Uji Kesesuaian Test Goodness of Fit Definisi Operasional Variabel

Kemudian dibentuk dalam model ekonometrika dengan persamaan regresi linear berganda: LogPOP= α + α 1 LogPN t-1 + α 2 LogGE + α 3 LogPLNP + α 4 LogSBI + μ..…..................................................................................................................2 Dimana: POP = Penerbitan Obligasi Pemerintah dalam rupiah α = Intercept PN t-1 = Penerimaan negara tahun sebelumnya dalam rupiah GE = Pengeluaran Pemerintah dalam rupiah PLNP = Pinjaman Luar Negeri Pemerintah dalam rupiah SBI = Suku bunga SBI dalam persen α 1, α 2, α 3, α 4, = Koefisien Regresi μ = Error Term

3.6 Uji Kesesuaian Test Goodness of Fit

Uji kesesuaian dilakukan dengan cara : a. Penilaian terhadap koefisien determinasi R 2 , bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. b. Uji parsial t–test, bertujuan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Jika t hitung t tabel, maka H ditolak dan H 1 diterima. Signifikansi koefisien regresi secara parsial dapat juga diamati dari nilai Universitas Sumatera Utara probabilitas p-value. Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari  , maka Ho ditolak dan sebaliknya apabila nilai probabilitas lebih besar dari  , maka Ho diterima. c. Uji serempak f–test, bertujuan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara serempak. Jika F hitung F tabel, maka H ditolak dan H 1 diterima.

3.7 Uji Asumsi Klasik

Gujarati 2003 dalam Pratomo dan Hidayat 2007 mengemukakan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk suatu hasil estimasi regresi linier agar hasil tersebut dapat dikatakan baik dan efisien. Adapun asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain : 1. Model regresi adalah linier, yaitu linier dalam parameter. 2. Residual variabel pengganggu µ i mempunyai nilai rata-rata nol zero mean value of disturbance µ i . 3. Tidak ada autokorelasi antara variabel pengganggu µ i . 4. Jumlah data observasi harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah parameter yang akan diestimasi. 5. Tidak ada multikolinearitas. 6. Variabel pengganggu harus berdistribusi normal. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan kondisi tersebut di dalam ilmu ekonometrika, agar suatu model dikatakan lebih baik dan sahih, maka perlu dilakukan beberapa pengujian.

3.7.1 Uji Multikolinearitas

Dikenalkan oleh Ragnar Frisch 1934. Sebuah model regresi dikatakan terkena multikolinearitas apabila terjadi hubungan linier yang sempurna diantara beberapa atau semua variabel bebas dari suatu model regresi. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan besaran-besaran regresi yang didapat yaitu : 1. Korelasi antar variabel. Apabila nilai R yang dihasilkan dari hasil estimasi model empiris sangat tinggi, tetapi tingkat signifikansi variabel bebas sangat rendah tidak ada atau sangat sedikit variabel bebas yang signifikan berarti terdapat multikolinearitas antar variabel. 2 2. Menggunakan korelasi parsial. Apabila nilai R dari masing- masing variabel independen lebih kecil dari nilai R model berarti tidak terdapat masalah multikolinieritas antar variabel. 2 2

3.7.2 Uji Autokorelasi

Model regresi linier klasik mengasumsikan bahwa faktor pengganggu yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh faktor pengganggu pada pengamatan lainnya. Apabila ada gangguan antara anggota serangkaian observasi Universitas Sumatera Utara pada data runtun waktu maka akan muncul autokorelasi. Masalah autokorelasi biasanya muncul pada data time series. Dalam data tersebut, observasi diurutkan secara kronologis sehingga sangat memungkinkan terjadinya hubungan terutama bila selang waktu pengamatan sangat pendek Pratomo dan Hidayat, 2007. Cara mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Langrange Multiplier LM Test. Uji LM Test bertujuan untuk menguji autokorelasi dengan keberadaan variabel dependen yang diperlamban dengan menganalisis seberapa baik residu-residu yang diperlamban menjelaskan pada persamaan awal. Jika residu yang diperlamban signifikan dalam menjelaskan residu- residu time series, maka Ho ditolak yang berarti tidak ada autokorelasi atau apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari  maka hasil estimasi terbebas dari autokorelasi Sarwoko, 2005.

3.7.3 Uji Normalitas

Asumsi dalam OLS adalah nilai rata-rata dari faktor pengganggu µ i adalah nol. Untuk menguji apakah normal atau tidaknya faktor pengganggu, maka perlu dilakukan uji Normalitas dengan menggunakan Jarque–Berra Test J-B test. Kriterianya : 1. Apabila nilai 2 tabel 0,05 nilai Jarque Berra normality test statistic, maka µ berdistribusi normal. i 2. Apabila angka probability 0,05, maka data berdistribusi normal. Universitas Sumatera Utara

3.8 Definisi Operasional Variabel

1. Obligasi Pemerintah adalah surat pengakuan utang yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia untuk membiayai keperluan pemerintah yang menjanjikan pembayaran bunga secara periodik dan pembayaran pokok pada saat jatuh tempo, yang dinyatakan dalam rupiah. 2. Penerimaan negara adalah sejumlah anggaran yang diterima pemerintah melalui penerimaan pajak, bukan pajak dan hibah, yang dinyatakan dalam rupiah. 3. Pengeluaran Pemerintah adalah sejumlah anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia, baik dalam bentuk pengeluaran rutin dan pengeluaran untuk pembiayaan pembangunan, yang dinyatakan dalam rupiah. 4. Pinjaman luar negeri Pemerintah adalah setiap penerimaan pemerintah Indonesia baik devisa maupun non devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri, yang dinyatakan dalam rupiah. 5. Suku bunga SBI adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai balas jasa atas pembelian Sertifikat Bank Indonesia, yang dinyatakan dalam persen. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Variabel-Variabel Penelitian

4.1.1 Perkembangan Keuangan Pemerintah

Tekanan eksternal berupa turbulensi nilai tukar dan tekanan internal akibat krisis ekonomi dan stabilitas politik yang terjadi pada tahun 1997 sangat mempengaruhi keuangan Pemerintah. Sampai triwulan kedua 199798 keuangan pemerintah masih mencatat surplus Rp.8 triliun. Akan tetapi, akibat dari depresiasi rupiah yang terus memburuk membuat performa perekonomian dipertengahan triwulan ketiga mengalami defisit akibat pengeluaran Pemerintah jauh melampaui total penerimaan Negara dan hibah. Pengeluaran Pemerintah membengkak akibat pembiayaan luar negeri dan amortisasi meningkat tajam akibat melemahnya kurs rupiah terhadap mata uang luar negeri, khususnya pembiayaan melalui dollar Amerika Serikat. Total utang luar negeri per Maret 1998 mencapai 138 milyar dollar AS. 72,5 milyar dollar AS adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek, di mana sekitar 20 milyar dollar AS jatuh tempo dalam tahun 1998. Sementara pada saat itu cadangan devisa hanya 14,44 milyar dollar AS. Terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang ditutup pada level Rp.4.850dollar AS pada tahun 1997, meluncur dengan cepat ke level Rp. 17.000dollar AS pada 22 Januari 1998, atau terdepresiasi lebih dari 80 persen. Universitas Sumatera Utara