Perkembangan Keuangan Pemerintah Gambaran Umum Variabel-Variabel Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Variabel-Variabel Penelitian

4.1.1 Perkembangan Keuangan Pemerintah

Tekanan eksternal berupa turbulensi nilai tukar dan tekanan internal akibat krisis ekonomi dan stabilitas politik yang terjadi pada tahun 1997 sangat mempengaruhi keuangan Pemerintah. Sampai triwulan kedua 199798 keuangan pemerintah masih mencatat surplus Rp.8 triliun. Akan tetapi, akibat dari depresiasi rupiah yang terus memburuk membuat performa perekonomian dipertengahan triwulan ketiga mengalami defisit akibat pengeluaran Pemerintah jauh melampaui total penerimaan Negara dan hibah. Pengeluaran Pemerintah membengkak akibat pembiayaan luar negeri dan amortisasi meningkat tajam akibat melemahnya kurs rupiah terhadap mata uang luar negeri, khususnya pembiayaan melalui dollar Amerika Serikat. Total utang luar negeri per Maret 1998 mencapai 138 milyar dollar AS. 72,5 milyar dollar AS adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek, di mana sekitar 20 milyar dollar AS jatuh tempo dalam tahun 1998. Sementara pada saat itu cadangan devisa hanya 14,44 milyar dollar AS. Terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang ditutup pada level Rp.4.850dollar AS pada tahun 1997, meluncur dengan cepat ke level Rp. 17.000dollar AS pada 22 Januari 1998, atau terdepresiasi lebih dari 80 persen. Universitas Sumatera Utara Pertumbuhan ekonomi yang sebelumnya tampil dengan rata – rata 7 per tahun, pada puncak krisis ekonomi tahun 1998 anjlok mencapai angka -13 dan inflasi yang meroket mencapai 77,63 serta pengangguran dan kemiskinan yang melonjak dengan sangat tajam. Pendapatan per kapita yang mencapai 1.155 dollarkapita tahun 1996 dan 1.088 dollarkapita tahun 1997 menciut menjadi 610 dollarkapita tahun 1998. Dua dari tiga penduduk Indonesia disebut Organisasi Buruh Internasional ILO dalam kondisi sangat miskin pada tahun 1999 jika ekonomi tidak segera membaik. Pada tahun 2002 terjadi defisit APBN untuk tahun buku 2003 sebesar 33,7 triliun rupiah. Pengeluaran Pemerintah semakin membengkak untuk pemulihan pembangunan akibat bom bali pada tahun 2002, dan tantangan kondisi moneter maupun pembayaran utang luar negeri. Sampai tahun 2005 APBN mengalami tekanan yang sangat berat. Tekanan berasal dari kenaikan harga minyak yang melebihi asumsi harga minyak mentah Indonesia yang sempat mencapai 69barel, jauh melebihi asumsi harga minyak yang digunakan dalam APBN serta depresiasi rupiah yang sangat tajam membuat defisit keuangan Pemerintah semakin membengkak. Tekanan lain berupa bencana Tsunami di Aceh dan Kepulauan Nias pada tahun 2004, membuat pemerintah memerlukan dana yang sangat besar untuk merehabilitasi NAD dan Nias. Sekitar US5,8 milyar dikucurkan dari anggaran untuk rehabilitasi tersebut. Universitas Sumatera Utara Untuk tahun anggaran 20062007, APBN diarahkan pada konsolidasi dan ketahanan fiskal yang berkelanjutan. Beberapa upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan penerimaan Negara dan hibah, meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja Negara, dan menurunkan rasio utang luar negeri secara bertahap. Disisi penerimaan Negara dan hibah, tahun 2007 mencapai Rp.694,09 triliun, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 659,12 triliun rupiah. Pada sisi belanja Negara mencapai 752,37 triliun rupiah yang mengakibatkan anggaran mengalami defisit 58,28 triliun rupiah. Pada tahun 2007, perekonomian Indonesia dibayangi oleh gejolak eksternal sebagai efek dari terjadinya krisis subprime mortgage di Amerika Serikat yang mempengaruhi perekonomian global. Untungnya perekonomian Indonesia masih dapat mencatat prestasi yang cukup baik, hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang masih positif, penurunan tingkat inflasi dan persentase angka pengangguran dalam negeri dan apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di Indonesia. Perekonomian Indonesia tahun 2008 secara umum mencatat perkembangan yang cukup baik ditengah terjadinya gejolak eksternal, pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1. Namun pelaksanaan APBN pada tahun 2008 tidak luput dari berbagai tantangan yang bersumber dari gejolak eksternal. Pada semester I-2008, APBN mengalami tekanan yang cukup kuat akibat meningkatnya harga minyak mentah dan komoditas pangan, membuat Pemerintah mengambil langkah-langkah untuk mengamankan pelaksanaan APBN 2008 dengan cara meningkatkan penerimaan domestik terutama dari pajak dan juga penerbitan obligasi. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2009 defisit APBN tercatat Rp.87,2 triliun atau 1,6 dari PDB. Dalam pembiayaan defisit APBN 2009, srategi yang ditempuh tetap diarahkan agar tidak memberikan tekanan bagi prospek kesinambungan fiskal. Strategi pembangunan tersebut antara lain dilakukan dengan memprioritaskan penerbitan Surat Berharga Negara di pasar domestik. Secara keseluruhan strategi itu mengakibatkan utang pemerintah dibanding dengan kapasitas perekonomian masih dalam tren menurun, yang tercermin pada menurunnya rasio utang pemerintah terhadap PDB dari 33 pada tahun 2008 menjadi 29 pada tahun 2009. Strategi pembiayaan juga didukung oleh realisasi APBN 2009 yang masih mencatat surplus pembiayaan Rp.38,1 triliun sehingga berpotensi mendukung sumber pembiayaan kedepan.

4.1.2 Perkembangan Penerbitan Obligasi Pemerintah