Aspek Sosial Budaya Analisis Hasil AHP

97 merusak hutan. Salah satu contohnya adalah penerapan penanaman tanaman keras pada bidang lahan seperti Suren, Kopi, Mindi dan sebagianya. Selanjutnya upaya peternakan dapat dikembangkan pemanfaatan Biogas mini setiap kepala keluarga yang mempunyai ternak sapi, sehingga kebutuhan akan kayu bakar yang diambil dari kawasan dapat berkurang. Hal ini sama dengan mengurangi tekanan terhadap kawasan akan kebutuhan kayu bakar di dalam hutan. Alternatif kelima adalah Pengamanan Swakarsa Masyarakat, alternatif ini guna mendukung kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam upaya pengamanan dan perlindungan kawasan baik dalam ancaman kerusakan alami seperti kebakaran hutan dan ancaman penebangan dan pencurian kayu dihutan. Analisis pada aspek lingkungan dengan 5 alternatif ini mempunyai nilai inconsistency ratio 0,09 ≤0,1, yang berarti analisis ini dapat diterima.

C. Aspek Sosial Budaya

Keluaran dari hasil AHP pada analisis dalam aspek sosial budaya terhadap alternatif yang dipilih untuk mencapai strategi pelestarian pemanfaatan mata air Tuk Babon dan Tuk Pakis bersama masyarakat lokal sebagaimana dalam Gambar 4.23. 98 Gambar 4.23. Hasil Keluaran AHP pada Analisis Aspek Sosial Budaya Aspek Sosial Budaya memunyai nilai bobot kedua setelah aspek lingkungan. Aspek sosial budaya merupakan bagian aspek yang menjadi pertimbangan dengan latar belakang dan seni budaya dan masih kuatnya nuansa keyakinan terhadap ritual tahunan dan budaya yang menyertai dalam pengelolaan mata air. Upacara adat ritual tahunan “Meteri Tuk” menjadi sebuah agenda rutin yang dari sisi internal masyarakat menjadi sebuah keharusan yang memperkuat pembangunan dan pengembangan desa. Gambar 4.23 menunjukkan analisis aspek sosial budaya mempunyai alternatif Budaya dan Alam merupakan alternatif dengan nilai bobot tertinggi yaitu 0,531. Alternatif Budaya dan Alam adalah sebuah upaya menggabungkan antara budaya adat ritual “Meteri Tuk” dan adat yang lain yang diselenggarakan dengan tetap mengedepankan nuansa pelestarian alam. Salah satu contohnya adalah ritual diiringi dengan penanaman pohon di sekitar mata air, penyelenggaraan wayang kulit dengan tema bernuansa konservasi alam. Alternatif kedua adalah Budaya Node: 20000 Compare the relative IMP ORTA NCE with respect to: S OS B UD GOA L Bud Sos OGR PERDES Bud Alam 4,0 2,9 3,7 Bud Sos 2,9 3,1 OGR 1,4 Row element is __ t imes mor e t han column element unless enclosed in Abbreviation Definition Goal S trategi P elestarian Mata A ir S OS B UD P elestarian Mata A ir dalam A spek S osial B udaya B ud A lam B udaya dan K elestarian alam guna memaksimalkan peran budaya adat B ud S os B udaya dan Fungsi S osial upaya kebersamaan, gotong royong dsb OGR Organisasi dan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan MA P E RDE S P eraturan Desa pengelolaan MA mendukung sosbud dan kelestarian B ud A lam ,531 B ud S os ,247 OGR ,125 P E RDE S ,097 Inconsistency Ratio =0,08 Strategi Pelestarian Mata Air 99 dan Sosial dengan nilai bobot 0,247; adalah upaya pelestarian mata air melalui kebudayaan yang mampu memperkuat keterikatan sosial, gotong- royong, kelembagaan atau kebersamaan, sehingga memperkuat budaya dan adat yang berguna memperkuat sosial masyarakat. Alternatif ketiga adalah Organisasi atau kelembagaan pengelolaan mata air mempunyai nilai bobot 0,125. Alternatif ini menjadi sebuah upaya untuk memperkuat pengelolaan dengan membentuk kelembagaan pengelolaan mata air. Diharapkan lembaga yang dibentuk “dari, oleh dan untuk” masyarakat mampu memperkuat pengelolaan mata air secara menyeluruh sehingga upaya pelestarian dapat tercapai. Alternatif terendah nilai bobotnya adalah Peraturan desa dengan nilai bobot 0,097 menunjukkan bahwa peraturan desa diharapkan ada namun, hingga saat ini pengelolaan mata air dapat berjalan dengan peraturan tidak tertulis, kesepakatan antar warga menjadi sebuah bukti fungsi sosial dan budaya lebih mendominasi pemanfaatan mata air oleh masyarakat. Disisi lain untuk pengelolaan ke depan, peraturan desa perlu dibuat sehingga kemungkinan benturan dan perselisihan dapat diminimalkan. Analisis pada aspek sosial budaya dengan 4 alternatif ini mempunyai nilai inconsistency ratio 0,08 ≤ 0,1, yang berarti analisis ini dapat diterima.

D. Aspek Ekonomi