Perbaikan yang diperlukan di tingkat manajemen dan

30 2 lonjakan beban kerja selama jangka waktu pembayaran. Beberapa kantor cabang dapat mengatasi kegiatan pembayaran tersebut apabila kantor cabang tersebut menangani beban kerja yang wajar; namun kantor-kantor cabang lainnya tampaknya telah bekerja melebihi kapasitasnya, yang dapat menimbulkan dampak negatif atas kualitas layanannya. 28 Banyak kantor cabang BRI maupun Kantor Pos meminta pengalokasian penerima bantuan dalam jumlah yang lebih wajar untuk setiap cabang. 75. Para pemangku kepentingan program dapat dengan cepat menyatakan bahwa penyedia layanan pembayaran tersebut hanya perlu mempekerjakan tenaga kerja tambahan yang akan memungkinkan cabang-cabang tersebut untuk mengatasi beban kerja yang lebih besar. Namun, penting untuk disadari bahwa karena pembayaran tersebut dilakukan setiap kwartal, kebutuhan akan tenaga kerja tambahan di kantor cabang yang memang perlu untuk mempekerjakan tenaga kerja tambahan bukan suatu kebutuhan yang berkesinambungan. Beberapa kantor cabang mungkin mempertimbangkan untuk mempekerjakan karyawan sementara selama jangka waktu pembayaran tersebut, 29 akan tetapi fungsi-fungsi penanganan uang tunai dan manajemen masih akan perlu dilaksanakan oleh karyawan reguler. Pihak manajemen Kantor Pos menyatakan bahwa kantor-kantor cabangnya dapat menangani penerima bantuan dalam jumlah yang lebih besar secara memadai, namun hanya apabila mereka diberikan waktu yang lebih memadai oleh Kemensos untuk menyelesaikan proses penyaluran dana tunai tersebut. 76. Meskipun program harus tetap berusaha untuk memastikan bahwa bantuan tunai disalurkan kepada penerima bantuan yang dimaksud sesegera mungkin,30 terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal beban tugas dari masing masing cabang yang sangat penting untuk dipertimbangkan pada saat penjadwalan pembayaran penarikan oleh penerima PKH. Program dapat mempertimbangkan, misalnya, mengatur tanggal penyaluran pembayaran secara bertahap apabila cabang menangani lebih dari 1.000 penerima bantuan.  Cara yang paling sederhana adalah mengharuskan cabang untuk menyelesaikan sampai dengan 1.000 transaksi pembayaran dalam satu minggu. Dengan demikian, cabang yang menangani lebih dari 1.000 penerima bantuan PKH dapat diberikan waktu lebih dari satu minggu untuk menyelesaikan proses penyaluran dana tersebut.  Pilihan lainnya yang dapat dipertimbangkan oleh program ini adalah menjadwalkan beberapa kelompok batch pembayaran dalam suatu kuartal tertentu – yaitu, penerima bantuan tidak akan menerima pembayaran pada bulan yang sama dalam satu kuartal siklus pembayaran tertentu. Sebagai contoh, apabila sebuah cabang saat ini menangani 2.000 penerima bantuan PKH, pembayaran dapat dijadwalkan dua kali 31 A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers 3 dalam kuartal yang sama: i 1.000 transaksi pembayaran pertama dapat dijadwalkan pada Bulan-1, dan ii 1.000 transaksi pembayaran lainnya dapat dijadwalkan pada bulan berikutnya yaitu. Bulan-2. 77. Pilihan yang kedua diatas dapat lebih praktis dipertimbangkan apabila agen pembayaran contoh kantor pos tidak dapat melakuan proses persiapan penyaluran sebelumnya sehingga menyisakan waktu dua minggu untuk penyaluran bantuan. Meninjau ulang biaya jasa penyaluran dana 78. Peninjauan ulang atas biaya layanan pembayaran mengharuskan pemeriksaan atas seberapa efektif mekanisme-mekanisme pembayaran tersebut serta keunggulan- keunggulan komparatifnya.  Studi yang kami lakukan atas berbagai mekanisme pembayaran menunjukkan bahwa semua mekanisme pembayaran nampaknya efektif – yaitu, penerima bantuan menerima pembayaran untuk mereka dari kedua penyedia jasa pembayaran. Ada beberapa kasus yang dilaporkan di mana dana telah dikreditkan ke rekening penerima bantuan di BRI namun penerima bantuan tersebut tidak dapat mengakses rekening tersebut dan oleh karena itu belum secara fisik menerima dana bantuan mereka, mengingat adanya masalah dalam verifikasi identitas mereka. Akan tetapi, dari sudut pandang BRI, mereka telah menyalurkan dana tersebut kepada penerima yang berhak, dengan mengingat bahwa dana tersebut telah dibayarkan ke rekening penerima bantuan.31  Jasa yang diberikan oleh penyedia jasa pembayaran mengenakan biaya terhadap program ini. Transaksi pembayaran melalui BRI jauh lebih murah Rp 5.000 dibandingkan dengan jasa yang diberikan oleh Kantor Pos Rp 8.500 dan Rp 9.500. Sampai suatu taraf tertentu, selisih harga tersebut dapat dipahami karena adanya fakta bahwa Kantor Pos menyediakan jasa penyaluran dana berbasis komunitas ke beberapa penerima bantuan dengan Pos- Wesel. Terkait dengan biaya lainnya yang dikenakan terhadap program ini, semua mekanisme pembayaran memerlukan keterlibatan pendamping PKH. Tingkat keterlibatan pendamping jauh lebih substansial apabila kita memperhatikan Giro-Pos dan TabunganKU BRI – di mana pendamping mengisikan slip penarikan dana untuk penerima bantuan tanpa memperhatikan apakah penerima bantuan dapat membaca dan menulis atau tidak.  Sebagaimana dibahas dalam Bab 2 laporan ini, penerima bantuan melaporkan bahwa mereka pada umumnya puas dengan layanan yang mereka terima baik dari BRI dan Kantor Pos, meskipun terdapat perbedaan dalam biaya transaksi yang harus dikeluarkan oleh penerima bantuan untuk mekanisme-mekanisme pembayaran tersebut. - Responden yang menerima dana mereka melalui Pos-Wesel adalah mereka yang waktu tunggunya paling pendek di tempat pembayaran dan juga member nilai yang lebih tinggi untuk layanan tersebut dibandingkan mekanisme pembayaran lainnya. Di sisi lain, Giro-Pos merupakan layanan yang mengharuskan penerima bantuan 32 A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers 4 menghabiskan waktu tunggu yang paling lama yaitu, lebih lama dari mereka yang menerima pembayaran melalui BRI. 32 - Sebaliknya, melalui TabunganKu dari BRI, penerima bantuan harus memenuhi aturan yang lebih ketat untuk membuka dan mengaktivasi rekening, dan mereka harus menyimpan saldo minimum yang relatif lebih besar dibandingkan dengan Giro Pos.  Terkait dengan ‗manfaat tambahan lainnya‘ yang diperoleh dari mekanisme pembayaran tersebut, rekening BRI memberi peluang kepada penerima bantuan untuk menabung, tidak seperti Giro-Pos atau Pos-Wesel. Namun pengalaman awal yang diperoleh dari TabunganKu BRI menunjukkan bahwa penerima bantuan belum sepenuhnya menggunakan rekening tabungan tersebut dengan berbagai alasan. Jika kita pertimbangkan biaya moneter untuk mempertahankan sebuah rekening di BRI dengan memperhatikan saldo minimum yang diwajibkan, penerima bantuan memang perlu menempatkan jumlah yang lebih besar yaitu, Rp 20.000, dibandingkan dengan saldo sebesar Rp 10.000 untuk Giro- Pos; tetapi jumlah tersebut setara dengan layanan yang lebih beragam, dibandingkan dengan apa yang disediakan oleh Giro- Pos. 33 79. Keunggulan dan kelemahan dari mekanisme-mekanisme pembayaran tersebut sebagaimana digariskan di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan, nampaknya tidak ada satu mekanisme pembayaran pun yang dapat dipertimbangkan sejauh ini sebagai yang terbaik di antara mekanisme-mekanisme yang digunakan saat ini. Dalam beberapa kasus, keunggulan-keunggulan tersebut tidak melekat pada mekanisme pembayaran tersebut. Sebagai contoh, penyediaan jasa penyaluran berbasis komunitas tidak bersifat eksklusif untuk Pos- Wesel saja dan memang dapat dipertimbangkan bahkan dalam konteks Giro-Pos dan rekening BRI sekali pun. Di sisi lain, terdapat keunggulan dan kekurangan tertentu yang nampaknya bersifat melekat pada beberapa mekanisme pembayaran – seperti prosedur yang kurang fleksibel terkait dengan verifikasi identitas penerima bantuan biaya atau kemampuan untuk memberikan fasilitas untuk menabung manfaat yang ada pada rekening bak seperti rekening TabunganKu BRI. Pada akhirnya, program ini perlu mempertimbangkan arti penting relatif dari keunggulan dan kekurangan tersebut ketika menentukan mekanisme pembayaran yang mana yang akan digunakan. 80. Perkiraan biaya jasa pembayaran pada saat ini mencapai 12,6 dari total pengeluaran operasional administratif PKH dan 2,8 dari total jumlah yang dialokasikan sebagai bantuan kepada penerima dana bantuan PKH, yang lebih tinggi dari standar program serupa lainnya di negara lain, sebagaimana diuraikan dalam Tabel 5.1 di bawah ini. 34 94,5 dari estimasi biaya jasa pembayaran terkait dengan layanan 33 A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers 5 Kantor Pos yang mencakup sekitar 90 dari penerima bantuan, dan 5,5 lainnya terkait dengan layanan BRI yang mencakup hampir 10 dari penerima bantuan. Apabila BRI akan mencakup proporsi penerima bantuan yang lebih besar, hal tersebut akan mendorong penurunan biaya jasa penyaluran dana, dengan asumsi bahwa harga BRI akan tetap sama. 81. Dengan menyadari a persamaan- persamaan antara proses-proses pada mekanisme Giro-Pos dan TabunganKu dari BRI, b harga per transaksi yang lebih rendah yang dikenakan oleh BRI meski pun struktur biayanya lebih tinggu sebagai bank, dan c bahwa layanan penyaluran dana berbasis komunitas dapat ditawarkan oleh semua mekanisme pembayaran, Program ini memiliki kesempatan untuk bersama-sama dengan Kantor Pos dan agen pembayaran potensial lainnya mencari cara untuk me-rasionalisasi biaya yang dikenakan untuk program:  Salah satu cara untuk melakukan hal tersebut adalah dengan membedakan antara biaya pemberian jasa penyaluran dana berbasis komunitas dengan biaya penyediaan jasa pembayaran di cabang. Biaya transaksi standar untuk pemberian layanan berbasis cabang sebagaimana yang digunakan oleh bank, misalnya dapat dibatasi sampai dengan Rp 5.000 per penerima bantuan transaksi. Satuan biaya yang lebih tinggi kemudian dapat ditetapkan untuk transaksi yang dilakukan melalui penyaluran dana berbasis komunitas, yang juga perlu mencerminkan keragaman biaya di antara para agen pembayaran pada saat memberikan layanan tersebut sebagaimana yang telah dibahas dalam bagian 3.2.  Karena skala program bertambah misalnya pada saat jumlah penerima bantuan mencapai dua juta, program juga dapat mempertimbangkan untuk merundingkan penurunan biaya satuan dengan beberapa agen pembayaran misalnya para agen pembayaran yang secara signifikan melayani sejumlah besar transaksi penerima bantuan, dengan mempertimbangkan manfaat yang diperkirakan akan timbul pada saat beroperasi pada skala tertentu. Apabila terdapat calon penyedia jasa pembayaran lain yang dapat menawarkan biaya satuan yang jauh lebih rendah, program tentu akan memiliki posisi tawar-menawar yang lebih baik. Akan tetapi, dengan mempertimbangkan situasi pada saat ini di mana terdapat jumlah agen pembayaran yang terbatas yang bersedia dan mampu untuk menyediakan jasa pembayaran kepada penerima bantuan PKH, cara program untuk dapat merundingkan biaya satuan yang lebih rendah diperkirakan akan terbatas bahkan setelah volume tertentu tercapai. 34 A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers 1 Table 5.1 Perkiraan biaya jasa pembayaran untuk program Anggaran jumlah, dalam ‗000 Rp Total anggaran PKH 1.610.000.000 Jumlah total yang dialokasikan sebagai bantuan kepada penerima bantuan 1.320.310.000 Total pengeluaran operasional administratif 289.690.000 Perekrutan pendamping operator PKH 2.457.024 Pelatihan pendamping operator PKH 4.458.800 Peralatan gaji pendamping dan operator PKH 122.865.025 Biaya MIS 15.013.715 Percetakan dan distribusi 24.725.310 Sosialisasi, pedoman teknis dan rapat koorindasi nasional 26.250.081 Layanan dukungan lain termasuk administrasi umum, nasihat tenaga ahli, penyedia layanan, sekretariat UPPKH, pemantauan evaluasi 93.920.000 Jumlah penerima bantuan yang dilayani 1.058.369 orang Estimasi jumlah total biaya jasa pembayaran yaitu nilai pembayaran yang dilakukan kepada para agen pembayaran dalam satu tahun tertentu: - 957.542 penerima bantuan yang dilayani oleh Kantor Pos x Rp 9.000penerima bantuan x 4 transaksitahun = Rp 34.471.512.000 - 100.827 penerima bantuan yang dilayani oleh BRI x Rp 5.000penerima bantuan x 4 transaksitahun = Rp 2.016.540.000 36.488.052 Rasio antara biaya jasa pembayaran dan jumlah total pengeluaran operasional administratif 12,6 Rasio antara biaya jasa pembayaran dan jumlah total yang dialokasikan sebagai bantuan kepada penerima bantuan 2,8 Sumber: Data pengeluaran administratif PKH diambil dari: Kebijakan Kementerian Sosial RI Dalam Pelaksanaan PKH 2011: Dan Prospek 2012: presentasi oleh Dr. Dwi Heru Sukoco, mantan Direktur, Jaminan Sosial.

