, di mana semakin tinggi teknologi yang digunakan diperlukan investasi yang semakin besar pula.
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.3 Jenis Sistem Pembayaran
Dalam praktiknya sehari-hari, ada dua jenis sistem pembayaran yaitu pembayaran tunai cash dan pembayaran nontunai non-cash.
1. Pembayaran Tunai cash
Alat pembayaran tunai dapat dilakukan dengan menggunakan uang, baik jenis uang logam ataupun uang kertas.Dalam peredarannya, uang tersedia
dalam berbagai jenis pecahan agar memudahkan untuk bertransaksi. Pada mata uang Rupiah misalnya, pecahan uang dimulai dari Rp. 100,00, Rp.
500,00, Rp. 1.000,00, Rp.2.000,00, Rp. 5.000,00, Rp. 10.000,00, Rp. 20.000,00, Rp. 50.000,00, dan Rp. 100.000,00.
Meskipun transaksi non-tunai di satu sisi mengalami peningkatan dan di sisi lain transaksi tunai mengalami penurunan. Namun demikian, tetap saja
banyak yang merasa lebih nyaman bertransaksi secara tunai.Terlebih dalam transaksi nontunai membutuhkan pengetahuan mengenai teknologi sebagai
syarat bagi pengguna. Oleh karena itu, ketersediaan uang tunai hingga kini masih dianggap
sebagai hal yang penting dalam sistem pembayaran di belahan dunia manapun, tak terkecuali Indonesia.
Begitu pentingnya uang tunai, baik dalam ketersediaan, pasokan, pengaturan, hingga pendistribusiannya, menuntut kehadiran lembaga yang
kapabel.Di banyak negara, lembaga yang memiliki peran dalam pengaturan uang beredar adalah bank sentral.
Universitas Sumatera Utara
21
Dalam kebijakan pengedaran uang tunai yang terpenting adalah bagaimana memenuhi kebutuhan uang di masyarakat dalam jumlah nominal
yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar. Oleh karena itu, uang tunai yang digunakan dalam bertransaksi
harus memiliki beberapa karakteristik penting, di antaranya:
a. Setiap uang yang dikeluarkan dimaksudkan untuk mempermudah
kelancaran transaksi pembayaran tunai, dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut, uang perlu memiliki beberapa
karakteristik: 1.
Mudah digunakan dan nyaman user friendly, 2.
Tahan lama durable, 3.
Mudah dikenali easily recognized, dan 4.
Sulit dipalsukan secure against counterfeiting b.
Jumlah uang tunai harus tersedia secara cukup di masyarakat, dengan memerhatikan kesesuaian jenis pecahannya. Untuk ini, diperlukan
perencanaan yang baik terutama dalam perencanaan pengadaan maupun perencanaan distribusinya.
c. Perlu diupayakan tersedianya kelembagaan pendukung untuk mewujudkan
terciptanya kelancaran arus uang tunai yang layak edar, baik secara regional maupun nasional.
Universitas Sumatera Utara
22
2. Pembayaran Nontunai non-cash
Alat pembayaran non-tunai dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yakni alat pembayaran untuk credit transfer dan alat pembayaran untuk debit
transfer. Perbedaan antara credit transfer dan debit transfer terletak pada
perintah pengiriman uang. Berdasarkan terminologi yang dibuat oleh Bank for International Settlement BIS, credit transfer adalah perintah pembayaran
untuk tujuan penempatan dana dari pengirim ke penerima melalui jalur transfer dana dari bank pengirim ke bank penerima dan dimungkinkan melalui
bank lain sebagai perantara. Sedangkan debit transfer adalah sistem transfer dana dimana perintah transfer dibuat atau diotorisasi oleh pihak yang
memiliki dana dan akan melakukan pengiriman dana tersebut kepada pihak lain. Perintah transfer tersebut disampaikan kepada pihak yang akan
menerima dana untuk kemudian dicairkan. Selanjutnya, bank tersebut mengkliringkan perintah transfer debit tersebut di lembaga kliring, untuk
menagihkan dana ke bank pengirim. Alat pembayaran yang digunakan saat ini adalah cek, bilyet giro, dan nota debet.
