Implikasi untuk identifikasi mekanisme pembayaran
10
3
Hal ini tampaknya konsisten dengan temuan bagaimana penerima bantuan menabung,
meminjam uang atau menerima transfer: sebagian besar menggunakan jalur informal
dengan berbagai alasan.
33. Akan berguna untuk melihat apakah,
seiring dengan berjalannya waktu, penerima bantuan yang dibayarkan melalui BRI akan
menggunakan rekeningnya yang telah diberikan secara lebih efektif. Hal ini akan bergantung
pada berbagai variabel – seperti tingkat kemiskinan atau seberapa terbatasnya sumber
kas mereka, kemungkinan perubahan persepsi penerima bantuan terhadap pembayaran
penyedia jasa keuangan, dan penilaian mereka terhadap keuntungan yang dapat mereka
dapatkan dari menggunakan jasa tersebut dibandingkan dengan biaya yang mereka
keluarkan pada waktu melakukan transaksi.
Terlalu dini untuk mengharapkan perubahan tingkah laku pada penerima bantuan – terutama
mereka yang baru mulai menggunakan rekening beberapa bulan saja. Seiring dengan
berjalannya waktu dan terutama setelah kepercayaan yang lebih meningkat antara
pengguna dan penyedia jasa keuangan, penerima bantuan dapat menggunakan dengan
lebih efektif layanan yang tersedia bagi mereka.
34. Ada beberapa mekanisme pembayaran
yang dipertimbangkan untuk pengiriman pembayaran PKH dan berbagai pilihan tersebut
baik untuk memperbaiki mekanisme pembayaran sekarang dan mengidentifikasi
alternatif yang sesuai akan dibahas dibagian selanjutnya dari laporan ini. Hasil dari
demand- side
studi menggarisbawahi perbedaan dalam target grup yang perlu dipertimbangkan pada
waktu mengevaluasi
sistem pembayaran
alternatif. Sebagian penerima bantuan tinggal dekat dengan pasar atau kota dimana agen
pembayaran potensial biasanya ditemukan, yang lainnya cenderung berlokasi di daerah
yang lebih terpencil.
35. Mayoritas responden memang memiliki
akses terhadap ponsel didalam rumah tangga mereka, yang mengindikasikan transfer berbasis
ponsel dapat dipertimbangkan terutama untuk mereka yang di daerah terpencil. Namun,
penting untuk ditekankan bahwa meskipun kas transfer aktual dikirim melalui rekening berbasis
ponsel,
penerima bantuan masih harus memerlukan cara untuk melakukan transaksi
penarikan kas – yaitu mereka memerlukan cara untuk merubah nilai pada
mobile wallet
menjadi kas
yang sebenarnya
– yang
akan membutuhkan
transaksi dengan
agen pembayaran. Kecuali agen pembayaran
tersebut dapat ditemukan beroperasi di daerah pedesaan, penerima bantuan akan tetap harus
melakukan perjalanan ke kota agar dapat mengakses uang mereka.
36. Dari sudut pandang penerima bantuan,
aksesibilitas dan keterjangkauan merupakan pertimbangan penting. Diskusi sebelumnya
tentang perbedaan pada segmen di penerima bantuan misalnya dalam hal lokasi dan
kedekatan dengan pasar, tingkat kemampuan membaca dan menghitung, dll menunjukan
bahwa satu solusi mungkin bukanlah sesuatu yang sesuai, apabila memang dapat dilakukan
untuk dipertimbangkan.
11
A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers
1
3 Tinjauan Mekanisme
Pembayaran PKH yang diterapkan saat ini
37. Sebagian besar pembayaran PKH serta
pembayaran untuk program bantuan sosial lain di Indonesia didistribusikan melalui jaringan
kantor pos dan sebagian besar dari pembayaran melalui Jaringan kantor pos ini dilakukan secara
manual. Pemerintah baru-baru ini telah melakukan uji coba pembayaran PKH melalui
fasilitas Giro Kantor Pos dan rekening TabunganKu di Bank BRI dengan tujuan untuk
memperluas penggunaan metode pembayaran baru ini untuk tahapan pembayaran yang akan
datang.
10
38. Tabel 3.1 di bawah ini menyajikan
tinjauan umum tentang ciri-ciri utama mekanisme pembayaran PKH yang diterapkan
saat ini.
12
1
Table 3.1 Tinjauan Umum Mekanisme Pembayaran PKH saat ini
POS - Wesel Giro-Pos
BRI TabunganKu Agen pembayaran
PT POS Indonesia PT Bank Rakyat
Indonesia BRI Jumlah total
kabupatenkota yg dilayani
72 kabupatenkota 33 kabupatenkota
15 kabupatenkota
Jumlah total penerima bantuan yang dilayani
708,118 249,424
100,827 Biaya yang ditanggung
program per transaksi Rp 8,500 – 9,500
Rp 5,000
Ciri utama Sistem Manual hanya
untuk pengambilan tunai saja
‗Nomor Rekening‘ untuk setiap penerima
Berbasis Tabungan
39. Rincian proses dalam tiap mekanisme
pembayaran termasuk Pos Wesel digambarkan di Annex E laporan ini. Rangkuman dari proses
ini disajikan pada Tabel 3.2 di bawah ini.
