Perkembangan Penerbitan Obligasi Pemerintah

Pada tahun 2009 defisit APBN tercatat Rp.87,2 triliun atau 1,6 dari PDB. Dalam pembiayaan defisit APBN 2009, srategi yang ditempuh tetap diarahkan agar tidak memberikan tekanan bagi prospek kesinambungan fiskal. Strategi pembangunan tersebut antara lain dilakukan dengan memprioritaskan penerbitan Surat Berharga Negara di pasar domestik. Secara keseluruhan strategi itu mengakibatkan utang pemerintah dibanding dengan kapasitas perekonomian masih dalam tren menurun, yang tercermin pada menurunnya rasio utang pemerintah terhadap PDB dari 33 pada tahun 2008 menjadi 29 pada tahun 2009. Strategi pembiayaan juga didukung oleh realisasi APBN 2009 yang masih mencatat surplus pembiayaan Rp.38,1 triliun sehingga berpotensi mendukung sumber pembiayaan kedepan.

4.1.2 Perkembangan Penerbitan Obligasi Pemerintah

Maraknya penerbitan obligasi negara tidak terlepas dari upaya pembayaran hutang Indonesia yang menumpuk dan juga untuk membiayai defisit APBN. Obligasi Pemerintah semakin marak di Indonesia mulai sejak 1998 akibat ambruknya sistem perbankan nasional sehingga Pemerintah menyelamatkan permodalan perbankan nasional dengan menerbitkan obligasi rekapitalisasi perbankan yang mencapai Rp.430,4 triliun. Akibat pengeluaran Pemerintah yang melebihi penerimaan Negara pada tahun 2003, maka Pemerintah menerbitkan obligasi dalam bentuk SUN yang mencapai Rp.11,3 triliun. Pemerintah belum melakukan pembelian kembali terhadap obligasi rekapitalisasi akibat defisit APBN yang meningkat 21,3 dibanding tahun Universitas Sumatera Utara sebelumnya. Selain penerbitan obligasi, pemerintah juga melakukan privatisasi terhadap aset-aset negara untuk menutupi defisit APBN. Tabel 4.1. Perkembangan Penerbitan Obligasi Pemerintah triliun rupiah Sumber : Bank Indonesia 2003-2009 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Penerbitan Obligasi Pemerintah 11.3 32.4 47.4 61.1 116.9 126.2 132.0 I.Denominasi Rupiah 11.3 23.4 22.9 42.6 103.3 86.9 92.4 II.Denominasi Valas 9.0 24.5 18.5 13.6 39.3 49.6 Dari tabel di atas terlihat bahwa penerbitan obligasi pemerintah dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena penerbitan obligasi denominasi rupiah maupun valas mengalami kenaikan. Adapun tujuan penerbitan obligasi ini adalah untuk menutupi defisit APBN. Pengelolaan defisit dilakukan untuk konsolidasi fiskal yaitu untuk mengurangi beban utang luar negeri Pemerintah. Penerbitan obligasi Pemerintah sepanjang tahun 2004 mencapai Rp.32,4 triliun, sebagian diterbitkan dalam bentuk obligasi internasional untuk meningkatkan rating atau peringkat obligasi Pemerintah Indonesia. Sedangkan sumber utama pembiayaan defisit tahun 2005 adalah obligasi Pemerintah. Sepanjang tahun 2005, Pemerintah menerbitkan obligasi sebesar Rp.47,4 triliun baik denominasi rupiah maupun valuta asing. Jumlah tersebut melebihi target yang ditetapkan dalam APBN-P 2005 sebesar Rp.43,3 triliun. Pemenuhan pembiayaan melalui penerbitan obligasi dilakukan dengan lelang sebanyak 8 kali lelang. Universitas Sumatera Utara Sepanjang tahun 2006, Pemerintah menerbitkan SUN mencapai Rp.61,1 triliun. Net beli investor terhadap obligasi Pemerintah sepanjang tahun 2006 cenderung meningkat terutama sejak penurunan BI rate pada tahun 2006. Tujuan tersebut dicapai melalui kegiatan lelang penerbitan SUN di pasar domestik, lelang penerbitan SUN dalam Valuta Asing, serta penjualan Obligasi Negara Ritel dan lelang Penukaran SUN debt switching. Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri yang mencapai Rp.52,7 triliun, neto pembayaran utang luar negeri menjadi lebih besar dari sasaran yaitu mencapai negatif Rp.19,3 triliun. Selain untuk membiayai defisit, penerbitan SUN juga digunakan untuk pembiayaan infrastruktur melalui Public Private Partnership PPP sekitar Rp.2 triliun. Sampai dengan akhir Desember 2007 jumlah SBN rupiah dan valas yang telah diterbitkan mencapai Rp.116,9 triliun. Setelah memperhitungkan SUN yang jatuh tempo, buyback SUN dan pelunasan sebagian pokok kewajiban Pemerintah kepada Bank Indonesia SRBI-01 sekitar Rp.13,7 triliun. Pelaksanaan APBN 2008 Sampai dengan pertengahan triwulan III-2008, pemenuhan kebutuhan pembiayaan defisit melalui penerbitan SUN berjalan lancar. Akan tetapi sejak september 2008 pasar SUN mulai menghadapi tekanan kenaikan yield SUN secara signifikan. Pada situasi tersebut Pemerintah memutuskan untuk tidak melakukan penerbitan SUN sejak Oktober 2008. Memburuknya harga obligasi negara di pasar internasional juga menyebabkan Pemerintah menunda penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSN valas di akhir tahun 2008. Dampaknya, realisasi pembiayaan defisit APBN tahun 2008 jauh dibawah target. Sampai dengan akhir Desember 2008, jumlah Universitas Sumatera Utara Obligasi denominasi rupiah dan valas yang telah diterbitkan mencapai Rp.126,2 triliun. Setelah memperhitungkan SUN yang jatuh tempo dan buyback SUN, neto total penerbitan SBN mencapai Rp.86,9 triliun, jauh di bawah target APBN-P 2008 sebesar Rp.117,8 triliun. Dalam upaya menstabilkan harga SUN, Pemerintah telah melakukan buyback sun pada April, Oktober dan November 2008. Strategi yang ditempuh untuk pembiayaan defisit APBN 2009 tetap diarahkan agar tidak memberikan tekanan bagi prospek kesinambunagn fiskal. Strategi pembiayaan tersebut antara lain dilakukan dengan memprioritaskan penerbitan Surat Berharga Negara di pasar domestik, penerapan front loading strategi, menjadikan SBN valas sebagai pelengkap dan mengaktifkan srategi buyback dan debt switching. Dari strategi buyback, pada tahun 2009 pemerintah melakukan buyback SUN sebanyak dua kali dengan total nominal Rp.8,52 triliun. Untuk strategi debt switching, pemerintah melakukan debt switching SUN sebanyak enam kali dengan total nominal Rp.2,93 triliun. Strategi debt switching tersebut dilakukan guna memperpanjang durasi utang dan mengurangi refinancing risk. Untuk visualisasi perkembangan penerbitan obligasi pemerintah dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Universitas Sumatera Utara 50 100 150 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 P enerbita n Oblig as i N e g a ra D e nom ina s i R upiah D e nom ina s i Valas Gambar 4.1. Perkembangan Penerbitan Obligasi Pemerintah 2003-2009

4.1.3 Perkembangan Penerimaan Negara