KERANGKA KONSEPTUAL Perbedaan Pengaruh Imbalan Jasa yang dipersepsikan oleh Perawat Pelaksana dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Martha Friska Medan

oleh rumah sakit tidak seimbang dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit tersebut. Untuk itu pihak rumah sakit mencari solusi untuk menutupi kekurangan biaya tersebut dengan cara mendirikan pavilion swasta, di mana dari pasien dipungut bayaran seperti halnya di rumah sakit swasta. Dalam perkembangannya untuk menutupi kekurangan biaya, timbul pemikiran dari pihak Departemen Kesehatan untuk memberikan otonomi kepada rumah sakit yang pada saatnya nanti rumah sakit pemerintah dapat menjadi lembaga yang bisa membiayai sendiri seluruh biaya operasionalnya swadana Iskandar, 1998.

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini bertujuan untuk memperlihatkan pengaruh imbalan jasa terhadap kinerja yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Martha Friska Medan dalam memberikan asuhan keperawatan. Imbalan jasa pada penelitian ini sebagai variabel independen yang terdiri dari imbalan langsung gaji pokok, uang makan, jasa medis, jasa pelayanan, THR, jasa mahasiswa belajar lapangan, upah berkala tahunan, dan tunjangan jabatan, dan imbalan tidak langsung jaminan kesehatan, jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan pendidikanpelatihan, sedangkan kinerja yang dipersepsikan perawat pelaksana sebagai variabel dependen yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Secara skematis, kerangka konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Yang akan diteliti Skema 1. Kerangka Konseptual Penelitian Perbedaan Pengaruh Imbalan Jasa terhadap Kinerja yang Dipersepsikan oleh Perawat Pelaksana dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Martha Friska Medan Imbalan Jasa yang diterima perawat pelaksana. Ruky, 2001 Sofyandi, 2008 RSUP H. Adam Malik Medan RSU Martha Friska Medan Imbalan Jasa yang diterima perawat pelaksana. Ruky, 2001 Sofyandi, 2008 Kinerja yang Dipersepsikan Perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan: 1. Pengkajian 2. Diagnosa 3. Perencanaan 4. Implementasi 5. Evaluasi Nursalam, 2008 Kinerja yang Dipersepsikan Perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan: 1. Pengkajian 2. Diagnosa 3. Perencanaan 4. Implementasi 5. Evaluasi Nursalam, 2008 Universitas Sumatera Utara 2. Definisi Operasional Tabel 1. Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 Variabel Independen: Imbalan Jasa Perawat Pelaksana Imbalan jasa adalah setiap bentuk penghargaan yang diberikan secara layak dan adil oleh pihak rumah sakit kepada perawat pelaksana yang bekerja di RSUP H. Adam Malik Medan atau RSU Martha Friska Medan sebagai balas jasa. Kuesioner dengan 14 pernyataan dengan pilihan jawaban: 1. Sangat Tidak Puas 2. Kurang Puas 3. Puas 4. Sangat Puas 1.Imbalan Jasa Kurang = 14-35 2.Imbalan Jasa Baik = 36-56 Ordinal Interval 2 Variabel Dependen: Kinerja perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan. Kinerja perawat pelaksana adalah persepsi perawat pelaksana terhadap pemberian pelayanan asuhan keperawatan pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi sesuai Kuesioner kinerja sebanyak 19 pernyataan dengan pilihan jawaban: 1. Selalu 2. Sering 3. Kadang- kadang 4. Tidak pernah 1.Kinerja perawat pelaksana kurang baik = 19-48 2.Kinerja perawat pelaksana baik = 49-76 Ordinal Interval Universitas Sumatera Utara dengan standar asuhan keperawatan.

3. Hipotesa

a. Ada pengaruh imbalan jasa terhadap kinerja yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Martha Friska Medan. b. Ada perbedaan pengaruh imbalan jasa terhadap kinerja yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Martha Friska Medan. Universitas Sumatera Utara oleh rumah sakit tidak seimbang dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit tersebut. Untuk itu pihak rumah sakit mencari solusi untuk menutupi kekurangan biaya tersebut dengan cara mendirikan pavilion swasta, di mana dari pasien dipungut bayaran seperti halnya di rumah sakit swasta. Dalam perkembangannya untuk menutupi kekurangan biaya, timbul pemikiran dari pihak Departemen Kesehatan untuk memberikan otonomi kepada rumah sakit yang pada saatnya nanti rumah sakit pemerintah dapat menjadi lembaga yang bisa membiayai sendiri seluruh biaya operasionalnya swadana Iskandar, 1998.

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL