Uji Kesesuaian Test Goodness of Fit

4.2.1 Uji Kesesuaian Test Goodness of Fit

Berdasarkan hasil estimasi di atas, diperoleh nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,972 yang bermakna bahwa variabel Penerimaan Negara tahun sebelumnya, Pengeluaran Pemerintah, Pinjaman Luar Negeri Pemerintah dan suku bunga SBI mampu menjelaskan variasi terhadap Penerbitan Obligasi Pemerintah untuk kurun waktu Januari 2003 sampai Desember 2009 adalah sebesar 97,2 persen. Sedangkan sisanya sebesar 2,8 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model persamaan tersebut. Hasil uji simultan serempak dilakukan untuk melihat signifikansi secara bersama-sama variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat. Dari estimasi tersebut diperoleh nilai F – statistik sebesar 202,4315 yang lebih besar dari F – tabel sebesar 4,26 pada tingkat α= 1 persen, dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,01. Artinya secara bersama-sama variabel Penerimaan Negara tahun sebelumnya, Pengeluaran Pemerintah, Pinjaman Luar Negeri Pemerintah dan suku bunga SBI memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerbitan Obligasi Pemerintah. Pembahasan Penerimaan Negara tahun sebelumnya Nilai koefisien variabel penerimaan negara tahun sebelumnya bertanda negatif sesuai dengan hipotesis yaitu sebesar -1,563 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap 1 persen penerimaan negara tahun sebelumnya, maka penerbitan obligasi pemerintah akan mengalami penurunan sebesar 1,563 persen, Universitas Sumatera Utara ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hubungan antara penerimaan negara tahun sebelumnya dengan Penerbitan Obligasi Pemerintah adalah negatif. Semakin besar penerimaan negara tahun sebelumnya, maka Penerbitan Obligasi pemerintah akan semakin kecil. Dengan nilai probabilitas sebesar 0,0196 lebih kecil dari 0,05, maka variabel penerimaan negara tahun sebelumnya signifikan pada tingkat α = 5. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa penerimaan negara tahun sebelumnya merupakan variabel yang dapat menurunkan penerbitan obligasi pemerintah di Indonesia. Penerimaan Pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri sangat penting bagi keberhasilan proses pembangunan nasional, karena penerimaan Pemerintah terutama dari dalam negeri yaitu dari pajak dan non-pajak maupun dari migas dan nonmigas adalah untuk menutup pengeluaran rutin Pemerintah dan kalau ada sisanya dijadikan tabungan Pemerintah. Pembahasan Pengeluaran PemerintahNegara Nilai koefisien variabel pengeluaran pemerintah bertanda positif sesuai dengan hipotesis. Nilai koefisiennya sebesar 3,490 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap 1 persen pengeluaran negara, maka penerbitan obligasi pemerintah di Indonesia akan mengalami peningkatan sebesar 3,490 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hubungan antara Pengeluaran Pemerintah dengan Penerbitan Obligasi Pemerintah adalah positif atau searah. Semakin besar Pengeluaran Pemerintah semakin tinggi pula Penerbitan Obligasi pemerintah. Dengan nilai probabilitas sebesar 0,0001 lebih kecil dari 0,01, Universitas Sumatera Utara maka variabel penerimaan negara tahun sebelumnya signifikan pada tingkat α = 1. Variabel pengeluaran Negara mempunyai koefisien yang cukup besar dalam mempengaruhi penerbitan obligasi pemerintah. Hal ini disebabkan karena pengeluaran Negara sangat berperan dalam kemajuan ekonomi. Salah satu indikator untuk mengukur sejauh mana peran pemerintah lewat kebjakan fiskalnya didalam perekonomian adalah tren perkembangan jangka panjang dari rasio G-Y atau besarnya pengeluaran pemerintah sebagai persentase dari pendapatan nasional. Pentingnya pengeluaran pemerintah ini adalah untuk menggairahkan kembali perekonomian nasional. Besarnya pengeluaran pemerintah dipengaruhi oleh berbagai langkah kebijakan yang ditempuh Pemerintah dalam rangka pengelolaan keuangan negara dan stabilitas perekonomian seperti perbaikan pendapatan aparatur Pemerintah, penghematan pembayaran bunga utang dan pengalihan subsidi agar lebih tepat sasaran. Kenaikan pengeluaran Pemerintah terutama dari pos belanja pegawai yang dialokasikan untuk menaikkan gaji pegawai dan pensiunan. Selain itu lonjakan pengeluaran Pemerintah terjadi pada pos pembayaran bunga utang luar negeri dan dalam negeri. Perbedaan karakteristik yang paling mendasar antara pinjaman dari dalam dan luar negeri yaitu pada implikasi disaat pengembalian amortisasi. Universitas Sumatera Utara Pembahasan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah Variabel pinjaman luar negeri pemerintah bertanda negatif sesuai dengan hipotesis. Nilai koefisiennya sebesar -0,370 yang mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap 1 persen pinjaman luar negeri pemerintah, maka penerbitan obligasi pemerintah akan mengalami penurunan sebesar 0,370 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hubungan antara pinjaman luar negeri pemerintah dengan Penerbitan Obligasi Pemerintah adalah negatif. Semakin besar penerimaan negara tahun sebelumnya, maka Penerbitan Obligasi pemerintah akan semakin kecil. Nilai probabilitas sebesar 0,0000 lebih kecil dari 0,01, menunjukkan bahwa variabel pinjaman luar negeri pemerintah signifikan pada tingkat α = 1. Biasanya Pinjaman luar negeri yang diterima harus berjangka panjang dan dengan syarat-syarat yang ringan. Tujuan pemerintah melakukan pinjaman luar negeri adalah untuk pelengkap pembiayaan pembangunan yang diarahkan pada pembiayaan proyek-proyek yang memberi manfaat secara langsung bagi pengembangan industri dalam negeri serta mendorong perluasan lapangan kerja. Selain itu salah satu masalah dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi yang dihadapi negara berkembang termasuk Indonesia adalah keterbatasan modal dalam negeri. Dalam jangka pendek, pinjaman luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, akibat pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai dengan Universitas Sumatera Utara target yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi dalam jangka panjang, pinjaman luar negeri dapat menimbulkan permasalahan ekonomi pada banyak negara debitur. Di samping beban ekonomi yang harus diterima rakyat pada saat pembayaran kembali, juga beban psikologis politis yang harus diterima oleh negara debitur akibat ketergantungannya dengan bantuan asing. Pembahasan suku bunga SBI Nilai koefisien suku bunga SBI bertanda negatif sesuai dengan hipotesis. Nilai koefisiennya sebesar -0,233 mengandung arti bahwa setiap peningkatan terhadap 1 persen tingkat suku bunga SBI, maka penerbitan obligasi pemerintah di Indonesia akan mengalami penurunan sebesar 0,233 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hubungan antara suku bunga SBI dengan Penerbitan Obligasi Pemerintah adalah negatif. Semakin tinggi suku bunga SBI, maka Penerbitan Obligasi pemerintah akan semakin kecil. Dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0,0467 lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel suku bunga SBI signifikan pada tingkat α = 5. Selain sebagai piranti operasi pasar terbuka, penggunaan SBI pada dasarnya sama dengan penggunaan Treasury Bills T- Bills di pasar uang Amerika Serikat. Melalui penggunaan SBI tersebut, Bank Indonesia dapat secara tidak langsung mempengaruhi suku bunga di pasar uang dengan cara mengumumkan Stop Out Rate SOR. Universitas Sumatera Utara 4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Multikolinearitas