Konflik di antara Jemaat HKBP Sudirman dan Penyelesaiannya

melakukan rekonsiliasi dengan langkah awal membentuk tim untuk membicarakan rekonsiliasi antara kedua jemaat ini. Kedua tim yang dimaksud adalah sebagai berikut, Tim perunding Jemaaat yang berkebaktian di Sekolah Immanuel adalah: 1. Prof.Dr. D.P Tampubolon Ketua 2. St. dr. Tumpal Napitupu, MPA 3. St. Prof. Dr. Gani W. Tambunan 4. St. Ir. B.P Tambunan 5. St. Drs. P.W. Sidabutar 6. Prof.Dr. M. Butar-butar 7. Janner Hutasoit Tim perunding HKBP Sudirman Medan adalah: 1. St. Prof. Dr.H. Hutapea, SpOG Ketua 2. St. Dr. S.B. Simanjuntak 3. St. A.M.P. Tambunan, SpAP 4. St. Drs. W.P. Manurung 5. St. A.N. Sidauruk 6. Letkol Parlin Pasaribu 7. St. Ir. J.K. Pangaribuan Masing-masing tim terbentuk pada tanggal 15 Juni 1998 dan tanggal 17 Juni 1998. 40 Hasil puncak dari kedua tim perundingan ini tercapai pada tanggal 1 Juli 40 Horion Parlindungan Sitompul, 100 Tahun Gereja HKBP Medan, Medan: Univesitas Negeri Medan, 2012. hlm. 47. 1998, yaitu: Jemaat HKBP yang berkebaktian di sekolah Immanuel untuk sementara waktu tetap melaksanakan kebaktian di sekolah Immanuel tersebut. Jemaat HKBP Sudirman tetap bergereja di HKBP Jl. Jenderal Sudirman Medan No. 17 A Medan, mereka sepakat untuk kebaktian dalam damai dan kasih Kristiani. Dalam kesepakatan itu disebutkan juga antara lain: 1 secara administrasi dan keungan kedua jemaat ini terpisah hingga rekonsiliasi HKBP keseluruhan tercapai; 2 pelayanan liturgi kebaktian Minggu dilaksanakan secara berbagi tugas pada pelayanan-pelayanan kedua pihak; yang berkhotbah bergiliran untuk kebaktian pagi dan sore. Kesepakatan ini berjalan dengan baik hingga rekonsiliasi HKBP keseluruhan diadakan.Perlu dicatat bahwa rekonsiliasi kedua jemaat HKBP Sudirman Medan ini juga memberi dampak untuk mendorong percepatan rekonsiliasi HKBP secara keseluruhan karena akibat konflik dualisme pemilihan ephorus menyebabkan HKBP mengalami konflik berkepanjangan di seluruh HKBP di Indonesia. Saran-saran dan desakan untuk rekonsiliasi HKBP secara keseluruhan terus berdatangan dari berbagai pihak, baik dari dalam HKBP sendiri maupun dari pihak luar terutama dari gereja-gereja mitra didalam dan di luar negeri.Hampir semua pihak berdoa dan berusaha agar rekonsiliasi dapat terealisasikan. Doa dan usaha tersebut membuahkan hasil, sehingga pada tanggal 17 November 1998, Ephorus Pdt. Dr. SAE Nababan dan pejabat ephorus Pdt. Dr. JR. Hutahuruk menandatangani kesepakatan bersama di gereja HKBP Sudirman Medan. Isi pokok kesepakatan ialah mengadakan sinode agung bersama kemudian disebut Sinode Agung Rekonsiliasi HKBP pada tanggal 18-20 Desember 1998, dengan acara pokok pemilihan Ephorus, sekretaris jenderal, anggota-anggota majelis pusat, dan para Praeses HKBP yang baru.Sesuai dengan kesepakatan ini maka sinode godang di laksanakan di Aula FKIP Universitas Nommensen, di Pematang Siantar. 41 Sinode ini berlangsung dengan baik dan berhasil memilih pimpinan baru HKBP untuk periode 1998-2004.Dengan terpilihnya pemimpin baru dan telah terlaksanakan rekonsiliasi ini maka krisis HKBP akhirnya terselesaikan. Setelah konflik HKBP selesai secara keseluruhan, jemaat HKBP Sudirman dan jemaat yang beribadah di sekolah Immanuel melanjutkan rekonsiliasi lanjutan. Dengan memutuskan bahwa jemaat yang beribadah di sekolah Immanuel akan menepati gedung gereja yang lama yang terletak di jalan Uskup Agung Sugiopranoto no 8. Maka usul peresmian gedung gereja yang lama ini disampaikan kepada pemimpin HKBP di Pearaja. Pimpinan HKBP menyetujui usul itu, dan ephorus mengeluarkan surat keputusan No. 0025L.08I2000 tanggal 16 Januari 2000 42 yang menetapkan HKBP Uskup Angung Sugiopranoto menjadi gereja HKBP dan sekaligus menjadi Ressort Medan Kota. Hal ini di umumkan di gereja HKBP Sudirman Medan melalui warta jemaat, maka pada tanggal 16 Januari 2000 resmilah HKBP Uskup Agung Sugiopranoto Ressort Medan Kota, dan para jemaat yang 41 Pdt. Dr. J.R. Hutahuruk, Almanak HKBP tahun 2000, Pearaja Tarutung : Kantor Pusat HKBP, 2000, hlm. 322. 42 Ibid. hlm. 49. menempati gereja ini adalah jemaat-jemaat yang telah memisahkan diri akibat konflik. 43 Disini terlihat bagaimana peran dari jemaat dan gereja HKBP Sudirman Medan sebagai pelopor penyelesaian konflik di seluruh HKBP pada saat itu, dan menyelesaikan konflik di kalangan jemaatnya yang terpecah.Peran yang besar dan keperdulian dari jemaat HKBP Sudirman inilah yang dilihat oleh banyak orang sehingga mampu menimbulkan minat yang besar untuk bergabung dan beribadah di HKBP Sudirman Medan.Walaupun di awal-awal terjadinya perpecahan jemaat di gereja HKBP Sudirman Medan membuat minat jemaat berkurang karena keadaan jemaat yang tidak kondusif lagi dan banyak pertentangan di antra jemaat yang berselisih paham pada saat itu. Tetapi setelah dilakukannya rekonsiliasi oleh HKBP Sudirman Medan maka minat dari jemaat yang awalnya sempat menurun kembali lagi meningkat. 43 Horion Parlindungan Sitompul, op.cit., hlm. 49. BAB IV RESPON LINGKUNGAN SEKITAR TERHADAP KEBERADAAN HKBP SUDIRMAN MEDAN Bab ini merupakan penjelasan dari bagaimana respon masyarakat Batak di kota Medan melihat keberadaan HKBP Sudirman yang memiliki ciri khas tersendiri dari segi lokasi. Selain itu juga Bab ini akan membahas bagaimana HKBP Sudirman menjalankan fungsinya sebagai tempat beribadah dan tempat melakukan adat istiadat. Respon dari lingkungan sekitar terhadap keberadaan HKBP Sudirman dan Sopo Godang dengan adanya perbedaan fungsi dan keyakinan, dan bagaimana HKBP Sudirman dapat menciptakan dan mempelihara hubungan baik terhadap lingkungan sekitar yang memiliki perbedaan fungsi dan keyakinan.

