Masyarakat Lokal dan Taman Nasional Gunung Merbabu

66 penanaman di sekitar sumber. Salah satu aspek yang menyebabkan kurang berhasilnya upaya pengelolaan adalah tidak melibatkan masyarakat lokal dalam mata rantai pengambilan keputusan yang semestinya memberdayakan potensi masyarakat lokal Hadi, 2009. Berdasarkan silkus dan keterkaitan antara mata air dan ekosistem hutan yang ada, maka perlu dilakukan kaidah keseimbangan alam untuk pemanfaatan yang lestari dan berkelanjutan. Jika ada manfaat yang diperoleh dari mata air, maka pengguna semestinya memberikan sesuatu yang mendukung keberlangsungan dari mata air. Salah satu manfaat intangible hutan yaitu fungsi hidrologis hutan sebagai pengatur tata air yang menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas air. Dengan demikian sumber-sumber air yang berada di sekitar kawasan konservasi merupakan fungsi dari keberadaan hutan Nurfatriani, 2010. Upacara ritual tahunan “Meteri Tuk” diikuti dengan ceremonial penanaman pohon di sekitar mata air. Namun kesadaran akan perlindungan secara ekosistem disekitar belum terbangun. Penanaman dilakukan dalam lingkup sekitar mata air. Selain itu kepedulian dalam lingkungan sekitar permukiman warga belum menunjukkan kepedulian terhadap perlindungan lingkungan sekitar. Pola tanam di lahan pertanian warga dilakukan tanpa memperdulikan konservasi lahan, baik dari sistem tanam, maupun jenis tanamannya. Masyarakat yang bukan petani juga menganggap pelestarian mata air adalah dengan mengadakan upacara tahunan tersebut.

