Menentukan mekanisme- mekanisme alternatif:
42
2 Permasalahan
prasarana sistem
pembayaran
43
- Dalam hal Indonesia, Program PKH perlu mempertimbangkan
jumlah dan jenis entitas yang akan mempu berpartisipasi secara efektif dalam
melakukan pembayaran bantuan sosial. Para penyedia jasa pembayaran danatau
pengaturan di antara berbagai calon penyedia apa yang tersedia, dengan
mempertimbangkan profil target pengguna yaitu para penerima bantuan tunai yang
berada di antara penduduk yang paling miskin, yang banyak di antaranya
berkedudukan di daerah pedesaan?
Biaya yang terkait dengan penetapan mekanisme pembayaran yang baru yang
ditingkatkan – Apakah jasa pembayaran ditawarkan melalui rekening tabungan
berbasis bank atau rekening berbasis ponsel, penyediaan layanan akan
memerlukan keberadaan cabang atau gerai fisik milik bank, jenis lembaga keuangan
lain, atau lembaga non-keuangan, atau paling tidak, ATM yang berada dalam jarak
yang wajar ke lokasi penerima bantuan. Pendirian dan pengoperasian cabang bank
atau ATM baru di daerah pedesaan terpencil dapat memakan biaya yang sangat besar
bagi banklembaga keuangan - khususnya apabila kita mempertimbangkan hambatan
yang terkait dengan prasarana yang terbatas di lokasi yang kurang berkembang
dan sulit dijangkau.
Pengembangan jasa pembayaran modern sering kali memerlukan investasi di muka
yang signifikan oleh bank dan para penyedia jasa pembayaran lainnya. Investasi
yang diperlukan termasuk, antara lain, perolehan lisensi perangkat lunak,
perolehanpenyewaan perangkat keras dan tempat khusus untuk pengembangan
sistem, serta untuk pengoperasian sistem utama dan cadangan, dan mempekerjakan
pegawai khusus. Sebagai justifikasi jenis investasi apa pun, para penyedia jasa
pembayaran yang berpartisipasi perlu melihat intensitas penggunan layanan baru
yang dimaksud. Pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa kerja sama dan
kemitraan sering kali diperlukan untuk membantu memperluas dampak program.
Permasalahan yang terkait dengan kerangka hukum dan peraturan yang mendukung
pembayaran - Hal tersebut mencakup peraturan perundang-undangan yang tidak
hanya mengatur sistem pembayaran yang lebih mapan seperti sistem yang didasarkan
pada penggunaan cek dan ATM, tetapi juga sistem pembayaran yang sedang
berkembang dan sistem pembayaran di masa depan seperti sistem yang didasarkan
pada penggunaan
e-money
dan perbankan tanpa cabang. Peraturan perundang-
undangan terkait lainnya juga perlu dipertimbangkan, yang mencakup aspek
yang lebih luas, termasuk peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
perlindungan konsumen, permasalahan privasi, anti pencucian uang, dll.
90. Permasalahan
tersebut membatasi
pilihan yang tersedia bagi pemerintah pada saat menentukan mekanisme pembayaran yang
akan digunakan
untuk program
pembayarannya. 91.
Di Indonesia, terdapat permasalahan peraturan
yang penting
yang perlu
dipertimbangkan selama
mengevaluasi mekanisme pembayaran baru dan inovatif
sebagai saluran yang mungkin digunakan untuk melakukan pembayaran PKH dan bantuan tunai
sosial lainnya. Dalam pembahasan ini, penting
43
A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers
3 untuk mengklarifikasi aturan-aturan tentang
agen perbankan agen banking. Peraturan BI yang ada pada saat ini tentang transfer dan
pengiriman pembayaran menyatakan bahwa BI perlu memberikan izin atas tempattitik
pencairan. Kemudian, transaksi pencairan tunai dapat dilakukan di cabang penyedia pengiriman
uang yang telah mendapat izin dari BI. Kemitraan antara para penyedia
e-money
dan pengiriman uang dapat dibentuk, tetapi
memerlukan suatu lembaga yang akan berfungsi sebagai ―
anchor
‖ dan bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan penuh
terhadap aturan mengenal nasabah KYC dan memantau kegiatan dari semua lembaga
mitra.