4.1. Proses Terjadinya Respon

Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan reaction. Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan tertentu. Respon juga dapat di artikan gambaran ingatan dan pengamatan 55 yang mana objek yang telah di amati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. 44 Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu . 45 Dari beberapa pengertian respon di atas dapat diambil kesimpulan, respon itu bermula dari adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan kesan sehingga menjadi kesadaran yang dapat dikembangkan pada masa sekarang atau pun menjadi antisipasi pada masa yang akan datang. Jadi jelaslah pengamatan merupakan modal dasar dari respon, sedangkan modal dari pengamatan adalah alat indera yang meliputi penglihatan dan penginderaan. Dalam hal terjadinya respon ada beberapa gejala yang dapat kita ketahui, mulai dari yang paling berperan dengan yang tidak terlalu berperan pada pengamatan. Pengamatan, yakni kesan-kesan yang diterima sewaktu perangsang mengenai indera dan perangsangnya masih ada. Pengamatan ini adalah produk dari kesadaran dan pikiran yang merupakan abtraksi yang dikeluarkan dari arus kesadaran. Bayangan pengiring, yaitu bayangan yang timbul setelah kita melihat sesuatu warna. Bayangan pengiring itu terbagi menjadi dua macam, yaitu bayangan pengiring positif yakni bayangan pengiring yang sama dengan warna objeknya, serta bayangan pengiring negatif adalah banyangan pengiring yang tidak sama dengan warna objeknya melainkan seperti warna komplemen dari warna objek. Karena respon merupakan 44 Abu Ahmadi, 1992,Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 62. 45 Alex Sobur, 2003,Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 445. bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Respon diperoleh dari penginderaan dan pengamatan. 46 Dari hal yang telah di jelaskan dapat ditarik kesimpulan proses terjadinya respon adalah pertama indera mengamati objek tertentu, setelah itu muncul banyangan pengiring yang berlangsung sangat singkat sesaat sesudah perangsang berlalu setelah bayangan perangsang muncul kemudian muncul tanggapan dan pengertian. Proses respon pasti membutuhkan alat indera untuk mempermudah pengamatan, karena bagaiamana kita akan merespon sesuatu hal jika alat indera tidak berfungis secara baik. Maka dari itu alat indera sangat dibutuhkan dalam proses respon. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respon seperti, yang pertama diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya. Kedua, Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindakan-tindakan, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang, dan yang ketiga, faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang. 47 Setelah kita memahami apa itu respon, bagaimana proses respon dapat terbentuk. Disini kita juga akan melihat respon dari anggota jemaat HKBP Sudirman, 46 Sumadi Suryabrata,2005,Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 38. 47 Agus Sujanto,1993,Psikologi Umum, Jakarta: Aksara baru, hlm 32.