4.3.3 Masyarakat Lokal dan Taman Nasional Gunung Merbabu

Titik lokasi Tuk Babon dan Tuk Pakis yang berada di dalam kawasan taman nasional perlu dikaitkan dengan sistem zonasi dalam konsep pengelolaannya. Pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat seperti penggunaan mata air, pemanfaatan hijauan makanan ternak rumput pakan ternak dari dalam kawasan, adalah bagian dari aspek pemanfaatan kawasan konservasi. Oleh karena itu dalam pengelolaanya 67 wilayah yang dimanfaatkan dapat dijadikan zona pemanfaatan tradisional atau zona khusus. Balai Taman Nasional Gunung Merbabu telah menyusun Rencana Zonasi yang diajukan pada tahun 2011 kepada Kementerian Kehutanan Gambar 4.10. Mata air Tuk Babon dan Tuk Pakis dalam rencana zonasi yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Merbabu sebagaimana pada Gambar 4.11. Rencana zonasi ini masih dalam tahap pengusulan untuk ditetapkan sebagai bagaian dari pengelolan taman nasional. Posisi kedua tuk ini berada di zona pemanfaatan. Namun dapat pula dikembangkan menjadi zona pemanfaatan tradisonal khusus yang mengedepankan kearifan lokal atau budaya setempat. 68 Gambar 4.10 Peta Rencana Zonasi Taman Nasional Gunung Merbabu 68 69 7 °2 9 4 7 °2 8 3 7 °2 7 2 Magister I lmu Lingkungan Angkt. 27 Akhmadi 21080110400002 Peta Situasi Juwangi Ampel Selo Musuk Simo Kemusu Sambi KlegoAndong Wonosegoro Cepogo Nogosari Teras Ngemplak Mojosongo Boyolali Karanggede Sawit Banyudono 7 °3 7 °1 5 7°3 7°1 5 110°30 110°45 110°30 110°45 Kab. Semarang Kab. Klaten Kab. Sragen U T B S SKALA 1 : 40.000 PETA ZONASI VERSI I I TN MERBABU DI DESA PENGGUNA SUMBER AI R Peta Rencana Zonasi Taman Nasional Merbabu Sumber Peta : Keterangan : U U Jeruk Selo Ngagrong Lencoh Samiran Candisari Tarubatang Selo Tuk Pakis Tuk Babon Zona Inti II Zona Pemanfaatan Zona Rimba Desa Pengguna Sumber Air 7°2 94 7°2 83 7°2 72 110°2540 110°2650 110°2800 110°2910 110°2540 110°2650 110°2800 110°2910 Gambar 4.11 Peta Rencana Zonasi TN GMb di Desa Pengguna Mata air Tuk Babon dan Tuk Pakis 69 70 Sistem pengelolaan taman nasional dibagi dalam zona-zona sesuai dengan tujuan pengelolaan. Salah satu zona adalah zona pemanfaatan tradisional, zona ini merupakan kawasan dengan pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat lokal yang tentunya tetap menunjang kelestarian dan kemanfaatan kawasan bagi kehidupan Departemen Kehutanan, 2006. Zona pemanfataan yang ada pada Rencana Zonasi TN GMb Gambar 4.10 masih bersifat umum, dan mengelilingi seluruh kawasan taman nasional sebagai penyesuaian permukiman warga yang berbatasan langsung dengan kawasan. Zona pemanfaatan ini dapat terbagi lagi dalam bentuk yang lebih khusus seperti zona pemanfaatan tradisional, zona pemanfaatan intensif, zona khusus lainnya. Zona pemanfaatan tradisional dapat digolongkan pada pemanfaatan oleh masyarakat lokal yang pemanfaatannya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan zona pemanfaatan intensif seperti pemanfaatan yang berdampak pada tujuan penambahan pendapatan ekonomi. Salah satu contohnya adalah pengembangan pariwisata alam di zona pemanfaatan. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2007 menyebutkan pemanfaatan kegiatan jasa lingkungan di zona pemanfaatan taman nasional dapat dilakukan dengan tanpa menghilangkan fungsi utama dari kelestarian ekosistem wilayah. Sebagaimana perkembangan dan kepentingan masyarakat terutama yang berada di sekitar kawasan konservasi, maka pengelolaan harus memperhatikan kepentingan masyarakat lokal sebagai bagian dari pengelolaan. Peran masyarakat lokal sangat penting dalam mendukung kelestarian kawasan. Berbagai kearifan lokal sangat diperlukan dalam menjaga kawasan. Pemanfaatan mata air oleh masyarakat, menjadikan masyarakat mendapat kemudahan dalam memperoleh air bersih, maka perlu dilakukan upaya timbal-balik hubungan manusia dengan alam. Perkembangan pengelolaan kawasan konservasi dalam hal pemanfataan mata air dapat disebut sebagai Imbal Jasa Lingkungan IJL Payment for Environmental Services PES Murjani,2010. Beberapa peraturan terkait pemanfaatan 71 sumber daya air diantaranya Undang- Undang nomor 5 Tahun 1960, Undang-Undang nomor 7 tahun 2004, Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2007 junto Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 2008. Imbal jasa lingkungan, saat ini sudah ada yang melaksanakan, contohnya di Propinsi Banten, antara pihak perusahan swasta PT Tirta Krakatau Industri dengan masyarakat petani Cidanau dalam menjaga hutan Murjani, 2010. IJL merupakan mekanisme yang mampu memberikan dampak pelestarian ekosistem dan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan mata air Tuk Babon dan Tuk Pakis yang masih dikelola oleh masyarakat secara swadaya, mempunyai potensi untuk diterapkan konsep IJL bersama stakeholders. Manfaat mempertahankan dan kearifan dalam memanfaatkan mata air memberikan dampak positif kepada permukiman di sekitar dan di daerah aliran sungai di bagian hilir. Pihak lain yang mendapatkan manfaat tidak langsung, seharusnya dapat membantu pihak masyarakat lokal yang tetap menjaga kelestarian dengan melakukan pemberdayaan masyarakat lokal. 4.4 Pelestarian Mata air Bersama Masyarakat Lokal 4.4.1 Pengelolaan Penyediaan Air Bersih