masyarakat. Vijay Sathe mengatakan bahwa budaya adalah seperangkat asumsi penting yang dimiliki bersama anggota masyarakat.
Menurut Robbins 1996:289 mengatakan bahwa budaya organisasi adalah sekumpulan sistem nilai yang diakui dan dibuat oleh semua anggotanya yang
membedakan perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Menurut Amnuai dalam Tika 2006:4 Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan
yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan integrasi
internal.
2. Jenis-jenis Budaya Perusahaan
Jenis-jenis budaya organisasi dapat ditentukan berdasarkan proses informasi dan tujuannya.
a. Berdasarkan Proses Informasi Robert dalam Tika 2006:7 membagi budaya organisasi berdasarkan proses
informasi sebagai berikut: 1. Budaya rasional
Dalam budaya ini proses informasi individual diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kinerja yang ditunjukkan.
2. Budaya Ideologis Dalam budaya ini pemrosesan informasi intuitif dari pengetahuan yang
dalam, pendapat dan inovasi diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan revitalisasi dukungan dari luar, perolehan sumber daya dan pertumbuhan.
Universitas Sumatera Utara
3. Budaya Konsesus Dalam budaya ini, pemprosesan informasi kolektif diskusi, partisipasi,
dan konsesus diasumsikan untuk menjadi sarana bagi tujuan kohesi iklim, moral dan kerja sama kelompok.
4. Budaya Hierarkis Dalam budaya hierarkis, pemrosesan informasi formal dokumentasi,
komputasi, dan evaluasi diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kesinambungan stabilitas, kontrol dan koordinasi.
b. Berdasarkan Tujuan Berdasarkan tujuannya Ndraha dalam Tika 2006:90 membagi budaya
organisasi berdasarkan tujuannya, yaitu: 1.
Budaya organisasi perusahaan 2.
Budaya organisasi publik 3.
Budaya organisasi sosial
3. Terbentuknya Budaya
Perusahaan
Menurut Atmosoeprapto 2000:71, Budaya perusahaan terbentuk banyak ditentukan oleh beberapa unsur, yaitu:
a. Lingkungan Usaha; lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi akan
menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk mencapai keberhasilan.
b. Nilai-nilai value; merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu
organisasi. c.
Penutanketeladanan; orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan lainnya karena keberhasilannya.
Universitas Sumatera Utara
d. Upacara-upacara ritel dan ritual; acara-acara rutin yang diselenggarakan oleh
perusahaan dalam rangka memberikan penghargaan pada karyawannya. e.
“Network” jaringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang menjadi sarana penyebaran nilai-nilai dari budaya perusahaan.
Menurut Robbins 1999:80, Sumber budaya meliputi kebiasaan-kebiasaan, tradisi dan cara umum melakukan segala sesuatu di sebuah organisasi yang
berlaku sekarang, pada umumnya ditimbulkan oleh apa yang telah dilakukan sebelumnya dan tingkat sukses yang telah dimilikinya dengan usaha-usaha itu.
Sumber asli budaya organisasi lazimnya mencerminkan visi dan misi para pendiri organisasi itu. Karena para pendiri itu mempunyai ide aslinya, mereka pun boleh
jadi mempunyai penyimpangan-penyimpangan tentang bagaimana melaksanakan ide tersebut. Mereka tidak dibatasi oleh pendekatan atau kebiasaan-kebiasaan
terdahulu. Para pendiri itu menetapkan kebudayaan awal tersebut dengan memproyeksikan suatu gambaran bagaimana organisasi itu nantinya. Ukuran kecil
dari sebagian besar organisasi baru juga menolong para pendiri untuk
menanamkan visi mereka dalam setiap anggota organisasi tersebut.
Pembentukan budaya perusahaan tidak lepas dari para pendirinya yang memiliki ide untuk organisasi sampai perusahaan benar-benar berdiri.
Pembentukan organisasi mengikuti alur sebagai berikut: a.
Para pendiri dan pimpinan lainnya membawa serta satu set asumsi dasar, nilai- nilai perspektif, artefak ke dalam organisasi dan menanamkannya kepada para
karyawan.
Universitas Sumatera Utara
b. Budaya muncul ketika para anggota organisasi berinteraksi satu sama lain
untuk memecahkan masalah-masalah pokok organisasi yakni masalah integrasi internal dan adaptasi eksternal.
c. Secara perorangan, masing-masing anggota organisasi boleh jadi menjadi
seorang pencipta budaya baru dengan mengembangkan berbagai cara untuk menyelesaikan persoalan-persoalan individual seperti persoalan identitas diri,
kontrol dan pemenuhan kebutuhan serta bagaimana agar bisa diterima oleh lingkungan organisasi yang diajarkan kepada generasi penerus.
4. Karakteristik Budaya Organisasi