Perkembangan sistem pembayaran non-tunai diawali dengan instrumen pembayaran yang bersifat paper based seperti cek, bilyet giro, dan
warkat lainnya. Sejak perbankan mendorong penggunaan sistem elektronik serta penggunaan alat pembayaran menggunakan kartu dengan segala
bentuknya, berangsur-angsur pertumbuhan penggunaan alat pembayaran yang
Universitas Sumatera Utara
23
paper based semakin menurun. Apalagi sejak sistem elektronik, seperti transfer dan sistem kliring mulai banyak digunakan.
Selanjutnya berkembang instrumen pembayaran yang berbasis kartu sejalan dengan perkembangan teknologi.Saat ini, instrumen pembayaran
berbasis kartu yang telah berkembang dengan berbagai variannya.Mulai dari kartu kredit, kartu ATM, kartu debit, dan berbagai macam jenis uang
elektronik.
Kartu Kredit
Kartu kredit merupakan salah satu transaksi non-tunai yang dananya berasal dari perbankan.Jenis alat transaksi ini berkembang cukup pesat.Di
Indonesia kartu kredit mulai berkembang sejak dekade 90-an. Kartu kredit umumnya dimiliki oleh kalangan menengah ke atas. Selain menawarkan
keuntungan yang tinggi, segmen penggunanya merupakan kalangan atas dimana eksposur risiko gagal bayar dianggap relatif kecil. Hal ini menarik
minat banyak bank untuk masuk dalam industri kartu kredit tersebut. Dorongan bank untuk memasuki industri kartu kredit juga disebabkan
oleh pangsa pasar Indonesia yang masih terbuka untuk pengembangan kartu kredit. Salah satu faktor untuk melihat potensi pasar tersebut adalah
perbandingan antara jumlah penduduk usia produktif dengan jumlah pemegang kartu kredit.
Universitas Sumatera Utara
24
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa dari 230 juta penduduk Indonesia terdapat 127 juta penduduk yang tergolong dalam usia
produktif usia 20 - 50 tahun. Pesatnya pertumbuhan kartu kredit tercermin pada trend peningkatan
jumlah kartu beredar tiap tahunnya. Pada tahun 2003 jumlah kartu kredit baru berkisar 4,5 juta kartu, dan pada tahun 2011 mencapai 11,5 juta kartu, atau
rata-rata pertumbuhannya per tahun sebesar 20,8. Pada tahun 2014 jumlah kartu kredit meningkat sebesar dari 15,12 juta kartu, pada tahun 2013 menjadi
15,81 juta kartu. Setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah harus memiliki
target dan ukuran keberhasilan. Hal ini penting untuk mengukur acuan, apakah kebijakan tersebut berhasil atau tidak. Menurut Manurung 2009,
dalam perekonomian beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk menilai kebijakan moneter adalah:
1. Jumlah Uang Beredar JUB
2. Laju inflasi yang cukup rendah terkendali
3. Suku bunga pada tingkat yang wajar
4. Nilai tukar rupiah yang realistis, dan
5. Ekspektasiharapan masyarakat terhadap moneter
Dari kelima indikator tersebut, hanya JUB yang tidak dapat dimonitor dan dirasakan langsung oleh masyarakat, sementara itu inflasi, suku bunga,
Universitas Sumatera Utara
25
nilai tukar dan ekspansi relatif dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat.
Account Based Card Kartu ATM dan Debet
Account Based Card adalah alat pembayaran menggunakan kartu yang dananya berasal dari rekening account nasabah. Jenis kartu yang masuk
dalam kategori ini adalah kartu ATM, Kartu Debet atau perpaduan ATM dan Debet. Pada awal perkembangannya, jenis Account Based Card, yang banyak
dipakai adalah murni kartu ATM. Ini karena tujuan awal teknologi ATM hanya sebagai pengganti fungsi teller untuk meningkatkan efisiensi overhead
cost, seperti penyediaan kantor cabang baru dan penambahan penggunaan sumber daya manusia.
Dalam perkembangannya, infrastruktur jaringan ATM semakin diperluas penggunaannya. Bank yang memiliki basis teknologi relatif maju
mulai menjajaki pengembangan kartu debet sekaligus membuat perusahaan yang menangani infrastruktur switching transfer dana antar bank. Pada saat
sekarang ini banyak bank yang menawarkan pembayaran di merchant dengan menggunakan kartu ATM yang telah ditambahkan fungsinya sebagai kartu
debet. Perkembangan penggunaan kartu account based semakin meningkat
lagi ketika jumlah bank yang menjadi acquiringpenerbitsemakin banyak menyediakan infrastruktur Electronic Data Capture EDC yaitu mesin
pembaca kartu debet di merchant. Perkembangan tersebut mendorong account
Universitas Sumatera Utara
26
based card memiliki pertumbuhan paling tinggi di antara jenis instrumen pembayaran lainnya.
Ada tiga faktor yang menyebabkan pertumbuhan account based card lebih tinggi dari instrumen pembayaran lain:
1. Terjadinya peningkatan jumlah penabung yang signifikan dari tahun ke
tahun 2.
Semakin beragamnya fitur dan manfaat yang ditawarkan kepada pemegang kartu
3. Fungsi account based card untuk pembayaran di merchant semakin
meningkat
Uang Elektronik
Meskipun kehadiran alat pembayaran menggunakan uang elektronik masih relative baru namun uang elektronik cukup mendapat tempat di
masyarakat. Selama kurang lebih satu setengah tahun sejak pertama terbit pada April 2007, jumlah uang elektronik telah mencapai 430 ribu. Berbeda
pada awal penerbitannya, uang elektronik saat ini tidak hanya diterbitkan dalam bentuk chip yang tertanam pada kartu atau media lainnya chip based,
namun juga telah diterbitkan dalam media lain yaitusuatu media yang saat digunakan untuk bertransaksi akan terkoneksi terlebih dulu dengan server
penerbit server based. Begitu pula dari sisi penggunaannya, hampir dari seluruh uang elektronik yang diterbitkan tidak lagi bersifat single purpose
namun sudah multi purpose sehingga dapat diterima di banyak merchant yang
Universitas Sumatera Utara
27
berbeda. Aktivitas penggunaan uang elektronik pada tahun 2008 mencapai 2,5 juta transaksi atau meningkat 77,1 dari tahun sebelumnya dengan nilai
transaksi sebesar Rp76,7 miliar atau meningkat 93,1 dari tahun sebelumnya. Bertambahnya penerbit uang elektronik telah mendorong pesatnya
perkembangan transaksi instrumen pembayaran ini. Sampai dengan akhir tahun 2014, terdapat 18 penerbit uang elektronik yang telah mendapatkan izin
dari Bank Indonesia. Berharap trend ini terus berlanjut, sehingga pertumbuhan uang elektronik yang semakin luas akan mengurangi
penggunaan uang tunai untuk bertransaksi. Dalam skala yang lebih besar, diyakini penggunaan uang elektronik secara luas di masyarakat akan
meningkatkan efisiensi biaya transaksi ritel, terutama dalam mengurangi biaya cash handling. Sebagai alat pembayaran, perolehan dan penggunaan uang
elektronik pun cukup mudah. Calon pemegang hanya perlu menyetorkan sejumlah uang kepada penerbit atau melalui agen-agen penerbit dan nilai uang
tersebut secara digital disimpan dalam media uang elektronik. Untuk chip based, pemegang dapat bertransaksi secara off-line melalui uang elektronik
dalam bentuk kartu atau bentuk lainnya. Sedangkan pada server based, pemegang akan diberi sarana untuk mengakses “virtual account” melalui
handphone sms, kartu akses, atau sarana lainnya, sehingga transaksi diproses secara on-line. Transaksi melalui uang elektronik khususnya
transaksi yang diproses secara off-line sangat cepat hanya memerlukan waktu kurang lebih 2-4 detik. Saat ini nilai uang yang dapat disimpan dalam uang
Universitas Sumatera Utara
28
elektronik dibatasi tidak lebih dari Rp1 juta, karena fungsinya memang ditujukan sebagai alat pembayaran untuk transaksi yang bernilai kecil. Namun
batasan tersebut nantinya dapat saja disesuaikan dengan melihat perkembangan dan kebutuhan industri. Dalam mekanisme uang elektronik,
apabila pemegang tidak lagi berminat menggunakan uang elektronik atau ingin mengakhiri penggunaan uang elektronik, nilai uang yang ada pada uang
elektronik dapat di-redeem sesuai tata cara yang diatur oleh masing-masing penerbit. Reedem adalah penarikan seluruh sisa nilai uang pada uang
elektronik pada saat pemegang mengakhiri penggunaan uang elektronik tersebut. Pertumbuhan non-tunai dari agustus 2014 ke September 2015
mencapai 71,7 dengan volume pertumbuhan e-money mencapai 217, Nilai transaksi uang elektronik hingga akhir 2015 mencapai RP.5,2 trilliun
meningkat bila di bandingkan posisi pada September lalu RP 4,3 trilliun
2009=RP 520 milliyar.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 1112PBI2009 tentang uang elektronik Electronic Money, yang dimaksud dengan uang elektronik adalah
alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: 1.
Diterbitkan atas dasar uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit.
2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server
atau chip
Universitas Sumatera Utara
29
3. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektronik tersebut, dan 4.
Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perbankan. Maka dapat disimpulkan bahwa uang elektronik adalah alat
pembayaran dengan nilai uang yang telah tersimpan secara elektronik pada server atau pun kartu dan tata cara penggunaan dan penerbitan telah diatur
dan diawasi langsung leh Bank Indonesia. 3.
Pembayaran Elektronik Electronic Payment System
Kemajuan teknologi informasi semakin mendorong kemudahan pelaksanaan transfer dana. Teknologi seperti internet, mobile phone maupun
telepon dapat dimanfaatkan menjadi saluran pembayaran yang menghubungkan jalur sistem pembayaran yang ada. Misalnya kita akan
melakukan transfer dana, media konvensional adalah melalui perantara teller di bank, atau lebih modern lagi dengan menggunakan mesin ATM. Sekarang
dengan kemajuan teknologi, kita tidakperlu datang untuk antri ke bank ataupun gerai ATM untuk melakukan instruksi transfer, cek saldo, atau
melakukan pembayaran karena saat ini semua transaksi tersebut dapat dilakukan melalui internet, mobile phone atau telepon tanpa harus pergi ke
suatu tempat tertentu. Di sisi perbankan, penggunaan teknologi ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu penggalian sumber dana murah terutama
Universitas Sumatera Utara
30
untuk keperluan intermediasi. Apabila masyarakat merasakan manfaat yang besar dari kemudahan transaksi, maka mereka akan terdorong untuk
berhubungan atau selalu berhubungan dengan perbankan. Hal ini tentunya akan meningkatkan penghimpunan dana masyarakat pada perbankan yang
notabenenya merupakan dana murah bagi perbankan. Selanjutnya bank juga memperoleh fee based income yang akhir-akhir ini menjadi andalan
perbankan untuk memperoleh laba. Memang pada awalnya upaya ini memerlukan investasi yang lumayan besar, tapi apabila perputaran
transaksinya tinggi, bukan tidak mungkin biaya investasi tersebut akan tertutup oleh fee based income yang diperoleh. Keuntungan lain adalah
berkurangnya biaya overhead yang harus ditanggung. Electronic Payment System dapat didefinisikan sebagai layanan
perbankan modern dengan memanfaatkan teknologi yang dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan
cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktifitas Wardiana, 2002.
