dalam keadaan segar. Buah yang telah diseleksi lalu dipilah-pilah dari tangkainya dan dikeringkan pada suhu kamar hingga kering. Buah yang telah kering kemudian
diblender sampai halus dalam bentuk serbuk.
3.4.3.2. Pembuatan Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman
Buah andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC. yang telah diblender hingga menjadi simplisia serbuk. Selanjutnya dibuat ekstrak dengan metode
maserasi dengan N-Heksan selama 1 malam Padmawinata et al., 1989 dalam Sabri, 1996. Hasil maserasi diperkolasi sampai diperoleh cairan bening. Hasil perkolasi
dipekatkan dengan evaporator sampai diperoleh ekstrak yang pekat berupa pasta. Ekstrak andaliman tidak larut dalam air, maka untuk mendapat campuran yang
homogen digunakan suatu pelarut yaitu carboxyl metil cellulosa CMC dengan konsentrasi 1 1 ml CMC dilarutkan dalam 100 ml aquadest sehingga dihasilkan
ekstrak yang diinginkan. Lalu dibuat dosis yang telah dimodifikasi yaitu 2, 4 dan 6 yang dilarutkan dalam 1 CMC Pratiwi, 2006.
3.4.4. Mengawinkan Hewan Uji
Mencit betina dewasa yang sudah mencapai usia 8-12 minggu berada pada tahap estrus ditimbang untuk mengetahui berat badan awal, lalu dicampurkan dengan
mencit jantan dewasa dalam satu wadah. Keesokan harinya mencit betina dinyatakan telah kawin yang ditandai dengan adanya sumbat vagina, diasumsikan sebagai hari ke-
0 kebuntingan, lalu ditimbang kembali berat badannya.
3.4.5. Pemberian Bahan Uji
Pemberian bahan uji dilakukan dengan cara membagi 30 ekor mencit betina yang bunting menjadi 5 perlakuan K0, KP, P1, P2, P3 dengan 6 ulangan. K0 adalah
kontrol tanpa diberikan perlakuan, KP adalah kontrol CMC 1 , P1 adalah perlakuan yang diberikan ekstrak N-heksan buah andaliman dengan konsentrasi 2, P2 adalah
perlakuan yang diberikan ekstrak N-heksan buah andaliman dengan konsentrasi 4, P3 adalah perlakuan yang diberikan ekstrak N-heksan buah andaliman dengan
konsentrasi 6. Perlakuan diberikan pada hari ke-0 kebuntingan sampai hari ke-10
Universitas Sumatera Utara
kebuntingan secara oral dengan menggunakan jarum gavage dan volume ekstrak yang diberikan sebanyak 0,1 ml10 g bb, lalu dibiarkan sampai umur kebuntingan hari ke-
18.
3.4.6. Parameter Pengamatan
Pada umur kebuntingan 18 hari, mencit dibunuh dengan cara dislokasi leher Smith Mangkowidjoyo, 1988. Mencit diletakkan di atas bak bedah, kemudian
dibedah dengan menggunakan disecting set. Kemudian fetus diangkat dari uterus dan dimasukkan ke dalam larutan Bouin. Selanjutnya dilakukan pengamatan sebagai
berikut:
a. Pengamatan terhadap penampilan reproduksi induk betina: jumlah implantasi, korpus luteum, kehilangan praimplantasi, kematian intrauterus seperti embrio
resorb dan fetus mati. b. Berat badan induk mencit, jumlah fetus hidup dan berat badan fetus hidup.
c. Pengamatan pada bagian kepala fetus yaitu: kelainan eksternal meliputi kelainan wilayah hidung dan mata sedangkan pengamatan secara internal meliputi kelainan
otak. Pengamatan wilayah hidung, mata dan cleft palate dilakukan penyayatan menggunakan metode razor blade seperti gambar 3.1
Gambar 3.1 Metode razor blade
Wilayah kepala fetus yang disayat:
A. Sayatan melalui hidung B. Sayatan melalui mata
C. Sayatan melalui serebrum
A B
C
Universitas Sumatera Utara
A. Potongan pertama sayatan melalui hidung yaitu mengamati kelainan nasal cavity dan cleft palate seperti single nasal cavity rongga hidung tunggal, dan melihat ada
atau tidaknya cleft pada palate nya. B. Potongan kedua sayatan melalui mata yaitu mengamati kelainan lensa mata seperti
mikrophthalmia, acorea. C. Potongan ketiga sayatan melalui serebrum yaitu mengamati kelainan pada
serebrum seperti hidrocephalus Taylor, 1986.
3.4.7. Pembuatan Preparat Kraniofasial Fetus Mencit Dengan Metode Parafin