44
Gagasan tersebut tampaknya belum diterima dengan baik oleh para pemangku
kepentingan, dengan mempertimbangkan implikasi biaya khususnya untuk lembaga yang
akan berfungsi sebagai ―
anchor
‖. Oleh karena itu, belum banyak peserta pasar yang bergerak
ke model tersebut dan banyak pihak yang masih menunggu peraturan agen perbankan
difinalisasi. Pada saat ini, transaksi pencairan tunai hanya dapat dilakukan di beberapa gerai
yang jumlahnya terbatas yang terdaftar dan diberikan izin, dibandingkan dengan jaringan
‗agen‘ yang lebih luas sebagaimana yang dipraktikkan di beberapa negara lain.
92. Bagi lembaga non-keuangan, seperti
perusahaan telekomunikasi yang diberikan izin untuk menerbitkan layanan
e-money
, juga terdapat kekhawatiran di antara regulator, serta
perusahaan yang tertarik untuk berpartisipasi apakah peraturan baru akan mewajibkan para
penyedia layanan yang diizinkan dan para agennya untuk tunduk pada aturan baru
tentang penyimpanan catatan dan pelaporan, batas transaksi yang mungkin diterapkan,
akreditasi dan proses lainnya misalnya untuk para agen ritel, dan dengan demikian, apakah
lembaga non-keuangan akan mampu melakukan penyesuaian untuk memenuhi
persyaratan tersebut.
93. Terkait dengan permasalahan tentang
peraturan tersebut, tampaknya kerjasama antara para pelaku pasar masih kurang baik – misalnya
di antara lembaga keuangan bank dan penyedia
layanan non-bank
perusahaan telekomunikasi. Hal tersebut turut menimbulkan
kesulitan dalam peningkatan interoperabilitas, yang dapat memfasilitasi fleksibilitas yang lebih
baik dengan penggunaan produk yang ditawarkan. Beberapa bank telah memiliki
hubungan dengan koperasi dan oleh karena itu, dapat menjalin kemitraan berbasis agen-
perbankan. Akan tetapi, tantangannya adalah pengembangan sistem yang mendasari
keterkaitan tersebut.
45
Upaya untuk menjalin kemitraan di antara bank dan lembaga
keuangan non-keuangan lain akan memakan waktu untuk dikembangkan. Bank umum yang
telah bekerja sama dengan bank perkreditan rakyat BPR atau koperasi, misalnya, mencatat
bahwa mereka harus melalui proses yang panjang pada saat mengembangkan produk,
kebijakan dan kerangka kerja teknologi untuk mendukung proses tersebut, dan memperoleh
persetujuan BI tentang kemitraan tersebut.
46
94. Rasa kerja sama yang kurang baik di
antara para
pelaku pasar
merupakan permasalahan
yang penting,
karena permasalahan
tersebut memiliki
implikasi tentang kemudahan akses yang dapat diberikan
oleh mekanisme pembayaran baru, khususnya
44
A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers
4 kepada para calon pengguna layanan tersebut
yang berada di lokasi lebih terpencil. Bahkan apabila bantuan dapat dikirimkan dengan cara
yang jauh lebih mudah misalnya melalui rekening berbasis ponsel, para pengguna akan
tetap memerlukan cara untuk mengubah nilai elektronik tersebut menjadi uang tunai. Oleh
karena itu, penilaian mekanisme pembayaran baru yang patut dipertimbangkan dalam
konteks pembayaran PKH dan bantuan tunai sosial lainnya memerlukan pemeriksaan
kemungkinan titik pembayaran atau pencairan tunai serta pemahaman karakteristik calon
‗agen‘ tersebut misalnya lokasi mereka, dan apakah mereka memiliki likuiditas untuk
melayani penarikan berkala terhadap kebutuhan dan karakteristik dari penerima
bantuan sasaran.