Table 3.2 Mekanisme pembayaran yang ada saat ini: rangkuman proses
Pos-Wesel Giro-Pos
BRI TabunganKu
Pendaftaran registrasi
Daftar penerima bantuan dibuat dan diverifikasi di
kantor pusat
Tanda terima yang dilengkapi dengan bar code
dibuat oleh kantor pusat, dikirimkan ke cabang
‗Nomor rekening‘ diberikan kepada setiap penerima
bantuan dan dibuka di kantor pusat
‗Pembukaan rekening massal‘. Dilakukan di
tingkat kantor
Aktivasi rekening dilakukan di cabang
Verifikasi identifikasi
Kartu PKH diwajibkan Periksa silang nama pada
daftar milik KANTOR POS pendamping PKH
KTP atau kartu PKH diwajibkan
KTP Nasional diwajibkan Kartu PKH sementara
ditoleransi selama 6 bulan
13
2 Penyaluran dana
Tanda terima yang dilengkapi dengan bar code
ditandatanganidiberi cap jempol
Slip penarikan diwajibkan Slip penarikan standar bank
diwajibkan Data di buku tabungan
diperbarui
Pengaturan tentang laporan
Rekonsiliasi End-of-day EOD dilakukan secara
manual, diajukan ke kantor wilayah
Di beberapa gerai, rekonsiliasi EOD
mengharuskan pengiriman slip penarikan yang telah
ditandatangani ke kantor wilayah
Telah diotomatisasi, kecuali dalam beberapa kasus di
mana dilakukan penyaluran berbasis komunitas kadang
diperlukan penyelarasan khususnya apabila
komunikasi offline
40. Kajian
atas ketiga
mekanisme pembayaran yang saat ini digunakan oleh PKH
menyoroti berbagai masalah dan tantangan dalam proses pembayaran. Permasalahan dan
tantangan tersebut dirangkum dalam Tabel 3.3 di bawah ini. Beberapa tantangan lebih berat
ketika menggunakan mekanisme pembayaran tertentu misalnya rekening bank. Meskipun
permasalahan tersebut dapat dianggap sebagai permasalahan yang terkait dengan bagaimana
penyedia jasa tertentu melaksanakan perannya dalam proses pembayaran, permasalahan
tersebut mungkin tidak selalu dapat diatasi dengan mengharuskan agen-agen pembayaran
untuk ―melakukan tugasnya dengan baik‖. Terdapat keprihatinan mendasar yang
membantu upaya penjelasan mengapa agen- agen pembayaran berperilaku dengan cara
tertentu – yang menjadi penting untuk dipahami dalam rangka mengembangkan proses
pembayaran yang lebih baik untuk penerima bantuan PKH.
41. Beberapa masalah yang dihadapi terkait
dengan design dari suatu mekanisme pembayaran tertentu melekat dalam
mekanisme pembayaran. Usaha mengatasi masalah seperti ini menjadi jauh lebih
menantang karena dibutuhkan intervensi yang melampaui sekedar proses operasi dari
penyedia pembayaran. Isu-isu yang mempengaruhi proses pembayaran dibahas
sebagai berikut.
14
2
Table 3.3 Mekanisme pembayaran PKH yang ada saat ini: rangkuman permasalahan
utama
POS – Wesel POS – Giro
BRI TabunganKu
Biaya transaksi untuk penyedia
jasa pembayaran:
kemudahan administrasi
Perspektif cabang: cepat dan sederhana untuk
dikelola, namun:
Beberapa cabang yang memiliki beban yang
berat 1.000 penerima bantuan, mengharuskan
pegawainya untuk kerja lembur
Penyaluran berbasis komunitas biayanya
sangat besar Biayanya lebih besar
dibandingkan dengan Pos-Wesel:
Prosesnya sedikit lebih panjang, dikarenakan
memerlukan slip penarikan
Mencetak mengirimkan formulir
waktu, biaya
Waktu untuk pemrosesan dan
persetujuan antara kantor pusat cabang
Biaya awal yang sangat besar proses aktivasi
rekening
Biaya lainnya: buku tabungan, formulir
penarikan
Kemampuan untuk melayani
penerima bantuan di
daerah yang sangat terpencil
Memungkinkan penerapan penyaluran
berbasis komunitas Terbatas pada transaksi
berbasis kantor cabang Beberapa cabang
menerapkan penyaluran berbasis komunitas,
namun tidak ada panduan yang jelas dari
kantor pusat tentang layanan penyaluran
berbasis komunitas
Biaya transaksi untuk penerima
bantuan:
Tanda pengenal persyaratan
transaksi lainnya
Biayanya paling kecil: tidak ada keharusan
untuk mengisi formulir, Kartu PKH cukup untuk
verifikasi tanda pengenal Diharuskan mengisi slip
penarikan dan menunjukan KTP
Saldo yang harus disisakan dalam
rekening: RP10.000 Diharuskan mengikuti
proses pembukaan rekening
Diharuskan mengisi slip penarikan dan
menunjukan KTP
Saldo yang harus disisakan: RP20.000
15
3
POS – Wesel POS – Giro
BRI TabunganKu
Kerentanan terhadap risiko
Terbuka terhadap penipuan kesalahan:
risiko penerima bantuan menerima bantuan
dengan potongan
Untuk penyaluran berbasis komunitas:
kehilangan uang perampokan
Mengandalkan pendamping PKH untuk
mengisi slip penarikan yang telah diisi
sebelumnya Mengandalkan
pendamping PKH untuk mengisi slip penarikan
sebelumnya
Kecepatan penentuan waktu
penyaluran
Mengandalkan tanda terima yang telah diberi
bar code
, diterima dalam bentuk hard copy
oleh cabang Mengandalkan otorisasi
dari kantor pusat Memerlukan pekerjaan
persiapan yang signifikan pada tahap
awal
Tersisa waktu kurang dari satu minggu untuk
penyaluran, waktu yang sangat sempit untuk
menginformasikannya ke penerima bantuan
Penerima bantuan dapat menarik bantuan sampai
dengan 6 bulan sejak diterimanya dana;
Dalam praktiknya, waktu penyaluran di gerai POS
sama dengan Pos-Wesel Dalam praktiknya,
menjadwalkan penarikan ke dalam beberapa
kelompok selama rentang waktu 3
minggu
Kemampuan untuk
memfasilitasi akses penerima
bantuan terhadap layanan
keuangan
Penjualan silang beberapa produk jasa
POS lainnya minimum misalnya pembayaran
tagihan listrikair, tetapi tidak ada penyediaan
fasilitas tabungan secara langsung
Bukan rekening tabungan:
Tidak ada nilai tambah lain penambahan saldo
atau penggunaan lain yang diperbolehkan
Tidak ada rasa memiliki oleh penerima bantuan
Berbasis rekening tabungan
Sebagian kecil penerima bantuan mulai
menggunakan rekening untuk menabung,
menerima kiriman uang, tetapi informasi yang
tidak konsisten tentang penggunaan rekening
oleh cabang dapat merupakan resiko.
Persyaratan identifikasi tidak diselaraskan 42.
Pengalaman awal dalam penggunaan rekening TabunganKu BRI ditandai dengan
tantangan di berbagai tahapan; namun hambatan terbesar dirasakan dalam proses
aktivasi rekening. Pada siklus penyaluran dana bantuan PKH pertama, validasi informasi
nasabah dilakukan, dengan tujuan untuk
16
A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers
2
mengaktivasi rekening yang telah dibuka sebelumnya di tingkat kantor pusat. dengan
harapan hanya diperlukan waktu yang singkat untuk melakukan validasi informasi dan
menyelesaikan proses aktivasi, pengalaman sesungguhnya dalam persiapan untuk
penyaluran bantuan PKH pertama pada tahun 2011 terbukti jauh lebih rumit. terdapat banyak
sekali informasi mengenai penerima bantuan yang salah pada sistem, yang perlu diverifikasi
lebih lanjut:
Ditemukan perbedaan terkait dengan Informasi penerima bantuan yang tersedia
pada sistem yang awalnya bersumber dari Daftar Penerima Bantuan yang diberikan
oleh UP-PKH Kemensos vs. Informasi penerima bantuan yang sebenarnya,
sebagaimana diindikasikan pada kartu identitas penerima bantuan – misalnya,
pada sistem, nama penerima bantuan mungkin berbeda ejaannya dengan yang
tertulis di kartu identitasnya;
Dalam beberapa kasus, informasi penerima bantuan pada kartu PKH mungkin berbeda
dengan apa yang tertulis pada KTP.
43. Sebagai lembaga keuangan yang
terregulasi, BRI harus mematuhi berbagai aturan dan peraturan yang diterapkan oleh Bank
Indonesia BI. Peraturan tersebut mencakup jenis-jenis dokumentasi yang harus diwajibkan
oleh bank seperti BRI terhadap orang-orang yang hendak membuka rekening. KTP adalah
dokumen yang diwajibkan oleh pihak regulator. Namun, masalahnya adalah: a sebagian
penerima bantuan tidak memiliki KTP; atau b penerima bantuan lain yang memiliki KTP
menunjukkan perbedaan nama yang tertera pada KTP dan kartu PKH mereka.
44. Terkait dengan masalah pertama di atas
yaitu apabila penerima bantuan tidak memiliki KTP, situasinya agak terbantu dengan
melonggarkan aturan untuk sementara waktu dan memperbolehkan penerima bantuan untuk
membuka rekening, dengan pemahaman bahwa mereka memiliki waktu sampai dengan
enam bulan untuk mengurus KTP.
11
Meski hal ini membantu untuk menyelesaikan masalah
tersebut, setidaknya untuk sementara waktu, tidak jelas apakah penerima bantuan tersebut
akan benar-benar dapat mengurus KTP secara tepat waktu khususnya mengingat adanya
rencana Pemerintah Indonesia untuk menerapkan e-KTP, yang mungkin memakan
waktu yang lebih lama untuk pengembangan dan pelaksanaannya. Apa yang akan terjadi
apabila jangka waktu 6 bulan telah selesai dan penerima bantuan masih belum bisa
menunjukkan KTP mereka? Apakah jangka waktunya akan diperpanjang dan penerima
bantuan diberi akses terhadap pembayaran- pembayaran berikutnya? Atau apakah rekening
mereka akan ditutup? Permasalahan tersebut harus segera ditangani.
45. Akan tetapi, mengatasi masalah yang
kedua seperti apabila terdapat perbedaan informasi penerima bantuan yang tertera pada
KTP dan kartu PKH, atau dokumen resmi lainnya yang digunakan, adalah jauh lebih rumit karena
akar masalah ini terkait dengan kualitas informasi
yang dikumpulkan
mengenai penerima bantuan dan pengelolaan informasi
dari program PKH ini. Sebagaimana dibahas dalam bagian 4.1 dari laporan ini,
pengembangan sistem manajemen informasi MIS yang kuat dan komprehensif untuk PKH
sangat penting. Tanpa adanya MIS yang dapat berfungsi bukan hanya melakukan identifikasi
atas penerima bantuan, tetapi juga melacak dan membuat perubahan atas informasi yang
dikumpulkan secara tepat waktu, akan memiliki konsekuensi yang serius dan menyebabkan
inefisiensi dalam proses pembayaran yang bukan hanya mempengaruhi penyedia jasa
pembayaran namun juga penerima bantuan sendiri.
17
A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers
3
Ketidaksesuaian inconsistencies
dalam prosedur dan praktik yang ada di tingkat
cabang 46.
Terdapat sejumlah ketidaksesuaian yang tampak di tingkat cabang untuk semua
penyedia jasa pembayaran terkait dengan pelaksanaan beberapa prosedur dan bagaimana
pegawai cabang menanggapi masalah-masalah tertentu. Permasalahan tersebut antara lain:
Praktik pencatatan di kantor cabang: Ini merupakan suatu masalah untuk Pos-Wesel.
Di semua cabang yang dikunjungi dalam studi ini, kepala-kepala cabang memiliki
cara yang berbeda dan tidak konsisten untuk penyimpanan catatan mereka sendiri
tentang transaksi pembayaran PKH. Sebagian membuat buku besar, di mana
rangkuman tentang penyaluran dana pada periode-periode sebelumnya dicatat,
sedang yang lainnya tidak menyimpan catatan apa pun di cabang.
12
Informasi yang disampaikan tentang fitur- fitur dari produk yang digunakan untuk
pembayaran PKH: Terdapat pesan yang berbeda yang disampaikan di tingkat ritel
tentang fitur-fitur rekening Tabunganku misalnya, tentang saldo minimum, apakah
rekening tersebut dapat digunakan untuk keperluan selain untuk menerima
pembayaran PKH. Dalam hal Giro-Pos, terdapat pula ketidaksesuaian yang terlihat:
misalnya, beberapa cabang memberitahukan kepada penerima bantuan
bahwa apabila perlu, mereka dapat mengakses pembayaran mereka dari
rekening Giro-Pos mereka sampai dengan enam bulan sejak uangnya dikreditkan ke
rekening tersebut. Akan tetapi, cabang- cabang lain menyatakan bahwa penerima
bantuan harus mengambil pembayarannya dalam jangka waktu yang ditentukan untuk
pengambilan dana biasanya dalam jangka waktu seminggu; apabila tidak, uangnya
akan dikembalikan ke kantor pusat. Kedua agen pembayaran tersebut harus mengatasi
masalah ini dan memastikan bahwa semua cabang yang berpartisipasi memberikan
pesan yang benar dan konsisten kepada penerima bantuan PKH yang menggunakan
jasa mereka.
Mengatasi menyelesaikan masalah yang dialami pada umumnya oleh cabang:
Terdapat beberapa kasus yang disampaikan oleh pegawai cabang selama kunjungan ke
cabang di tempat terjadinya masalah yang membutuhkan tanggapan dari agen
pembayaran kadang dengan bekerja sama dengan pendamping PKH masing-masing.
Penyelesaian tersebut antara lain mencakup apa yang harus dilakukan cabang apabila
penerima bantuan tidak dapat mengambil dana bantuan dan memiliki alasan yang sah
mengapa mereka tidak dapat melakukannya;
13
langkah apa yang dapat dipertimbangkan oleh kepala cabang untuk
membantu memverifikasi identitas penerima bantuan, khususnya apabila terdapat
perbedaan pada informasi yang tertera pada dokumen-dokumennya;
14
dalam kondisi yang bagaimana penyaluran
berbasis komunitas dapat dipertimbangkan, khususnya apabila cabang ‗mengalami
tekanan‘ misalnya dari pemerintah setempat untuk menyalurkan dana di luar
kantor cabang.
15
18
4 47.
Beberapa cabang telah berhasil mengatasi masalah-masalah operasional
tertentu secara kreatif. Namun, perlu dipastikan bahwa terdapat pedoman yang memadai untuk
semua cabang yang berpartisipasi – untuk menghindari tanggapan yang bersifat ad hoc
yang mungkin memiliki konsekuensi kurang baik bagi program di masa yang akan datang.
