Penggunaan mekanisme e- payment untuk bantuan

62 A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers 18 layanan tambahan lainnya seperti rekening tabungan yang mahal pemeliharaannya khususnya apabila layanan tersebut jarang digunakan oleh pemegang rekening. Siswa anak muda juga relatif lebih terbuka terhadap penggunaan teknologi baru, termasuk ponsel , yang dapat menghasilkan suatu proses yang lebih lancar untuk memberikan informasi kepada penerima bantuan tentang ketersediaan penyaluran dan untuk melakukan pembayaran.  Dalam hal program-program lainnya JSPACA, JSLU dan PKSA, penggunaan mekanisme pembayaran elektronik mungkin bukan cara yang tepat untuk menyalurkan bantuan kepada penerima bantuan. Sebagaimana diuraikan dalam kriteria calon penerima bantuan yang digunakan oleh program-program tersebut, penerima bantuan terdiri atas orang-orang yang memiliki ketidakmampuan yang parah yaitu, orang-orang yang bergantung pada orang lain untuk mendukung kegiatan harian mereka, orang-orang yang mengalami kelainan mental, mengalami penyakit kronis, atau yang harus terus terbaring di tempat tidur. Dalam kasus- kasus seperti ini, akan sulit, apabila tidak mustahil, untuk mengharapkan penerima bantuan untuk dapat memenuhi persyaratan untuk transaksi melalui mekanisme pembayaran elektronik. Akan tetapi, apabila program-program tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga bantuan tunai dapat diakses oleh orang-orang yang merawat penerima bantuan misalnya, anggota keluarga terdekat atau wali yang terdaftar dari penerima bantuan tersebut, maka pembayaran dapat diberikan melalui mekanisme elektronik atas nama orang yang secara resmi merawat penerima bantuan.  Untuk program-program bantuan tunai yang bersifat darurat atau sementara misalnya, apabila BLT kembali dijalankan atau program yang serupa dengan BLT dilaksanakan, penggunaan mekanisme pembayaran elektronik perlu dipertimbangkan dengan memperhatikan kebutuhan untuk meningkatkan transparansi dalam proses pembayaran dan memastikan bahwa pembayaran benar-benar disalurkan kepada penerima bantuan yang berhak. Namun ada sejumlah permasalahan yang khas terkait dengan sifat darurat atau sementara dari program bantuan tunai tersebut yang perlu diperhatikan ketika menentukan mekanisme pembayaran yang mana yang akan digunakan: - Kecepatan pelaksanaan: Bantuan tunai darurat atau sementara dapat ditargetkan untuk mencapai cakupan nasional misalnya, BLT atau dilaksanakan di lokasi-lokasi khusus misalnya, apabila terjadi gangguan cuaca atau bencana. Keadaan mana pun yang mungkin terjadi, program- program tersebut seringkali perlu dilaksanakan dengan sangat cepat untuk mengatasi kesulitan konsumsi akut ketika kesulitan tersebut timbul. Dengan demikian, proses penyaluran pembayaran yang sederhana, cepat dan dapat diandalkan akan menjadi hal yang paling penting untuk menjangkau rumah tangga miskin ketika mereka dalam keadaan yang paling rentan.76 Sebagian dari masalah yang terkait dengan 63 19 mekanisme-mekanisme pembayaran yang saat ini digunakan untuk PKH sebagaimana dibahas dalam laporan ini akan memiliki implikasi yang serius terhadap seberapa cepat dan lancar pembayaran dapat diproses dan disalurkan kepada penerima bantuan dalam suatu program darurat. Apabila kondisi yang ada saat ini yang mempengaruhi penyaluran bantuan tunai melalui rekening bank masih tetap sama – misalnya apabila perbedaan informasi dan tidak adanya identifikasi masih tetap ada, yang mengakibatkan terjadinya kesalahan dan keterlambatan selama proses pembukaan rekening – maka penyaluran bantuan tunai darurat melalui rekening bank mungkin bukan merupakan opsi yang tepat. - Efektifitas biaya: Skema bantuan tunai darurat sementara dirancang untuk memberikan dukungan pendapatan selama jangka waktu terbatas misalnya selama sembilan bulan, dalam hal BLT. Dengan demikian, skema tersebut tidak dirancang untuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang tertentu misalnya untuk mengubah perilaku rumah tangga atau menurunkan tingkat kemiskinan secara permanen. Apabila sebagian besar dari penerima bantuan yang ditargetkan mencakup orang-orang yang saat ini belum tersentuh layanan bank, yang secara efektif mengkaitkan mereka dengan sistem keuangan melalui pembukaan rekening bank akan sulit tercapai, kecuali apabila program- program tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga exit strategy-nya mencakup pemberian insentif atau fasilitas tambahan yang mendorong penerima bantuan untuk terus menggunakan rekening tabungan yang telah dibuka. Yang lebih penting lagi, penggunaan rekening tabungan bisa jadi cukup mahal – bukan hanya dalam hal biaya awal tetapnya, namun juga dalam hal biaya penggunaan per transaksi. Biaya yang bahkan program tersebut mungkin bersedia untuk menanggungnya pun hanya akan berlaku untuk beberapa jenis layanan saja – mengingat adanya ekspektasi bahwa ada banyak penerima bantuan yang mungkin akan tidak lagi menggunakan rekeningnya ketika program tersebut berhenti. - Biaya transaksi penerima bantuan: Dari sudut pandang penerima bantuan, biaya yang terkait dengan pembukaan rekening juga perlu dipertimbangkan. Perlunya tanda pengenal resmi misalnya, KTP ketika membuka rekening bank kemungkinan akan menjadi kendala dalam pencakupan sebagian besar dari masyarakat yang menjadi target dari bantuan tunai darurat, yang mungkin sangat memerlukan bantuan sesegera mungkin. Dengan memperhatikan permasalahan penting tersebut, program bantuan tunai yang bersifat darurat sementara seharusnya mempertimbangkan mekanisme pembayaran elektronik lainnya yang lebih sederhana pembukaannya dan pengoperasiannya dibandingkan dengan rekening bank tabungan – seperti e-wallets. Pengalaman yang ada sejauh ini menunjukkan sejauh mana e-wallet telah 64 20 menjadi mekanisme pembayaran yang efektif dalam keadaan darurat. 77

7.3 Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan untuk

meningkatkan proses pembayaran bantuan sosial Meningkatkan frekuensi pembayaran 131. Dalam berbagai program bantuan tunai yang ada di Indonesia, mungkin dapat dipertimbangkan penyaluran dana yang lebih sering – misalnya setiap kuartal atau bahkan pembayaran bulanan. Namun demikian, tantangannya terletak pada besarnya bantuan. Apabila pembayaran dilakukan lebih sering namun besarnya bantuan per tahun tetap sama, jumlah yang akan dibayarkan pada setiap putaran akan menjadi lebih kecil. Dari sudut pandang agen pembayaran, penyaluran yang lebih sering mungkin terlihat menguntungkan karena hal tersebut akan memfasilitasi interaksi yang lebih sering antara pengguna jasa dan penyedia jasa. 78 Namun, hal ini juga berarti biaya keseluruhan yang lebih besar untuk layanan pembayaran, dibandingkan dengan bantuan yang diberikan:  Penyaluran dana sebagian besar akan memerlukan transaksi pencairan dana yang dilakukan di cabang atau gerai, yang mungkin dapat berbiaya tinggi. Apabila pembayaran dilakukan lebih sering, agen pembayaran akan perlu menanggapi permohonan dana dari penerima bantuan pada setiap siklus pembayaran – yang akan mencakup penyaluran dana melalui penyaluran berbasis komunitas di beberapa lokasi. Biaya untuk menyalurkan pembayaran mungkin lebih kecil apabila pembayaran disalurkan melalui ATM, namun masih akan ada kegiatan lainnya yang dilakukan oleh agen pembayaran pada setiap siklus pembayaran, yang akan membebankan biaya pada penyedia jasa pembayaran.  Yang lebih penting lagi, usaha meningkatkan frekuensi pembayaran menghadapi keterbatasan dalam hal nilai total tahunan dari dana bantuan. Apabila pembayaran bantuan sosial disalurkan lebih sering, penerima bantuan akan mengeluarkan lebih banyak biaya dibandingkan dengan nilai bantuan yang diterima – kecuali apabila mereka memilih untuk mengambil bantuan tersebut hanya setelah mencapai suatu jumlah tertentu. 132. Sebagian besar program bantuan sosial termasuk PKH tidak bersedia mempertimbangkan untuk menambah frekuensi pembayaran. Sikap ini dapat dimengerti mengingat bahwa, saat ini, program-program tersebut masih beroperasi tanpa adanya MIS yang berfungsi penuh; oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan oleh staf program pada setiap siklus pembayaran sering memerlukan waktu yang lama dan upaya yang besar misalnya dalam hal pelaporan dan rekonsiliasi. Pelaksanaan kartu bantuan sosial tunggal terpadu 133. Mengingat jumlah program bantuan sosial yang memberikan pembayaran dana tunai dan manfaat non-tunai yang ada di Indonesia, ada peluang untuk merancang dan melaksanakan sebuah kartu bantuan sosial tunggal terpadu yang akan mencakup semua program tersebut. Terdapat 65 A study of PKH payment mechanisms and options for social assistance cash transfers 21 keuntungan yang jelas untuk melakukan hal tersebut:  Dari sudut pandang pengguna dan program, hal ini dapat mengurangi biaya transaksi, khususnya di mana terdapat orang-orang yang mungkin merupakan penerima bantuan dalam beberapa program dan dengan demikian memerlukan verifikasi identitas lebih dari sekali  Hal ini akan menguntungkan bagi penerima bantuan, karena akan memberikan kepada mereka sebuah dokumen yang memungkinkan mereka untuk secara resmi menunjukan identitas mereka pada beberapa penyedia jasa. 79  Memiliki satu kartu bantuan tunggal terpadu juga diharapkan akan menarik bagi penyedia jasa pembayaran, karena kartu ID tersebut dapat dipertimbangkan sebagai salah satu bukti identitas yang dapat digunakan untuk membuka rekening bank. 80 Agen-agen pembayaran yang terlibat dalam penyaluran pembayaran dalam beberapa program juga hanya akan perlu mengenal satu kartu identitas selama proses verifikasi pada saat menyalurkan pembayaran, dibandingkan dengan membiasakan diri dengan berbagai kartu identitas untuk berbagai program.  Untuk instansi pemerintah, kartu identitas tunggal dapat menimbulkan dampak perubahan karena hal tersebut akan memfasilitasi pembagian informasi tentang penerima bantuan dan koordinasi pekerjaan di antara berbagai program. 134. Program-program tersebut dapat pula mempertimbangkan penggunaan kartu pintar biometrik biometric-enabled smartcard , yang dapat menyimpan ciri-ciri biometrik penerima bantuan dalam kartu itu sendiri misalnya, sidik jari. Hal tersebut secara khusus akan bermanfaat terkait dengan penerima manfaat yang tidak dapat membaca sehingga tidak dapat memberikan tanda tangannya selama proses verifikasi. Akan tetapi, hal tersebut akan mengharuskan agen pembayaran serta lembaga-lembaga pelaksana di tempat yang bersangkutan untuk memiliki alat biometric smartcard reader . 135. Untuk melaksanakan kartu bantuan sosial tunggal terpadu secara efektif tanpa memperhatikan apakah kartu yang digunakan adalah kartu biometrik atau non- biometrik dibutuhkan pembuatan suatu database pusat untuk semua program bantuan sosial yang memungkinkan penelusuran data di tingkat perorangan dan geografis. 81 Hal ini berarti bahwa semua program bantuan sosial harus dapat mengoperasikan suatu kerangka kerja MIS yang tidak hanya akan memungkinkan beberapa instansi dan penyedia jasa pembayaran mereka bekerja sama dengan erat dalam suatu program, tetapi juga memungkinkan berbagai program untuk menggunakan kartu tunggal tersebut secara tepat. Investasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah kerangka kerja MIS dan database pusat, meskipun besar dalam