5.2 Perbaikan yang diperlukan di tingkat operasional

82. Dalam jangka pendek, PKH sebaiknya tetap menggunakan mekanisme pembayaran dan para agen pembayaran yang digunakan pada saat ini, karena sejumlah alasan.  Pada saat ini, pilihan penyedia jasa pembayaran yang dapat secara efektif melayani penerima bantuan PKH – khususnya mereka yang berada di lokasi yang sangat terpencil – masih terbatas. Meskipun beberapa solusi pembayaran yang muncul yang sedang diuji di pasar berpotensi untuk melayani penduduk berpendapatan rendah, solusi tersebut masih berada pada tahap awal pengembangan. Pembayaran yang dimungkinkan dengan ponsel, misalnya, memang telah diperkenalkan oleh beberapa lembaga non-bank dan kemitraan di antara berbagai operator mulai terbentuk. Tetapi inovasi tersebut masih memerlukan beberapa waktu untuk berkembang – 35 2 dengan cara yang memungkinkan pembayaran PKH untuk memanfaatkan prasarana dan kemitraan yang lebih kuat lebih mapan. 35  Penting juga untuk mempertimbangkan biaya di pihak penerima bantuan apabila pembayaran akan dilakukan melalui mekanisme pembayaran lain atau mekanisme baru. Apabila pembayaran segera dialihkan ke suatu sistem pembayaran baru atau atau penyedia jasa pembayaran baru, mungkin tidak terdapat waktu tenggang yang memadai untuk menyiapkan penerima bantuan dan memberitahukan kepada mereka tentang hal-hal yang mungkin diperlukan. Selain itu, beberapa penerima bantuan telah menerima pembayaran PKH melalui rekening BRI TabunganKu, yang berarti bahwa baru-baru ini mereka harus memenuhi persyaratan pembukaan rekening BRI. Apabila penerima bantuan tersebut dialihkan ke mekanisme pembayaran baru, kemungkinan mereka akan kehilangan saldo pada rekening TabunganKu mereka. 36  Akan menjadi hal yang berisiko jika program ingin beralih ke mekanisme pembayaran baru, dengan belum adanya Sistem Informasi Manajemen MIS yang tangguh. Pengalaman program-program di negara lain yang telah beralih ke cara pembayaran yang lain seperti penggunaan ponsel atau smart card menunjukkan bahwa peralihan tersebut memungkinkan karena program memiliki MIS yang menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu yang bisa dinikmati oleh agen-agen pembayaran baru. 83. Akan tetapi, agar pembayaran menjadi lebih aman dan transparan, program harus mempertimbangkan untuk secara berkala mengalihkan penerima bantuan dalam mekanisme Pos-Wesel ke dalam mekanisme Giro-Pos atau mekanisme berbasis rekening bank seperti TabunganKu dari BRI. Dan sebagaimana yang dipraktikkan pada saat ini, semua penerima bantuan baru yaitu mereka yang akan dimasukkan ke dalam program harus dibayar melalui mekanisme pembayaran elektronik tersebut. Proses pengalihan penerima bantuan yang ada ke mekanisme pembayaran yang baru dapat menjadi proses yang sangat rumit khususnya dalam kasus di mana pengalihan mungkin juga memerlukan perubahan agen pembayaran. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan penentuan kebijakan dan sistem yang jelas untuk mendukung pengalihan tersebut seiring dengan terjadinya pengalihan tersebut di lapangan. 84. Proses tersebut akan memerlukan koordinasi dan perencanaan yang seksama berdasarkan karakteristik tertentu dari lokasi. Penyebaran lokasi penerima bantuan yang dilayani di lokasi tertentu perlu dipertimbangkan, sebagaimana juga ketersediaan tempat-tempat pembayaran apakah Kantor Pos atau BRI. Di beberapa tempat, BRI mungkin memiliki keunggulan yang jelas dibandingkan dengan Kantor Pos dalam hal jumlah cabang atau sebaliknya. Daerah-