Rendahnya motivasi agen pembayaran 48.
Kajian atas cara yang digunakan saat ini untuk menyalurkan pembayaran kepada
penerima bantuan PKH menggarisbawahi bagaimana ‗kemauan para pihak yang terlibat
dalam mekanisme pembayaran‘ merupakan sebuah masalah yang penting. Pembahasan
yang dilakukan dengan berbagai penyedia jasa pembayaran dan pemangku kepentingan
proram mengungkapkan bahwa tingkat motivasi penyedia jasa pembayaran tertentu
tidakoptimal, yang sebagian memberikan penjelasan tentang beberapa masalah yang
dihadapi di tingkat ritel cabang. Terkait dengan Kantor Pos, motivasinya jelas: lembaga ini
bersemangat untuk berpartisipasi sebagai agen pembayaran dan menangani sebagian besar
penerima bantuan, khususnya mengingat bahwa Kantor Pos semakin memfokuskan
perhatiannya pada penyediaan jasa jasa yang tidak terkait dengan surat.
16
49. Akan
tetapi, masalah
rendahnya motivasi tampak menonjol apabila kita melihat
kasus BRI. Para pemangku kepentingan program telah menyatakan, misalnya, bahwa BRI
belum menunjukkan minat yang memadai untuk berkomunikasi dengan pemangku kepentingan
program untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses pembayaran. Akibatnya,
banyak pihak yang khawatir apakah BRI benar- benar bersemangat dan berkomitmen untuk
berpartisipasi sebagai agen pembayaran atau apakah BRI merasa ‗terpaksa‘ untuk
menyediakan jasa untuk penerima bantuan PKH. Masalah ini harus dilihat dari berbagai tingkatan:
Pembahasan baik dengan BRI maupun UP- PKH menyiratkan bahwa BRI agak enggan
ketika pendekatan kepada BRI dilakukan pada awal program ini untuk berpartisipasi
dalam pembayaran bantuan PKH. Proses negosiasi berjalan lama sebelum
kesepakatan dapat tercapai. Meski alasan khusus tentang keengganan BRI pada tahap
awal tidak jelas, hal ini menyiratkan bahwa mungkin bank tersebut tidak melihat adanya
nilai yang dapat diperolehnya sebagai suatu lembaga dari partisipasinya dalam kegiatan
pembayaran PKH.
Penting pula untuk ditekankan bahwa beberapa pemangku kepentingan program
cenderung berasumsi bahwa karena BRI adalah sebuah badan usaha milik negara,
maka dengan demikian BRI harus bersedia dan dapat berpartisipasi dalam program
seperti PKH. BRI, dalam hal ini, dianggap lebih sebagai suatu sarana pemerintah
untuk menyediakan layanan masyarakat atau mencapai tujuan pemerintah, dan
bukan sebagai sebuah lembaga yang digerakkan oleh prinsip-prinsip komersial.
50. Masalah ini sangat penting bukan hanya
terkait dengan seberapa lancar perundingan dapat diharapkan terjadi antara program ini
dengan BRI, namun juga terkait dengan arti penting yang diberikan secara efektif pada
kegiatan pembayaran PKH oleh manajemen bank di tingkat kantor pusat, serta oleh
pegawainya di cabang. Ketidaksesuaian yang terpantau, misalnya dalam pesan yang
disampaikan oleh cabang kepada penerima bantuan dapat, dianggap sebagai cerminan dari
sebuah lembaga yang tidak memiliki motivasi yang terlalu kuat untuk a memberikan jasa
tersebut kepada segmen yang dijadikan kelompok sasaran; danatau b berpartisipasi
19
5 dalam sebuah program pembayaran bantuan
pemerintah, secara lebih umum. Sebaliknya, sebuah lembaga yang termotivasi untuk
berpartisipasi sebagai penyedia jasa pembayaran akan memastikan bahwa
karyawannya memiliki pemahaman yang terpadu atau komprehensif tentang usur-unsur
yang paling penting dari program PKH ini dan produk yang ditawarkan TabunganKu.
51. Tidak akan baik untuk kepentingan
program dan khususnya penerima bantuan apabila pembayaran PKH dilakukan melalui
lembaga yang
tidak termotivasi
untuk melakukannya,
sejak dari
awal. Meski permasalahan dan tantangan yang timbul
karena hal ini dapat diatasi pada saat kemunculanya misalnya dengan membuat
ketetapan-ketetapan yang lebih jelas dalam perjanjian antara bank dan program, ada
banyak masalah lainnya yang dapat timbul yang mungkin jauh lebih sulit untuk dikendalikan dan
dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak menguntungkan terhadap cara pandang para
penerima bantuan terhadap lembaga keuangan formal dan layanan yang ditawarkan oleh
lembaga tersebut.