Menurut Pohan 2011, sistem pembayaran elektronik adalah sistem pembayaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi seperti
Integrated Circuit IC, cryptography atausandi pengamanan data transaksi dan jaringan komunikasi.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sistem pembayaran elektronik merupakan sistem pembayaran yang menggunakan
Universitas Sumatera Utara
31
teknologi dan komunikasi baik berupa Integrated Circuit IC, cryptography atausandi pengamanan data transaksi dan jaringan komunikasi, sehingga dapat
meningkatkan kinerja dan produktifitas. Kartu pembayaran elektronik terdiri dari kartu kredit credit card,
charge card, kartu debet debet card, dan cash card. Ada perbedaan signifikan antara kartu-kartu tersebut, baik fungsi maupun konsekuensi
penggunaannya. Kartu kredit merupakan salah satu alat pembayaran dengan cara kredit konsumen dapat berbelanja meskipun pada saat itu tidak
mempunyai uang. Prinsipnya, konsumen berbelanja dengan cara utang. Lebih dari itu, konsumen diperkenankan membayar utang itu dengan menyicil
sejumlah minimum tertentu dari total transaksi. Jumlah pembayaran minimum itu biasanya sebesar 10-20 persen dari saldo tagihan. Tetapi, konsekuensinya
terhadap sisa kredit yang belum dilunasi akan dikenakan bunga yang besarnya tergantung pada bank penerbit kartu issuer. Umumnya tingkat bunga kartu
kredit saat ini berkisar antara 3-4 persen per bulan. Selain mesti membayar bunga, jika terlambat membayar konsumen juga akan dikenai denda
keterlambatan late charge. Berbeda dengan charge card, bila pembayaran utang kartu kredit bisa
dicicil, hal itu tidak berlaku bagi charge card. Setiap bulannya konsumen harus membayar penuh semua transaksi yang telah dilakukan dengan
menggunakan charge card. Jika tidak dapat membayar penuh, konsumen akan dikenakan denda keterlambatan sebesar persentase tertentu. Tetapi pengguna
Universitas Sumatera Utara
32
charge card tidak dikenakan bunga apa pun. Cash card adalah kartu untuk menarik uang tunai baik langsung melalui teller bank atau melalui Anjungan
Tunai Mandiri ATM dan belakangan ini juga sudah dapat dipergunakan pada toko-toko tertentu. Kartu plastik jenis ini pada dasarnya bukanlah alat
pembayaran melainkan hanya mempermudah nasabah agar tidak perlu membawa uang terlalu banyak.
Sementara itu kartu debet merupakan alat pembayaran, seperti juga kartu kredit dan charge card. Hanya saja yang membedakan adalah pola
penggunaannya. Kartu debet mensyaratkan pemiliknya memiliki rekening di bank. Ketika pemilik berbelanja dengan menggunakan kartu debet, maka
simpanan dalam rekeningnya akan terdebet otomatis sebesar nilai transaksi yang ia lakukan. Dengan kata lain, kartu debet juga kerap didefinisikan
sebagai pembayaran tunai tanpa perlu membawa uang tunai. Saat ini ada dua jenis kartu debet. Pertama, kartu debet yang mengharuskan pemiliknya
menggunakan personal identification number PIN ketika bertransaksi. Jadi, misalnya pemilik berbelanja di sebuah toko dengan menggunakan kartu debet,
maka untuk dapat mendebet rekeningnya, terlebih dahulu ia harus memasukkan PIN dan baru kemudian pendebetan bisa dilakukan. Kedua,
kartu debet yang mekanisme penggunaannya mirip seperti menggunakan kartu kredit. Artinya, pemilik cukup menyerahkan kartu debetnya kepada
pramuniaga dan ia menggesekkannya pada alat elektronik yang on-line dengan bank. Pada saat itu juga rekening pemilik bisa dikurangi sebesar nilai
Universitas Sumatera Utara
33
transaksi yang dilakukan. Hal ini bisa terjadi, karena di kartu debet pemilik ada semacam sistem magnet sebagai alat verifikasi.
2.1.4 Efisiensi Sistem Pembayaran