Tingkat kepuasan yang dilaporkan

6 A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers 3 mudah‖ atau ―mudah‖ ada diatas 80 di perkotaan, semi-perkotaan, dan pedesaan. 21. Mayoritas responden 70 menggunakan transportasi umum seperti bis dan motor untuk mencapai titik pembayaran dan memakan waktu rata-rata setengah jam untuk perjalanan. Hanya 20 dari mereka yang berjalan kaki untuk mencapai titik pembayaran. Tabel 2.1 dibawah menyajikan rata rata waktu yang diperlukan penerima bantuan untuk mencapai titik pembayaran dalam lokasi yang berbeda. Seperti yang diharapkan, penerima bantuan di pedesaan memerlukan lebih banyak waktu untuk mencapai titik pembayaran, hampir dua kali lipat waktu yang diperlukan di perkotaan. Hal tersebut sebagai rata-rata, sebagian besar penerima bantuan yang diwawancarai melakukan perjalanan kurang dari dua jam untuk mencapai titik pembayaran masing masing. Tidak mengherankan bahwa secara umum penerima bantuan menganggap lokasi titik pembayaran mudah, dan dapat sebagian menjelaskan tingkat kepuasan yang tinggi pada responden. Table 2.1 Waktu dan biaya yang diperlukan untuk perjalanan ke titik pembayaran Total Perkotaan Sekitar- Perkotaan Pedesaan Waktu yang diperlukan menit untuk mencapai titik pembayaran Mean 31 22 28 42 Median 30 15 30 30 Biaya transport pulang pergi, dalam Rp Mean 14,211 7,922 14,755 19,178 Median 6,000 3,000 6,000 10,000 22. Penerima bantuan yang diwawancarai juga melaporkan bahwa rata rata mereka menghabiskan Rp 14.211 untuk perjalanan ke titik pembayaran pulang pergi, yang setara dengan rata rata sekitar 4 dari rata rata transfer PKH. Bagi penerima bantuan di pedesaan, rata rata biaya lebih tinggi 35 dari rata rata semua lokasi – Rp 19.177 5,5 dari rata rata transfer PKH. 23. Namun penting untuk diperhatikan bahwa ada penerima bantuan yang tinggal lebih jauh dan karena itu memerlukan biaya yang jauh lebih tinggi: 8 dari penerima bantuan yang tinggal di pedesaan menghabiskan Rp100.000 untuk biaya perjalanan hampir 30 dari rata rata pembayaran PKH. Selain itu, penerima bantuan tersebut menghabiskan waktu dua jam untuk perjalanan ke titik pembayaran satu jalan saja, bukan pulang pergi. 24. Meskipun secara rata rata waktu dan biaya yang diperlukan penerima bantuan untuk mencapai titik pembayaran tampaknya tidak begitu menjadi masalah, waktu tunggu di titik pembayaran tampaknya menjadi isu penting. Responden melaporkan bahwa rata rata mereka menunggu selama 1,5 jam mulai dari saat mereka mencapai titik pembayaran sebelum mereka dapat menerima pembayaran. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam waktu tunggu terhadap mekanisme pembayaran yang berbeda, seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.2 dibawah. Penerima bantuan menunggu rata rata 84 menit pada waktu menerima pembayaran melalui Wesel Pos; lebih dari dua jam 141 menit melalui BRI; 7 2 dan lebih dari tiga jam 198 menit untuk Giro Pos. 5 25. Waktu yang dihabiskan penerima bantuan untuk perjalanan dan menunggu di titik pembayaran dan biaya yang dikeluarkan untuk perjalanan adalah bagian dari biaya transaksi penerima bantuan – dan dapat membantu menjelaskan apakah penerima bantuan memiliki akses yang mudah untuk pembayaran PKH. Penerima bantuan terkena biaya biaya dalam mengakses transfer kas – dan untuk sebagian penerima bantuan, biaya tersebut cukup signifikan dalam hal waktu dan biaya yang diperlukan. 8 A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers 1 Table 2.2 Rata-rata waktu tunggu pada titik pembayaran menit Mean Median Pos-Wesel 84 60 BRI 141 120 Giro-Pos 198 120 26. Meskipun waktu menunggu pada titik pembayaran relatif lama, penilaian yang dilakukan oleh penerima bantuan terhadap pelayanan yang diterima dari agen pembayaran secara umum adalah positif. Walaupun banyak diantara mereka yang memperhatikan keterlambatan pembayaran yang mungkin saja disebabkan oleh faktor diluar kontrol agen pembayaran, dan meskipun hanya terdapat sedikit fleksibilitas dalam hal kapan penerima bantuan dapat mengakses pembayaran mereka bahkan untuk Giro Pos atau BRI Tabunganku, responden masih menganggap bahwa pelayanan yang mereka terima adalah baik. Hal ini pada giliranya dapat membantu menjelaskan mengapa banyak dari mereka merasa sangat puas terhadap mekanisme pembayaran sekarang.

2.1.3 Preferensi penerima bantuan untuk

pilihan pembayaran alternatif 27. Dalam rangka mengkaji preferensi penerima bantuan terhadap mekanisme pembayaran alternatif, kedekatan titik pembayaran alternatif dengan penerima bantuan perlu dikaji lebih mendalam. Lebih dari 30 responden menganggap tempat ibadah dan sekolah sebagai tempat yang paling mudah diakses atau terdekat dengan rumah mereka, diikuti oleh sarana kesehatan rumah sakit. Kantor Pos dan kantor cabang bank terletak relatif lebih jauh dari rumah penerima bantuan. 6 Namun, lebih dari 90 responden masih menganggap lokasi cabang bank terdekat atau kantor pos sebagai ―mudah‖. 28. Akan tetapi, meskipun penerima bantuan menganggap lokasi bank dan titik pembayaran potensial lainnya ―mudah‖, mereka tidak mendatangi kota atau pasar terdekat dimana bank dan titik pembayaran potensial lainnya biasanya terdapat dengan frekuensi yang sama. Sekitar 30 dari mereka datang ke kota atau pasar terdekat seminggu sekali, 30 melakukannya sebulan sekali, dan 30 lebih jarang dari sebulan sekali. Hasilnya cukup stabil diberbagai lokasi, dan penerima bantuan yang tinggal di daerah perkotaan melakukan perjalanan ke kota atau pasar sedikit lebih sering dibandingkan dengan mereka yang tinggal di pedesaan. Hasil ini sangat penting untuk dipahami perbedaan dalam grup target dalam hal tingkat keterisolasian. Sekitar sepertiga dari responden jarang melakukan perjalanan ke kota terdekat, dimana cabang dari lembaga keuangan dan penyedia pembayaran biasanya terdapat. 29. Ketika ditanyakan preferensi mereka, 30 responden menyatakan mereka ingin menerima pembayaran secara manual di kantor pos, 23 melalui rekening bank, dan 20 secara manual melalui titik pembayaran lainnya. Sisa 27 termasuk preferensi seperti dibayarkan di rumah atau di balai desa. Hasil ini sepertinya sesuai dengan preferensi dari penerima bantuan untuk mempertahankan mekanisme 9 2 pembayaran dimana mereka mengakses pembayaran PKH mereka sekarang. 7 Walaupun hasilnya menunjukan kecenderungan umum pada penerima bantuan lebih menyukai mempertahankan mekanisme pembayaran yang sekarang, proporsi penerima bantuan yang lebih besar lebih menyukai menerima kas secara manual dibandingkan dengan melalui Giro Pos dan rekening bank. Kecenderungan ini menjadi lebih jelas apabila kita tidak memasukan penerima bantuan yang memilih mekanisme pembayaran yang sama dengan yang mereka miliki sekarang. 8 30. Mengingat penggunaan rekening berbasis ponsel dalam distribusi transfer kas dalam program dinegara lain, penerima bantuan juga ditanyakan tentang kepemilikan dan akses terhadap ponsel. Penetrasi ponsel dalam populasi yang diwawancarai adalah tinggi; hampir 75 dari responden-rumah tangga memiliki paling sedikit satu ponsel. Namun hanya seperlima dari penerima bantuan yang diwawancarai adalah pemilik yang sebenarnya dan pengguna utama ponsel. Lebih dari separuh responden menggunakan ponsel yang dimiliki sendiri ataupun anggota rumah tangga lainnya hanya untuk melakukan panggilan, sementara yang lain 47 menggunakan ponsel juga untuk mengirim dan menerima SMS. Tidak ada penerima bantuan yang melaporkan menggunakan ponsel untuk membayar tagihan atau melakukan transfer uang.

2.2 Implikasi untuk identifikasi mekanisme pembayaran

yang sesuai 31. Analisa dari data demand-side menunjukan bahwa meskipun ada karakteristik yang umum ditemukan pada hampir semua penerima bantuan yang ditargetkan dan dilayani oleh program, terdapat segmen dalam grup target yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat menjadi kendala signifikan apabila mekanisme pembayaran tertentu dipertimbangkan. Adalah penting untuk dikenali bahwa penyebaran geografis penerima bantuan saja sudah mengindikasikan kelompok yang heterogen. Misalnya: penerima bantuan yang tinggal didaerah perkotaan cenderung memiliki karakteristik yang memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dalam mekanisme pembayaran yang lebih moderen elektronik – seperti kedekatan dengan titik pembayaran potensial, kemampuan mereka untuk melakukan transaksi dengan agen pembayaran yang berbeda, dan kemampuan mereka untuk menabung atau memanfaatkan lembaga keuangan formal. 32. Mengingat minat untuk meningkatkan tingkat financial inclusion terhadap penerima bantuan, kita mempertimbangkan apabila dan bagaimana penerima bantuan mengakses dan memanfaatkan layanan keuangan yang tersedia bagi mereka. Saat ini penerima bantuan tidak tampak menggunakan rekening yang diberikan untuk mereka, selain digunakan untuk menerima pembayaran PKH mereka. Mereka cenderung untuk menarik transfer PKH mereka segera setelah itu tersedia. Termasuk juga mereka yang dibayarkan melalui Giro Pos atau rekening BRI melaporkan bahwa mereka menarik jumlah seluruhnya setelah menerimanya setelah dikurangi saldo minimum yang diwajibkan institusi yang bersangkutan 9 .