52. Dari sudut pandang manajemen BRI,
merupakan hal yang penting bagi mereka untuk memastikan adanya kepentingan BRI untuk
berpartisipasi sebagai penyedia jasa pembayaran PKH. Keputusan untuk
mengadakan perjanjian sebagai penyedia jasa pembayaran dari program ini, tidak saja akan
menimbulkan biaya tertentu, namun juga memberikan sejumlah manfaat yang perlu
dipertimbangkan secara lebih serius oleh lembaga ini.
Kendala biaya dari penyedia jasa pembayaran 53.
Terdapat biaya yang signifikan yang dikeluarkan oleh agen pembayaran dalam
rangka melayani pembayaran untuk penerima bantuan PKH. Biaya tersebut mencakup biaya
pegawai baik di tingkat cabang maupun kantor pusat, yang teribat dalam proses ini, biaya
operasional langsung lainnya seperti biaya yang terkait dengan pencetakan dan pengiriman
formulir, biaya
overhead
cabang yaitu biaya yang ditimbulkan untuk menjaga kelangsungan
cabang tersebut, dll. Struktur biaya untuk bank berbeda dengan struktur biaya lembaga lain,
seperti Kantor Pos – terutama dalam hal tingkat remunerasi untuk pegawai cabang, serta biaya
overhead
cabang mengingat adanya serangkaian peraturan yang berbeda yang
harus dipatuhi oleh bank sebagai lembaga keuangan yang tunduk pada regulasi.
17
54. Selain
itu, dikarenakan
terdapat penerima bantuan yang berlokasi di daerah
yang lebih terpencil, penyaluran dana dengan bantuan berbasis komunitas di berbagai lokasi
sangatlah diharapkan di mana saat ini belum ditawarkan sebagai bagian pelayanan dari agen
pembayaran. Saat ini, layanan ini hanya ditawarkan secara resmi oleh Pos-Wesel, dan
semakin banyak diminta bahkan dari BRI.
18
Sebagaimana dinyatakan di atas, panduan yang lebih jelas tentang pemberian layanan
penyaluran dana bantuan berbasis komunitas diperlukan untuk mendukung cabang dan
semua pemangku kepentingan yang terkait ketika melakukan penilaian apakah apakah
layanan tersebut benar-benar diperlukan. Panduan yang lebih jelas diperlukan karena
penyediaan layanan penyaluran dana bantuan
20
A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers
6 berbasis komunitas dapat menjadi sangat mahal
bagi kantor unit yang bersangkutan.
19
55. Tabel 3.4 di bawah ini menguraikan
perkiraan biaya yang ditimbulkan secara rata- rata
ketika menyalurkan
dana berbasis
komunitas. Penting untuk diingat bahwa biaya untuk penyediaan layanan akan berbeda
menurut lokasi,
20
dan estimasi yang diuraikan di bawah ini dimaksudkan untuk mengilustrasikan
hal-hal penting berikut ini: Terdapat perbedaan yang signifikan pada
struktur biaya lembaga-lembaga seperti bank BRI dibandingkan dengan struktur
biaya kantor pos. Hal tersebut paling terlihat ketika kita mempertimbangkan perkiraan
biaya pegawai: bank-bank memberikan remunerasi yang lebih tinggi kepada
pegawai mereka dibandingkan dengan lembaga jenis lain. Selain itu, praktik dan
prosedur bank juga berbeda dengan praktik dan prosedur kantor pos: sebagai lembaga
keuangan yang tunduk pada regulasi, bank diharapkan untuk melaksanakan kegiatan
mereka dengan cara yang tidak menimbulkan risiko bagi mereka. Oleh
karena itu, penanganan transaksi tunai di luar kantor cabang sering mengharuskan
bank untuk memastikan bahwa
Tabel 3.4 mungkin tidak mencermikan biaya rata-rata riil untuk
melaksanakan layanan berbasis komunitas di semua lokasi. Akan tetapi, estimasi biaya satuan
dibuat berdasarkan informasi yang diberikan oleh sebagian dari kantor cabang yang kami kunjungi
dalam studi ini. pekerjaannya ditangani oleh lebih dari satu
orang pegawai – dibandingkan dengan Kantor Pos, yang mungkin memilih untuk
mengirimkan satu orang pegawai saja untuk melaksanakan penyaluran dana berbasis
komunitas sepanjang pegawai tersebut disertai oleh pendamping PKH masing-
masing. Oleh karena itu, biaya pegawai untuk Kantor Pos hanya mewakili sebagian
dari biaya yang mungkin ditimbulkan oleh bank.
21
Meskipun Kantor Pos mungkin tampaknya memiliki keunggulan tertentu dalam hal
biaya pegawai yang lebih rendah, namun Kantor
Pos perlu
menanggung pengeluaran-pengeluaran lain – seperti
biaya sewa kendaraan untuk mendatangi lokasi di mana dana perlu disalurkan. Di
sejumlah lokasi, cabang-cabang kantor pos mencatat bahwa daerah-daerah tertentu
sangat sulit dicapai, sehingga kantor-kantor cabang tersebut harus menyewa kendaraan
khusus yang dapat mengarungi medan berat. Manajemen Kantor Pos menyatakan
bahwa di beberapa tempat seperti Papua, misalnya, menyewa mobil per hari bisa
mencapai Rp 8 juta, dan menyewa sebuah perahu di Riau dapat memerlukan biaya
hingga Rp 4 juta per hari.
Penyaluran dana bantuan juga harus dilakukan dengan cara yang aman.
Meskipun beberapa cabang kantor pos diketahui telah melakukan penyaluran dana
berbasis komunitas di beberapa siklus sebelumnya tanpa adanya pengamanan,
praktik
ini harus
dicegah karena
menimbulkan berbagai risiko terhadap agen pembayaran dan pegawainya. Di dalam
berbagai penyaluran dana berbasis komunitas ini, uang tunai dalam jumlah
besar dibawa dalam jarak yang jauh dan
21
7 ditangani di luar lingkungan kantor cabang.
Sebagai contoh, Jika penerima bantuan menerima rata-rata Rp 350.000 per
penerima manfaat dan di lokasi terdapat sekitar 400 penerima manfaat, maka kurang
lebih Rp 140 juta lebih dari US 14.700 uang tunai diangkut dan ditangani.
Terdapat pula biaya
overhead
yang harus dimasukkan ke dalam setiap perkiraan.Biaya
tersebut mencakup biaya pekerjaan yang dilaksanakan di cabang yang diperlukan
bahkan apabila pembayaran dilakukan dengan
penyaluran dana
berbasis komunitas. Pekerjaan tersebut mencakup
pekerjaan yang terkait dengan administrasi umum termasuk biaya untuk koordinasi
dengan pejabat pemerintah setempat, kantor pusat, dll., pelaporan dan
rekonsiliasi, serta fungsi-fungsi
back-office
lainnya yang dijalankan oleh cabang.
Table 3.4 Perkiraan biaya penyaluran dana pembayaran PKH berbasis komunitas
KANTOR POS BRI
Asumsi biaya Estimasi biaya pegawai per
hari Asumsi: 1 orang Pegawai Kantor Pos
diperlukan Asumsi: 1 Petugas Layanan Nasabah +
1 Kasir diperlukan Rp 56.250 per hari
Rp 375.000 per hari Biaya sewa kendaraan
termasuk peralatan yang diperlukan per hari
Asumsi: Kendaraan yang akan disewa Asumsi: Menggunakan m-van yang ada
Rata-rata Rp 600,000hari termasuk sopir
Estimasi biaya depresiasi dan BBM: Rp 500.000hari
Biaya per diem harian untuk pegawai yang terlibat
Tunjangan sebesar Rp 200.000 hari yang mencakup makan; tunjangan sebesar Rp 400.000 hari untuk biaya penginapan
Biaya lain: pengaturan pengamanan, dll.
Biaya untuk pengamanan oleh kepolisian
Menggunakan petugas keamanan sendiri
Rp 200.000 per hari Rp 235.000 per hari termasuk
tunjangan Estimasi biaya overhead
25 dari jumlah total biaya Skenario 1: Penyaluran pembayaran berbasis komunitas dapat diselesaikan dalam satu hari kerja – misalnya
apabila hanya ada sekitar 400 penerima bantuan atau kurang yang dilayani di satu tempat tertentu, dan waktu perjalanan hanya memerlukan 3-4 jam pulang pergi
Jumlah total biaya yang ditimbulkan per hari
termasuk biaya overhead
Rp 1.320.312,50 Rp 1.887.500,00
Jumlah penerima bantuan yang dapat dilayani dengan
mengingat biaya yang dikenakan oleh agen
pembayaran Minimum 155 penerima bantuan,
dengan asumsi anggaran sebesar Rp 8.500penerima bantuan
Minimum 419 penerima bantuan, dengan asumsi anggaran sebesar Rp
4.500 per penerima bantuan Apabila anggarannya dinaikkan
menjadi Rp8.500 per penerima bantuan, maka ambangnya adalam
minimum sebanyak 222 penerima bantuan
Skenario 2: Diperlukan waktu untuk menginap – yaitu penyelesaian penyaluran pembayaran berbasis komunitas memerlukan 2 hari kerja misalnya, untuk melayani penerima bantuan dalam jumlah yang lebih besar, atau wilayah
layanan yang memerlukan waktu perjalanan yang lebih lama
22
A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers
2 KANTOR POS
BRI Jumlah total biaya yang
ditimbulkan per hari termasuk biaya overhead
Rp 3.140.625,00 Rp 5.275.000,00
Jumlah penerima bantuan yang dapat dilayani dengan
mengingat biaya yang dikenakan oleh agen
pembayaran Minimum sebanyak 369 penerima
bantuan, dengan asumsi aggaran sebesar Rp8.500penerima bantuan
Minimum sebanyak 1.172 penerima bantuan, dengan sumsi anggaran
sebesar Rp 4.500 per penerima bantuan
Apabila anggaran dinaikkan menjadi Rp8.500 per penerima bantuan, maka
ambangnya adalah minimum sebanyak 620 penerima bantuan
Catatan: Estimasi biaya pegawai yang diberikan dalam table di atas tidak termasuk biaya upah lembur. Upah lembur setara dengan 1,5 sampai dengan 2 kali upah per jam, bergantung pada apakah pekerjaan dilaksanakan pada hari kerja, selama akhir
pecan danatau hari libur umum.
