Perkembangan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah

200 400 600 800 1000 1200 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pengeluaran Negara Belanja Pemerintah Pusat Transfer ke Daerah Dana Perimbangan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Gambar 4.3. Perkembangan Pengeluaran Negara 2003-2009

4.1.5 Perkembangan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah

Pada dasarnya dalam proses pelaksanaan pembangunan ekonomi di negara berkembang seperti Indonesia, pinjaman luar negeri merupakan suatu gejala yang wajar. Hal ini disebabkan oleh tabungan Pemerintah yang rendah sehingga Pemerintah mengalami kekurangan modal capital shortgage ketika memulai atau menjalankan akselerasi pembangunan, sehingga dilakukan alternatif melalui pinjaman luar negeri untuk menutupi kekurangan modal pembangunan. Pinjaman luar negeri jika dikelola dengan baik maka pinjaman akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga merupakan salah satu penyebab utama keterpurukan perekonomian Indonesia. Ini disebabkan semakin besarnya beban utang luar negeri, yaitu pembayaran bunga dan cicilan hutang amortisasi. Sejak Universitas Sumatera Utara kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, pergerakan pinjaman luar negeri menunjukkan tren yang meningkat. Pada tahun 1980 pinjaman luar negeri mencapai US14,8 milyar, dan meningkat tajam menjadi US122,033 pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi di Indonesia. Kecenderungan penarikan pinjaman luar negeri juga dikarenakan untuk membiayai pembangunan ekonomi yang sempat ambruk akibat krisis ekonomi. Tabel 4.4. Perkembangan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah triliun rupiah Sumber : Bank Indonesia 2003-2009 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pinjaman Luar Negeri 20.49 21.74 35.54 37.56 42.22 48.14 102.15 Pinjaman Program 5.74 3.14 11.27 12.08 19.01 26.39 76.43 Pinjaman Proyek 14.75 18.60 24.27 25.48 23.21 21.75 25.72 Pinjaman luar negeri dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2003 pinjaman luar negeri pemerintah sebesar Rp.20,49 triliun. Sedangkan pada tahun 2004 pinjaman luar negeri meningkat menjadi Rp. 21,74 triliun. Jumlah ini semakin lama semakin tinggi, sehingga pada tahun 2009 pinjaman luar negeri pemerintah mencapai Rp.102,15 riliun. Realisasi pembiayaan defisit melalui pinjaman utang luar negeri pada tahun 2006 dibawah anggaran, yaitu hanya Rp.33,4 triliun, atau 89 dari sasarannya. Dengan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri yang mencapai Rp.52,7 triliun, neto pembayaran utang luar negeri menjadi lebih besar dari sasaran yaitu mencapai negatif Rp.19,3 triliun. Sumber utama pembiayaan realisasi defisit APBN-P 2006 Universitas Sumatera Utara berasal dari dalam negeri dan konsolidasi disisi pembiayaan defisit anggaran masih diarahkan untuk optimalisasi pembiayaan anggaran dan memperbaiki pengelolaan utang. Pada tahun 2007 penarikan pinjaman luar negeri yang hanya mencapai 81 dari target APBN-P karena tidak terpenuhinya policy matrix. Sumber utama pinjaman luar negeri masih berasal dari World Bank dan ADB yang digunakan untuk membiayai berbagai program pembangunan hampir seluruh sektor perekonomian. Pada tahun 2008 pinjaman luar negeri pemerintah mencapai Rp.48,14 triliun yang terdiri dari pinjaman program senilai Rp.26,39 triliun dan pinjaman proyek Rp.21,75 triliun. Sedangkan untuk tahun 2009 pinjaman luar negeri pemerintah mencapai Rp.102,15 triliun yang terdiri dari pinjaman program sebesar Rp.76,43 triliun dan pinjaman proyek sebesar Rp.25,72 triliun. Visualisasi perkembangan pinjaman luar negeri pemerintah dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 20 40 60 80 100 120 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pinjaman Luar Negeri Pinjaman Program Pinjaman Proyek Gambar 4.4. Perkembangan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah 2003-2009 Universitas Sumatera Utara

4.1.6 Perkembangan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI