Medan untuk membangun gedung gereja sendiri. Tahun 1927 mulai dibangun HKBP Medan  dan  selesai  pada  tanggal  20  Mei  1928  yang  sekarang  dikenal  dengan  nama
HKBP Uskup Agung yang sekarang terletak di jalan Uskup Agung Sugiopranoto no
8, merupakan cikal bakal berdirinya HKBP Sudirman Medan.
Awalnya HKBP Medan dapat menampung para jemaatnya namun, hal ini tidak bertahan  lama  karena  semakin  banyaknya  orang  Batak  yang  merantau  ke  Medan
sehingga  tidak  dapat  lagi  menampung  jemaat  yang  akan  beribadah  pada  saat  itu, walaupun ibadah yang dilaksanakan sudah tiga kali tetap saja tidak mencukupi  untuk
menampung jemaat. Timbul pemikiran para jemaat HKBP Medan untuk membangun gedung  gereja  yang  baru  yang  lebih  besar,  Sehingga  pada  tahun  1952  di  bentuklah
Panitia Pembangunan.
3
Lokasi  HKBP  Sudirman  terletak  di  Jalan  Jendral  Sudirman  No.17A  Medan. Lokasi  HKBP  Sudirman,  memiliki  keunikan  tersendiri  karena  letaknya  yang  berada
di  pusat  kota  Medan  yang  merupakan  wilayah  administrasi  kota.  Lokasi  HKBP Sudirman  yang  berada  di  pusat  kota  dahulu  dijadikan  sebagai  tempat  tinggal  bagi
petinggi-petinggi  Belanda,  yang  pada  masa  itu  dijadikan  sebagai  daerah  elite.  Ada larangan  khusus  untuk  memasuki  daerah  pusat  kota  ini  pada  masa  Belanda  hanya
orang-orang yang  bertempat tinggal disitu yang boleh memasuki daerah ini. Setelah
3
Panitia Pembangunan ini,yang di ketuai oleh Bapak Sahala Simatupang untuk membangun gereja  HKBP  Sudirman  Medan  yang  sekarang.  Sahala  Simatupang  adalah  abang  dari  Jenderal  T.B.
Simatupang.,Yang pada saat itu menjabat sebagai kepala kantor Pos Medan.
Belanda  tidak  berkuasa  lagi  daerah  ini  masih  memiliki  keunikan  dan  yang  akhirnya dijadikan  sebagai  daerah  sentral  kota  yang  berpengaruh  di  bidang  ekonomi,  sosial,
dan budaya. Menurut  Rabinson  Tarigan,  lokasi  selalu  dikaitkan  dengan  alokasi  geografis
dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usahakegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi
berbagai  kegiatan  seperti  rumah  tangga,  pertokoan,  pabrik,  pertanian,  sekolah,  dan tempat  ibadah  tidaklah  asal  acak  berada  di  lokasi  tersebut,  melainkan  menunjukkan
pola dan susunan mekanisme yang dapat diselidiki dan dimengerti.
4
Lokasi HKBP Sudirman saat itu tidak terlepas dari dukungan, Mr.Jaidin Purba yang  merupakan  Walikota  Medan  yang  mendukung  pembangunan  gedung  gereja
HKBP Sudirman di pusat kota tepatnya Jl. Jenderal Sudirman. Hal ini dapat dikaitkan dari  sifat  orang  Batak  yang  ingin  selalu  menjadi  yang  terdepan,  sehingga  dalam
peletakan  tempat  ibadah  saja  mereka  menginginkan  tempat  yang  dapat  dilihat  oleh semua masyarakat seperti pidato Mr. Jaidin Purba.
5
Perlu diketahui bahwa Mr. Jaidin Purba yang merupakan salah satu jemaat HKBP Medan. Peran Mr. Jaidin membantu
memperoleh  tempat  atau  lokasi  dari  gereja  HKBP  Sudirman  yang  letaknya  di  Pusat Kota Medan saat ini.
4
Robinson Tarigan, 2005, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Medan: Bumi Aksara, hlm. 122.
5
“Ai boasa dipudipudi ? Ingkon jadi BOHI ni Kota Medan do Garejanta i, Ingkon di Pintu Gerbang ni K
ota Medan.”
Letaknya  yang  berada  di  pusat  kota  Medan,  Gereja  HKBP  Sudirman  ini menjadi salah satu Landmark
6
kota Medan. Hal lain yang membuat HKBP Sudirman menjadi  berbeda  dengan  HKBP  kebanyakan  di  Medan  karena  rumah-rumah
jemaatnya  tidak  berada  di  sekitar  gereja  HKBP  Sudirman,  melainkan  yang  terdapat disekeliling  HKBP  Sudirman  tersebut  adalah  instansi  pemerintahan  seperti  Yayasan
Pendidikan Harapan, Yayasan Pendidikan Immanuel  dan rumah sakit St. Elisabet. Selain  keberadaan  dari  gereja  HKBP  Sudirman  yang  tergolong  unik,  ada  daya
tarik  lain  yang  dimiliki  yaitu  keberadaan  dari  gedung  Sopo  Godang.
7
Keberadaan gedung  ini  masih  berada  satu  lokasi  dengan  HKBP  Sudirman.Dengan  terdapatnya
gedung Sopo Godong ini membutikkan bahwa kegiatan keagamaan dan adat istiadat dapat berjalan secara bersamaan di gereja HKBP Sudirman. Keberadaan gedung Sopo
Godong  ini  sangat  diperlukan  oleh  masyarakat  Batak  di  Medan.  Jika  kita  melihat kondisi  dari  pesta-pesta  yang  sering  dilakukan  oleh  masyarakat  Batak  yang
menggunakan  alat  musik  dan  pengeras  suara  yang  sangat  kuat.  Ini  sangat bertentangan dengan lingkungan sekitar yaitu Yayasan Pendidikan Harapan, Yayasan
Pendidikan,  rumah  sakit  St.  Elisabet,  karena  kedua  instansi  swasta  ini  sangat membutuhkan  suasana  yang  tenang  dan  nyaman  untuk  melakukan  proses  kegiatan
mereka.
6
Landmark  adalah  titik  pedoman  obyek  fisik.  Berupa  fisik  natural  yaitu  gunung,  bukit  dan fisik buatan seperti menara, gedung, sculpture, kubah dan lain-lain sehingga orang bisa dengan mudah
mengorientasikan diri di dalam suatu kota atau kawasan.
7
Sopo Godong adalah gedung serbaguna  yang biasanya digunakan oleh masyarakat Batak di kota Medan untuk melakukan kegiatan adat istiadat. Seperti, pernikahan, pertunangan dll.
Melihat kondisi kegiatan yang dilakukan di Gedung Sopo Godong ini, jauh dari kata ketidaknyamanan untuk kedua instansi swasta ini, tetapi HKBP Sudirman tetap
dapat  menjalin  hubungan  yang  baik  untuk  kedua  instansi  ini.  Ini  terlihat  dari hubungan  mereka  masih  saling  menghormati  walaupun  kedua  instansi  ini  berbeda
dengan HKBP Sudirman. Lokasi dan kondisi dari HKBP Sudirman yang sulit dijangkau oleh sebahagian
orang,  tidak  membuat  HKBP  Sudirman  kehilangan  jemaat  atau  orang-orang  yang akan  beribadah  tetapi  hal  tersebut  yang  digunakan  HKBP  Sudirman  untuk  menarik
dan menjadikan gereja tersebut untuk tetap di kunjungi oleh jemaat. Penelitian ini dimulai pada tahun 1954 karena pada tahun ini HKBP Sudirman
berdiri,  dan  pada  tahun  2000  sebagai  akhir  penelitian  ini  karena  selama  46  tahun berdiri  HKBP  Sudirman  telah  memiliki  banyak  perubahan  dan  memberikan  banyak
pengaruh  seperti  berkembangnya  gereja-gereja  kesukuan  di  Medan,  kehidupan anggota semakin baik, dapat mempertahan secara bersamaan antara adat istiadat dan
agama,  menciptakan  kegiatan  sosial  yang  membantu  banyak  orang.  Bahkan  HKBP Sudirman  mampu  menjadi  wajah  gereja-gereja  kesukuan,  mampu  menciptakan
kondisi  dan  situasi  yang  serasi  terhadap  lingkungan  sekitar  walaupun  adanya perbedaan  terhadap  instansi  atau  orang-orang  yang  berada  disekitaran  HKBP
Sudirman Medan. Kajian  ini  memberikan  inspirasi  bagi  penulis  bahwa  organisasi  keagamaan  di
samping  bertujuan  dogmatis  juga  bertujuan  di  bidang  lain  khususnya  sosial  dan budaya.  Kajian  ini  juga  memperlihatkan  bahwa  lokasi  atau  letak  suatu  gereja  dapat
berpengaruh besar bagi kegiatan yang terjadi baik itu sosial dan  budaya dan kondisi
anggotanya.  Penulis  tertarik  untuk  melakukan  penelitian  dengan  judul  HKBP Sudirman di Kota Medan 1954-2000.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar  belakang  yang  telah  dikemukakan  sebelumnya,  untuk mempermudah  penulis  dalam  melakukan  penelitian  ini,  maka  penulis  perlu
membatasi  masalah  yang  dibahas,  maka  pokok  permasalahan  yang  dibahas  sebagai berikut :
1. Mengapa lokasi gereja HKBP Sudirman teletak di pusat kota? 2. Bagaimana minat atau atensi dari jemaat terhadap HKBP Sudirman 1954-2000 ?
3.  Bagaimana  respon  dari  lingkungan  sekitar  terhadap  keberadaan  Sopo  Godang HKBP Sudirman Medan 1954-2000 ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. TujuanPenelitian
Setiap  penelitian  yang  dilakukan  pasti  memiliki  tujuan  dan  manfaat  yang dicapai.  Pada  dasarnya  penelitian  ini  bertujuan  untuk  menjawab  permasalahan  yang
telah dirumuskan. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1.
Menjelaskan lokasi gereja HKBP Sudirman terletak di pusat kota Medan.
2. Menjelaskan  minat  atau  atensi  dari  jemaat  terhadap  HKBP  Sudirman
Medan tahun 1954-2000. 3.
Menjelaskan  respon  dari  lingkungan  sekitar  terhadap  keberadaan  HKBP Sudirman Medan 1954-2000.
b. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian secara teoritis adalah: 1.
Dapat  mengetahui  kondisi  keberadaan  HKBP  Sudirman  Medan  tahun 1954-2000.
2. Hasil  penelitian  ini  nantinya  dapat  dijadikan  sebagai  referensi  bagi
pengembangan  penelitian  yang  terkait  dengan  perkembangan  HKBP  di Kota Medan khususnya HKBP Sudirman.
Di  sisi  lain,  penelitian  ini  juga  berguna  untuk  memecahkan  permasalahan praktis.  Semua  lembaga  yang  bisa  kita  jumpai  di  masyarakat  seperti  lembaga
pemerintahan  atau  pun  lembaga  swasta,  sadar  akan  manfaat  tersebut  dengan menepatkan  suatu  penelitian  dan  juga  pengembangan  sebagai  bagian  dari  integral
organisasi mereka. Ada pun manfaat Praktis dari penelitian ini adalah: 1.
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam hal-hal yang berkaitan dengan Sejarah Gereja HKBP di Medan.
2. Memberikan  pengalaman  bagi  peneliti  cara  melaksanakan  sebuah
penelitian, sehingga nantinya dapat melakukan penelitian yang lebih baik.
3. Sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana oleh peneliti.
4. Bisa  mengatasi  maupun  menjawab  persoalan  yang  sedang  dihadapi  oleh
gereja-gereja HKBP di Medan.
1.4 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dibuat untuk mendekatkan peneliti dengan informasi tertentu yang tentunya relevan dengan topik atau objek yang diteliti. Pendapat yang berbeda-
beda  yang  menyangkut  sejauh  mana  tinjauan  pustaka  perlu  dilaksanakan.  Adapun realisasi tindakan  ini yaitu dengan memberikan prioritas kepada sejumlah buku atau
artikel  yang  memberikan  gagasan  yang  reprensentatif  dengan  objek  yang diteliti.
8
Seorang  penulis  sejarah  harus  dilengkapi  dengan  perlengkapan  pendekatan multidimensional  yaitu  konsep  dan  teori  ilmu  sosial  seperti  sosiologi,  antropologi,
politik,  ekonomi  dan  psikologi.  Berguna  untuk  mengungkapkan  peristiwa  sejarah yang  lebih  mendalam.  Adapun  buku  yang  di  kemukakan  dalam  mendukung
penelitian ini yang relevan dengan tema penelitian ini adalah:
T.M Napitupulu, dkk dalam 100 Tahun HKBP Medan 2012 membahas sejarah catatan objektif tentang peristiwa yang dialami oleh seseorang, keluarga, masyarakat,
bangsa,  organisasi  atau  gereja.  Buku  ini  juga  memberi  gambaran  awal  mengenai masuknya  HKBP  di  Medan,  perkembangannya  hingga  saat  ini.  Buku  ini  juga
8
James  A.  Black,  Dean.  J.  Champion,  2001.  Metode  dan  Masalah  Penelitian  Sosial, E.Koswara, EtcTerj, Bandung: Refika Aditama, hlm. 94