56. Perkiraan yang diberikan dalam Tabel
3.4 menunjukkan bahwa terdapat ambang batas minimum dalam hal jumlah penerima bantuan
yang dapat dilayani secara hemat biaya di suatu lokasi tertentu yang harus dipertimbangkan
ketika melaksanakan penyaluran dana bantuan dengan cara penyaluran berbasis komunitas.
Ambang batas tersebut menunjukkan
break- even point
untuk kegiatan seperti ini, dengan mengingat struktur biaya yang saat ini
diberlakukan. Terkait dengan BRI, misalnya, struktur biayanya yang lebih tinggi dan
fee
yang lebih rendah dari program menunjukkan
bahwa agar BRI dapat melaksanakan penyaluran pembayaran PKH dengan cara penyaluran
berbasis komunitas, jumlah penerima bantuan yang dilayani harus lebih besar di suatu tempat
tertentu dibandingkan dengan Kantor Pos. Apabila tidak, biaya untuk pelaksanaan kegiatan
tersebut akan terlalu besar dan bahkan, menimbulkan kerugian. Hal ini dapat menjadi
masalah apabila kita mempertimbangkan lokasi- lokasi tertentu di mana penyaluran berbasis
komunitas memang perlu dilakukan, namun jumlah penerima bantuan mungkin terlalu
sedikit apabila dikaitkan dengan estimasi jumlah ambang batas baik untuk Kantor Pos maupun
BRI.
Sebagaimana ditunjukkan dalam perhitungan pada Tabel 3.4 daerah di mana
terdapat lebih sedikit jumlah penerima manfaat misalnya antara 155 dan 418
merupakan daerah di mana Kantor Pos memiliki posisi yang lebih baik untuk
memberikan layanan secara hemat biaya dengan memperhatikan biaya pelayanan
saat ini.
Di sisi lain, BRI sesuai biaya layanan saat ini hanya akan melayani suatu wilayah dengan
cara yang hemat biaya apabila terdapat penerima manfaat dalam jumlah yang cukup
besar yaitu 419 atau lebih. Akan tetapi, apabila harga tersebut disesuaikan
misalnya, kebijakan penentuan harga yang berbeda diterapkan untuk penyaluran
berbasis komunitas, maka BRI dapat mengakomodir daerah dengan jumlah
penerima bantuan yang lebih sedikit.
57. Juga terdapat pula batasan jumlah yang
perlu dipertimbangkan – termasuk jumlah transaksi pembayaran yang dapat secara wajar
dikelola dalam jangka waktu tertentu oleh agen pembayaran. Sebagai contoh, penyaluran
berbasis komunitas yang mencakup lebih dari 600 transaksi pembayaran mungkin
memerlukan lebih dari satu hari untuk diselesaikan, yang mengubah cara bagaimana
layanan tersebut harus diperikarakan biayanya. Selain itu, lokasi-lokasi yang memerlukan waktu
perjalanan yang lebih panjang juga berarti
23
A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers
2 bahwa pegawai cabang akan dapat
menyelesaikan transaksi yang lebih sedikit per harinya, atau menimbulkan biaya tambahan
misalnya apabila pegawai tersebut perlu menginap di beberapa lokasi, mengingat
lamanya waktu perjalanan.
58. Apabila penyaluran berbasis komunitas
tidak disediakan, penerima bantuan akan menanggung biaya yang cukup signifikan baik
dalam hal uang dan juga waktu untuk mengambil bantuan dari titik pembayaran.
Dengan melihat perkiraan diatas skenario 1 misalnya, kantor pos akan terkena biaya sebesar
Rp 3.300,78 per transaksi untuk melayani maksimum sekitar 400 penerima bantuan dalam
suatu lokasi. Apabila penyaluran berbasis komunitas tidak disediakan, biaya kantor pos
per transaksi akan turun drastis karena tidak adanya biaya transportasi, sekuriti, dan biaya
biaya lainnya. Namun biaya transportasi akan ditanggung oleh penerima bantuan.
Menggunakan perkiraan di Table 3.4, penerima bantuan dapat membagi biaya transportasi ke
titik pembayaran dengan berangkat bersama dalam kelompok, tetapi setiap penerima
bantuan dapat menanggung sampai Rp 100.000 untuk biaya transportasi, dimana biaya ini cukup
besar apabila dibandingkan dengan bantuan yang diterima.
4 Permasalahan lain yang
lebih luas yang mempengaruhi
pembayaran PKH
59. Terdapat permasalahan yang lebih luas
yaitu permasalahan yang tidak disebabkan oleh peran atau kegiatan yang dilakukan oleh para
agen pembayaran – yang secara signifikan mempengaruhi
proses pembayaran.
Permasalahan tersebut termasuk kurangnya sistem informasi manajemen MIS PKH yang
baik dan komprehensif, serta kebutuhan pendidikan keuangan. Bagaimana permasalahan
tersebut mempengaruhi proses pembayaran dibahas dalam bagian-bagian berikut ini.