SIGNIFICANT AGREEMENTS continued PT. Nippon Indosari Corpindo - Sari Roti AR SARI ROTI 2016

language. PT NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tanggal 31 Desember 2016 dan untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal tersebut Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain PT NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk AND ITS SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2016 and for the Year Then Ended Expressed in rupiah, unless otherwise stated 68 32. ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN lanjutan 32. FINANCIAL ASSETS AND LIABILITIES continued Nilai wajar didefinisikan sebagai jumlah dimana instrumen tersebut dapat dipertukarkan di dalam transaksi terkini antara pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan yang memadai melalui suatu transaksi yang wajar, bukan dalam penjualan yang dipaksakan atau penjualan likuidasi. Fair value is defined as the amount at which an instrument could be exchanged in a current arm’s length transaction between knowledgeable willing parties, other than in a forced or liquidation sale. Kelompok Usaha menggunakan hierarki berikut ini untuk menentukan nilai wajar instrumen keuangan: • Tingkat 1: Nilai wajar diukur berdasarkan pada harga kuotasi tidak disesuaikan dalam pasar aktif untuk aset atau liabilitas sejenis. • Tingkat 2: Nilai wajar diukur berdasarkan teknik-teknik valuasi, dimana seluruh input yang mempunyai efek yang signifikan atas nilai wajar dapat diobservasi baik secara langsung maupun tidak langsung. • Tingkat 3: Nilai wajar diukur berdasarkan teknik-teknik valuasi, dimana seluruh input yang mempunyai efek yang signifikan atas nilai wajar tidak berdasarkan data pasar yang dapat diobservasi. The Group uses the following hierarchy for determining the fair value of financial instruments: • Level 1: Fair values measured based on quoted prices unadjusted in active markets for identical assets or liabilities. • Level 2: Fair values measured based on valuation techniques for which all inputs which have a significant effect on the recorded fair values are observable, either directly or indirectly. • Level 3: Fair values measured based on valuation techniques for which inputs which have a significant effect on the recorded fair values are not based on observable market data. Semua instrumen keuangan pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 di dalam laporan posisi keuangan konsolidasian dicatat pada biaya perolehan diamortisasi. Metode-metode dan asumsi-asumsi di bawah ini digunakan untuk mengestimasi nilai wajar untuk masing-masing kelas instrumen keuangan: All financial instruments as of December 31, 2016 and 2015 in the consolidated statement of financial position are carried at amortized cost. The following methods and assumptions are used to estimate the fair value of each class of financial instruments: a. Aset dan liabilitas keuangan jangka pendek a. Short-term financial assets and liabilities Nilai wajar dari instrumen keuangan jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau kurang diasumsikan sama dengan nilai tercatatnya karena bersifat jangka pendek. The fair value of short-term financial instruments with maturities of one year or less are assumed to be the same as their carrying amounts due to their short-term nature. b. Aset dan liabilitas keuangan jangka panjang b. Long-term financial assets and liabilities Nilai wajar dari instrumen keuangan jangka panjang diasumsikan sama dengan jumlah pokok terutangnya karena instrumen keuangan tersebut tidak mempunyai persyaratan pembayaran yang pasti walaupun tidak diharapkan untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan. Nilai wajar dari utang obligasi ditentukan dengan mendiskonto arus kas masa depan menggunakan tingkat diskonto yang berasal dari transaksi pasar yang dapat diobservasi yang mempunyai syarat, risiko kredit dan periode jatuh tempo yang sama The fair values of long-term financial instruments are assumed to be the same as their original principal amounts because they have no fixed repayment terms although they are not expected to be settled within 12 twelve months after the reporting period. The fair value of bonds payable is determined by discounting future cash flows using applicable rates from observable current market transactions for instruments with similar term, credit risk and remaining maturities. language. PT NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tanggal 31 Desember 2016 dan untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal tersebut Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain PT NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk AND ITS SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS As of December 31, 2016 and for the Year Then Ended Expressed in rupiah, unless otherwise stated 69

33. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN

33. FINANCIAL RISK MANAGEMENT OBJECTIVES AND POLICIES

Risiko utama dari instrumen keuangan Kelompok Usaha adalah risiko pasar termasuk risiko mata uang asing dan risiko harga komoditas, risiko kredit serta risiko likuiditas. Direksi Perusahaan menelaah dan menyetujui kebijakan untuk mengelola masing- masing risiko ini, seperti dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: The main risks arising from the Group’s financial instruments are market risk including foreign currency risk and commodity price risk, credit risk and liquidity risk. The Board of Directors reviews and approves policies for managing each of these risks, as further described as follows: a. Risiko mata uang asing a. Foreign currency risk Mata uang pelaporan Kelompok Usaha adalah rupiah. Kelompok Usaha menghadapi risiko nilai tukar mata uang asing karena harga beberapa pembelian utamanya ditentukan dalam mata uang asing atau harganya secara signifikan dipengaruhi oleh pergerakan dari harga acuan dalam mata uang asing terutama dolar AS dan yen Jepang seperti kuotasi dari pasar internasional. Apabila terdapat pembelian oleh Kelompok Usaha dalam mata uang selain mata uang fungsional Kelompok Usaha, maka Kelompok Usaha menghadapi risiko mata uang asing. The Group’s reporting currency is the rupiah. The Group faces foreign exchange risk as the costs of certain key purchases are either denominated in foreign currencies or whose price is significantly influenced by their benchmark price movements in foreign currencies mainly U.S. dollar and Japanese yen as quoted in the international markets. To the extent that the purchases of the Group are denominated in currencies other than its functional currency, the Group will have an exposure to foreign currency risk. Kelompok Usaha tidak mempunyai kebijakan lindung nilai yang formal untuk mengatasi risiko pertukaran mata uang asing. Akan tetapi, Kelompok Usaha menjaga transaksi dan saldo dalam mata uang asing pada tingkat yang minimum untuk membatasi risiko mata uang asing. The Group does not have any formal hedging policy for foreign exchange exposure. However, the Group maintains transactions and balances in foreign currencies at a minimum level in order to minimize foreign exchange exposure. Pada tanggal 31 Desember 2016, jika nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemahmenguat sebanyak 10 dengan semua variable lain dianggap konstan, laba sebelum pajak penghasilan pada tanggal 31 Desember 2016 akan lebih tinggirendah sebesar Rp3 miliar terutama sebagai akibat keuntungankerugian translasi setara kas dan utang lain-lain. As of December 31, 2016, had the exchange rate of the rupiah against the United States dollar depreciatedappreciated by 10 with all other variables held constant, profit before income tax as of December 31, 2016 would have been Rp3 billion higherlower, mainly as a result of foreign exchange gainslosses on the translation of cash equivalents and other payables. b. Risiko harga komoditas b. Commodity price risk Dampak risiko harga komoditas yang dihadapi Kelompok Usaha terutama sehubungan dengan pembelian bahan baku utama seperti tepung terigu dan coklat. Harga bahan baku tersebut secara langsung dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas serta tingkat permintaan dan penawaran di pasar. The Group’s exposure to commodity price risk relates primarily to the purchase of major raw materials, such as wheat flour and chocolate. The prices of these raw materials are directly affected by commodity price fluctuations and the level of demand and supply in the market.